BERPIKIR KRITIS dan
PENILAIAN KEPERAWATAN*
Perawat
adalah salah satu profesi di dunia yang menjadi panutan serta idaman. Perawat
juga memiliki peran yang sangat penting. Peran perawat adalah untuk membantu
individu, sakit atau sehat,dalam kinerja aktivitas yang menunjang pada
kesehatan dan pemulihannya,atau pada kematian yang tenang (International
Council of Nurse,1973). Definisi ini mencangkup semua aspek dari keperawatan.
Ketika diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk membantu individu dalam maka
perawat harus dapat berpikir kritis dan berupaya untuk mencarikan jalan keluar
terbaik untuk pasien. Pada setiap kegiatan keperawatan,perawat harus memiliki
pengetahuan,kreativitas,kedisiplinan,dan menggunakannya dengan tepat seperti
yang ditulis oleh Renee Fox (1980),”betapa pun biasa dan rutinnya,atau
tampaknya tidak mengancam dan tidak tragis,tidak ada tindakan atau interaksi
keperawatan yang melibatkan pasien bersifat sepele atau biasa.”
Berpikir
kritis adalah bagaimana cara perawat menggunakan informasi secara tepat sebagai
bahan pertimbangan untuk menarik kesimpulan dan membentuk gambaran tentang apa
yang terjadi pada pasien. Berpikir kritis
adalah menggunakan pikiran dan mencangkup membuat pendapat,membuat
keputusan,menarik kesimpulan,dan merefleksikan (Gordon,1995). Untuk dapat
berpikir kritis individu atau perawat harus berpikir aktif,kreatif,dan cermat. Berpikir dan belajar merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Belajar merupakan proses sepanjang hidup yang
pasti dilakukan oleh setiap manusia. Dengan belajar kita dapat memiliki
kemampuan untuk berpikir dengan baik dan rasional. Sebagai perawat profesional
kita harus selalu berpikir kedepan. Dengan seperti itu perawat dapat dewasa dan
kedewasaan itu mempengaruhi praktik atau tindakan yang akan dilakukan oleh
perawat tersebut.
Model
berpikir kritis dikembangkan oleh Kataoka-Yahiro dan Saylor pada tahun 1994.
Model tersebut mendefinisikan hasil berpikir kritis sebagai dasar penilaian
keperawatan yang relevan dalam berbagai lingkup dan dirancang untuk
mengetengahkan penilaian keperawatan dalam berbagai peran. Komponen dari
berpikir kritis meliputi: dasar pengetahuan khusus,pengalaman,kompetensi,sikap
dan standar. Berpikir kritis juga memiliki tingkatan,yaitu: tingkat 1 (dasar),
tingkat 2 (kompleks),dan tingkat 3 (komitmen).
Dasar
pengetahuan khusus merupakan komponen utama dari berpikir kritis. Dasar
pengetahuan perawat beragam karena disesuaikan oleh program pendidikan dasar
dari perawat tersebut dan mencangkup informasi,teori,serta humaniora. Pengalaman
merupakan komponen kedua dari berpikir kritis. Pengalaman merupakan guru yang
terbaik. Benner (1984) menuliskan bahwa perawat yang ahli memahami konteks dari
situasi klinis,mengenali isyarat,dan menginterpretasikannya sebagai relevan
atau tidak relevan. Dengan pengalaman yang banyak maka kemampuan perawat dapat
dipastikan akan meningkat sehingga perawat tersebut dapat mengambil keputusan
secara cepat dan tepat. Kompetensi merupakan proses kognitif yang dipakai
perawat dalam membuat penilaian keperawatan dan merupakan komponen ketiga dalam
berpikir kritis. Sikap dalam berpikir kritis meliputi: percaya diri,mandiri,keterbukaan,tanggung
gugat,beranni mengambil resiko,disiplin,ketekunan,kreatifitas,rasa ingin
tahu,integritas,dan kerendahan hati. Dalam berpikir ktitis juga mempunyai
standar yaitu standar intelektual (jelas,tepat,spesifik,akurat,relevan,masuk
akal,konsisten,logis,mendalam,luas,komplet, signifikan,adekuat,dan terbuka) dan
standar profesional (kriteria etis untuk penillaian keperawatan,kriteria untuk
evaluasi,dan tanggung jawab profesioal). Ada tiga tipe kompetensi yaitu:
berpikir kritis umum,spesifik dalam situasi klinis,dan spesifik dalam
keperawatan. Proses ini mencangkup metoda ilmiah yang berisi pemecahan masalah
dan pembuatan keputusan.
