Rabu, 01 Oktober 2014


BERPIKIR KRITIS dan PENILAIAN KEPERAWATAN*

Perawat adalah salah satu profesi di dunia yang menjadi panutan serta idaman. Perawat juga memiliki peran yang sangat penting. Peran perawat adalah untuk membantu individu, sakit atau sehat,dalam kinerja aktivitas yang menunjang pada kesehatan dan pemulihannya,atau pada kematian yang tenang (International Council of Nurse,1973). Definisi ini mencangkup semua aspek dari keperawatan. Ketika diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk membantu individu dalam maka perawat harus dapat berpikir kritis dan berupaya untuk mencarikan jalan keluar terbaik untuk pasien. Pada setiap kegiatan keperawatan,perawat harus memiliki pengetahuan,kreativitas,kedisiplinan,dan menggunakannya dengan tepat seperti yang ditulis oleh Renee Fox (1980),”betapa pun biasa dan rutinnya,atau tampaknya tidak mengancam dan tidak tragis,tidak ada tindakan atau interaksi keperawatan yang melibatkan pasien bersifat sepele atau biasa.”
Berpikir kritis adalah bagaimana cara perawat menggunakan informasi secara tepat sebagai bahan pertimbangan untuk menarik kesimpulan dan membentuk gambaran tentang apa yang terjadi pada pasien.  Berpikir kritis adalah menggunakan pikiran dan mencangkup membuat pendapat,membuat keputusan,menarik kesimpulan,dan merefleksikan (Gordon,1995). Untuk dapat berpikir kritis individu atau perawat harus berpikir aktif,kreatif,dan cermat.  Berpikir dan belajar merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Belajar merupakan proses sepanjang hidup yang pasti dilakukan oleh setiap manusia. Dengan belajar kita dapat memiliki kemampuan untuk berpikir dengan baik dan rasional. Sebagai perawat profesional kita harus selalu berpikir kedepan. Dengan seperti itu perawat dapat dewasa dan kedewasaan itu mempengaruhi praktik atau tindakan yang akan dilakukan oleh perawat tersebut.
Model berpikir kritis dikembangkan oleh Kataoka-Yahiro dan Saylor pada tahun 1994. Model tersebut mendefinisikan hasil berpikir kritis sebagai dasar penilaian keperawatan yang relevan dalam berbagai lingkup dan dirancang untuk mengetengahkan penilaian keperawatan dalam berbagai peran. Komponen dari berpikir kritis meliputi: dasar pengetahuan khusus,pengalaman,kompetensi,sikap dan standar. Berpikir kritis juga memiliki tingkatan,yaitu: tingkat 1 (dasar), tingkat 2 (kompleks),dan tingkat 3 (komitmen).
Dasar pengetahuan khusus merupakan komponen utama dari berpikir kritis. Dasar pengetahuan perawat beragam karena disesuaikan oleh program pendidikan dasar dari perawat tersebut dan mencangkup informasi,teori,serta humaniora. Pengalaman merupakan komponen kedua dari berpikir kritis. Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Benner (1984) menuliskan bahwa perawat yang ahli memahami konteks dari situasi klinis,mengenali isyarat,dan menginterpretasikannya sebagai relevan atau tidak relevan. Dengan pengalaman yang banyak maka kemampuan perawat dapat dipastikan akan meningkat sehingga perawat tersebut dapat mengambil keputusan secara cepat dan tepat. Kompetensi merupakan proses kognitif yang dipakai perawat dalam membuat penilaian keperawatan dan merupakan komponen ketiga dalam berpikir kritis. Sikap dalam berpikir kritis meliputi: percaya diri,mandiri,keterbukaan,tanggung gugat,beranni mengambil resiko,disiplin,ketekunan,kreatifitas,rasa ingin tahu,integritas,dan kerendahan hati. Dalam berpikir ktitis juga mempunyai standar yaitu standar intelektual (jelas,tepat,spesifik,akurat,relevan,masuk akal,konsisten,logis,mendalam,luas,komplet, signifikan,adekuat,dan terbuka) dan standar profesional (kriteria etis untuk penillaian keperawatan,kriteria untuk evaluasi,dan tanggung jawab profesioal). Ada tiga tipe kompetensi yaitu: berpikir kritis umum,spesifik dalam situasi klinis,dan spesifik dalam keperawatan. Proses ini mencangkup metoda ilmiah yang berisi pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.
Sikap untuk berpikir kritis merupakan komponen keempat. Paul (1993) telah meringkaskan sikap-sikap yang merupakan aspek sentral dari pemikir kritis. Sikap adalah nilai keberhasilannya pemikir kritis. Contoh dari sikap berpikir kritis adalah tanggung gugat,berpikir mandiri,mengambil resiko,kerendahan hati,integritas,ketekunan dan kreativitas. Tanggung gugat merupakan tugas individu untuk menjawab semua keputusan yang telah dibuatnya. Sebagai perawat yang profesional kita harus mampu membuat keputusan yang berespon pada hak,kebutuhan,dan minat pasien. Perawat juga harus mau menerima semua semua tanggung gugat yang telah dibuatnya atas nama klien. Berpikir mandiri merupakan inti dari riset keperawatan. Dengan berpikir mandiri perawat harus mampu dan bisa membuat penilaian sendiri. Hal ini bukan berarti perawat tidak mau menerima ide atau masukan dari orang lain tapi mereka harus bisa mengambil keputusan atas dasar pemikirannya sendiri. Mengambil resiko merupakan hal yang harus ada dalam diri perawat. Dengan data dan keputusan yang telah diambil oleh perawat maka perawat harus siap menerima segala resikonya. Dengan kata lain sebelum perawat tersebut mengambil keputusan haruslah dipikir secara matang sehingga resiko dapat diminimalisir. Selain itu dibutuhkan juga keyakinan denganfakta dan bukti yang kuat. Perawat juga harus siap menerima segala bentuk perubahan-perubahan yang akan terjadi dalam pelayanan kesehatan. Kerendahan hati merupakan sikap yang harus dimiliki perawat. Karena dengan kerendahan hati perawat dapat mengakui keterbatasan dan kekurangan pada diri sendiri. Karena dengan mengetahui hal tersebut perawat akan mencari ilmu,pengetahuan dan pengalaman yang lebih sehingga kesejahteraan pasien terjamin dan tidak ada resiko. Dengan hal ini pula perawat akan menjadi individu yang dewasa secara profesional. Integritas dapat membangun rasa percaya diri. Orang yang memiliki integritas akan dengan cepat mengetahui dan mengevaluasi segala yang tidak konsisten pada ide dan keyakinannya. Hal ini juga dapat mendorong bawahan untuk menemukan jalan keluar dari suatu manajemen yang rumit. Ketekunan adalah modal utama karena dengan ketekunan seseorang akan terus bertekad untuk menemukan solusi yang efektif. Perawat akan belajar sebanyak mungkin tentang masalah,mencoba berbagai pendekatan,dan terus mencari sumber tambahan sampai pendekatan yang tepat dapat ditemukan. Kreativitas mencangkup berpikir secara original. Hal ini berarti perawat harus dapat menemukan solusi diluar kebiasaan yang ada. Dengan kreativitas yang dimiliki perawat menunjukkan bahwa perawat tersebut mampu dan mau mencari solusi lain. Hal ini berhubungan dengan imajinasi perawat.
Standar untuk berpikir kritis merupakan komponen kelima yang meliputi standar intelektual dan profesional. Standar ini digunakan untuk memastikan keputusan yang telah diambil itu telah tepat. Standar profesioanal untuk berpikir kritis mengacu pada kriteria etik untuk penilaian keperawatan dan kriteria untuk tanggung jawab dan tanggung gugat profesional. Standar ini mengekspresikan tujuan dan nilai profesi keperawatan. Penerapan standar ini mengharuskan perawat menggunakan berpikir kritis untuk kebaikan individu atau kelompok (Kataoka-Yahiro & Saylor,1994).
Tingkat berpikir kritis dalam keperawatan yang dikemukakan oleh Kataoka-Yahiro & Saylor yaitu tingkat dasar,kompleks dan komitmen. Tingkatan tersebut cenderung sejajar dengan tingkatan yang dikemukakan oleh Benner pada tahun 1984 yaitu: pendatang,pemula lanjut,kompeten,cakap dan ahli.
Pada tingkat dasar pembelajar menilai yang berwenang memiliki nilai yang benar untuk setiap msalah. Berpikir cenderung konkret dan didasar pada sejumlah peraturan atau prinsip. Hal ini adalah langkah awal pada perkembangan kemampuan mempertimbangkan dan berpikir kritis. Pada saat berpikir kritis yang mencangkup semua hal yang akan menyebabkan keragaman dari pandangan dan persepsi individu atau yang sering disebut dengan kompleks. Pada tingkat ini individu harus dapat berpikir kritis terhadap semua yang ada. Tingkat selanjutnya adalah komitmen. Pada tingkat ini individu harus dapat melaksanakan semua tindakan yang telah dipilih secara kompleks dan mengantisipasi dampak yang akan terjadi. Dalam hal ini perawat akan tercemin dalam kerutinan dimana dia selalu mencari dan memilih yang terbaik,paling inovatif,dan paling cocok untuk pasien.