Sikap
untuk berpikir kritis merupakan komponen keempat. Paul (1993) telah
meringkaskan sikap-sikap yang merupakan aspek sentral dari pemikir kritis.
Sikap adalah nilai keberhasilannya pemikir kritis. Contoh dari sikap berpikir
kritis adalah tanggung gugat,berpikir mandiri,mengambil resiko,kerendahan
hati,integritas,ketekunan dan kreativitas. Tanggung gugat merupakan tugas
individu untuk menjawab semua keputusan yang telah dibuatnya. Sebagai perawat
yang profesional kita harus mampu membuat keputusan yang berespon pada
hak,kebutuhan,dan minat pasien. Perawat juga harus mau menerima semua semua
tanggung gugat yang telah dibuatnya atas nama klien. Berpikir mandiri merupakan
inti dari riset keperawatan. Dengan berpikir mandiri perawat harus mampu dan
bisa membuat penilaian sendiri. Hal ini bukan berarti perawat tidak mau
menerima ide atau masukan dari orang lain tapi mereka harus bisa mengambil
keputusan atas dasar pemikirannya sendiri. Mengambil resiko merupakan hal yang
harus ada dalam diri perawat. Dengan data dan keputusan yang telah diambil oleh
perawat maka perawat harus siap menerima segala resikonya. Dengan kata lain
sebelum perawat tersebut mengambil keputusan haruslah dipikir secara matang
sehingga resiko dapat diminimalisir. Selain itu dibutuhkan juga keyakinan
denganfakta dan bukti yang kuat. Perawat juga harus siap menerima segala bentuk
perubahan-perubahan yang akan terjadi dalam pelayanan kesehatan. Kerendahan
hati merupakan sikap yang harus dimiliki perawat. Karena dengan kerendahan hati
perawat dapat mengakui keterbatasan dan kekurangan pada diri sendiri. Karena
dengan mengetahui hal tersebut perawat akan mencari ilmu,pengetahuan dan
pengalaman yang lebih sehingga kesejahteraan pasien terjamin dan tidak ada
resiko. Dengan hal ini pula perawat akan menjadi individu yang dewasa secara
profesional. Integritas dapat membangun rasa percaya diri. Orang yang memiliki
integritas akan dengan cepat mengetahui dan mengevaluasi segala yang tidak
konsisten pada ide dan keyakinannya. Hal ini juga dapat mendorong bawahan untuk
menemukan jalan keluar dari suatu manajemen yang rumit. Ketekunan adalah modal
utama karena dengan ketekunan seseorang akan terus bertekad untuk menemukan
solusi yang efektif. Perawat akan belajar sebanyak mungkin tentang
masalah,mencoba berbagai pendekatan,dan terus mencari sumber tambahan sampai
pendekatan yang tepat dapat ditemukan. Kreativitas mencangkup berpikir secara
original. Hal ini berarti perawat harus dapat menemukan solusi diluar kebiasaan
yang ada. Dengan kreativitas yang dimiliki perawat menunjukkan bahwa perawat
tersebut mampu dan mau mencari solusi lain. Hal ini berhubungan dengan
imajinasi perawat.
Standar
untuk berpikir kritis merupakan komponen kelima yang meliputi standar
intelektual dan profesional. Standar ini digunakan untuk memastikan keputusan
yang telah diambil itu telah tepat. Standar profesioanal untuk berpikir kritis mengacu
pada kriteria etik untuk penilaian keperawatan dan kriteria untuk tanggung
jawab dan tanggung gugat profesional. Standar ini mengekspresikan tujuan dan
nilai profesi keperawatan. Penerapan standar ini mengharuskan perawat
menggunakan berpikir kritis untuk kebaikan individu atau kelompok
(Kataoka-Yahiro & Saylor,1994).