Tinjauan proses keperawatan merupakan hal yang harus dilakukan selanjutnya dalam berpikir kritis. Proses keperawatan merupakan suatu pendekatan yang dilakukan untuk memecahkan masalah  yang mengharuskan perawat untuk memberikan dan mengatur asuhan keperawatan. Proses keperawatan juga merupakan kerangka kerja yang cukup fleksibel. Proses ini mengandung elemen berpikir kritis yang akan membuat penilaian sesuai dengan nalar. Bandman dan Bandman (1995) menguraikan seluruh proses keperawatan sebagai suatu rangkai hubungan cara-hasil (means-ends). Cara adalah kebenaran perawat dan hasil adalah peningkatan kesejahteraan pasien. Proses keperawatan memiliki tiga karakteristik yaitu: tujuan,organisasi dan kreativitas. Tujuan adalah maksud yang spesifik. Organisasi adalah suatu rangkaian atau komponen yang disunakan untuk mencapai tujuan. Kreativitas adalah perkembangan kesinambungan antar proses. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap atau komponen yaitu: pengkajian,diagnosa keperawatan,perencanaan,implementasi,dan evaluasi.
Komponen
Tujuan
Tahap
Pengkajian
Mengumpulkan,memperjelas dan mengkomunikasikan data pasien sehingga dapat menjadi dasar data.
1.      Mengumpulkan riwayat kesehatan
2.      Pemeriksaan fisik
3.      Data lab
4.      Validasi data
5.      Pengelompokan data
6.      Mencatat data
Diagnosa keperawatan
Identifikasi kebutuhan perawatan kesehatan agar dapat merumuskan diagnosa.
1.      Analisis dan intrepretasikan data
2.      Identifikasi masalah
3.      Diagnosa keperawatan
4.      Dokumentasi diagnosa keperawatan
Perencanaan
Tujuan pasien,menentukan prioritas,menentukan hasil,merancang strategi,dan mencapai tujuan.
1.      Identifikasi tujuan pasien
2.      Menetapkan hasil
3.      Memilih tindakan
4.      Delegasikan tindakan
5.      Menulis rencana asuhan keperawatan
6.      Konsul
Implementasi
Melengkapi tindakan keperawatan diperlukan dalam menyelesaikan rencana asuhan.
1.      Mengkaji pasien kembali
2.      Telaah dan modifikasi rencana
3.      Melakukan tindakan
Evaluasi
Mengetahui pencapaian tujuan asuhan yang telah dicapai.
1.      Membandingkan respon pasien dengan kriteria
2.      Analisis alasan
3.      Modifikasi rencana asuhan

            Penerapan dalam praktik meliputi pertimbangan. Dengan adanya pertimbangan maka akan tercemin bagaimana perawat tersebut. Dengan menggunakan metoda ilmiah yang merupakan salah satu pendekatan dari fakta-fakta yang ada. Perawat akan menarik kesimpulan dari respon pasien terhadap masalah kesehatan dan menyamaratakan status kesehatan pasien. Agar berhasil perawat harus bekerja dalam satu set asumsi atau konsep untuk acuan dan berpikir kritis. Konsep ini merupakan dasar penilaian keperawatan.
            Lima langkah proses keperawatan yaitu pengkajian,diagnosa keperawatan,perencanaan,implementasi,dan evaluasi. Setiap langkah memiliki hubungan yang erat satu dengan yang lain sehingga setiap tahap bergantung dengan tahap sebelumnya. Harus berurutan dan logis. Langkah-langkah ini juga akan membuat semuanya lebih akurat karena keakuratan sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan. Dan adanya evaluasi yang akan memberikan informasi pada kita tentang pencapaian hasil yang diharapkan dengan perencanaannya.

*Catatan: Diringkas oleh Widya Fara Setyarini dari buku Potter, P.A. &Perry, A.G. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan Praktik, Vol. 1 E/4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih,Made Sumarwati,Dian Evriyani,Laily Mahmudah,Ellen Panggabean,Kusrini S,Sari Kurnianingsih,Enie Novieastari. Jakarta: EGC. (halaman 130—140).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...