Tingkat
berpikir kritis dalam keperawatan yang dikemukakan oleh Kataoka-Yahiro &
Saylor yaitu tingkat dasar,kompleks dan komitmen. Tingkatan tersebut cenderung
sejajar dengan tingkatan yang dikemukakan oleh Benner pada tahun 1984 yaitu:
pendatang,pemula lanjut,kompeten,cakap dan ahli.
Pada
tingkat dasar pembelajar menilai yang berwenang memiliki nilai yang benar untuk
setiap msalah. Berpikir cenderung konkret dan didasar pada sejumlah peraturan
atau prinsip. Hal ini adalah langkah awal pada perkembangan kemampuan
mempertimbangkan dan berpikir kritis. Pada saat berpikir kritis yang mencangkup
semua hal yang akan menyebabkan keragaman dari pandangan dan persepsi individu
atau yang sering disebut dengan kompleks. Pada tingkat ini individu harus dapat
berpikir kritis terhadap semua yang ada. Tingkat selanjutnya adalah komitmen.
Pada tingkat ini individu harus dapat melaksanakan semua tindakan yang telah
dipilih secara kompleks dan mengantisipasi dampak yang akan terjadi. Dalam hal
ini perawat akan tercemin dalam kerutinan dimana dia selalu mencari dan memilih
yang terbaik,paling inovatif,dan paling cocok untuk pasien.
Tinjauan
proses keperawatan merupakan hal yang harus dilakukan selanjutnya dalam
berpikir kritis. Proses keperawatan merupakan suatu pendekatan yang dilakukan
untuk memecahkan masalah yang
mengharuskan perawat untuk memberikan dan mengatur asuhan keperawatan. Proses
keperawatan juga merupakan kerangka kerja yang cukup fleksibel. Proses ini
mengandung elemen berpikir kritis yang akan membuat penilaian sesuai dengan
nalar. Bandman dan Bandman (1995) menguraikan seluruh proses keperawatan
sebagai suatu rangkai hubungan cara-hasil (means-ends). Cara adalah kebenaran
perawat dan hasil adalah peningkatan kesejahteraan pasien. Proses keperawatan
memiliki tiga karakteristik yaitu: tujuan,organisasi dan kreativitas. Tujuan
adalah maksud yang spesifik. Organisasi adalah suatu rangkaian atau komponen
yang disunakan untuk mencapai tujuan. Kreativitas adalah perkembangan
kesinambungan antar proses. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap atau
komponen yaitu: pengkajian,diagnosa keperawatan,perencanaan,implementasi,dan
evaluasi.
Komponen
|
Tujuan
|
Tahap
|
Pengkajian
|
Mengumpulkan,memperjelas dan mengkomunikasikan
data pasien sehingga dapat menjadi dasar data.
|
1.
Mengumpulkan riwayat
kesehatan
2.
Pemeriksaan fisik
3.
Data lab
4.
Validasi data
5.
Pengelompokan data
6.
Mencatat data
|
Diagnosa keperawatan
|
Identifikasi kebutuhan perawatan kesehatan agar
dapat merumuskan diagnosa.
|
1.
Analisis dan
intrepretasikan data
2.
Identifikasi masalah
3.
Diagnosa keperawatan
4.
Dokumentasi diagnosa
keperawatan
|
Perencanaan
|
Tujuan pasien,menentukan prioritas,menentukan
hasil,merancang strategi,dan mencapai tujuan.
|
1.
Identifikasi tujuan pasien
2.
Menetapkan hasil
3.
Memilih tindakan
4.
Delegasikan tindakan
5.
Menulis rencana
asuhan keperawatan
6.
Konsul
|
Implementasi
|
Melengkapi tindakan keperawatan diperlukan dalam
menyelesaikan rencana asuhan.
|
1.
Mengkaji pasien
kembali
2.
Telaah dan modifikasi
rencana
3.
Melakukan tindakan
|
Evaluasi
|
Mengetahui pencapaian tujuan asuhan yang telah
dicapai.
|
1.
Membandingkan respon
pasien dengan kriteria
2.
Analisis alasan
3.
Modifikasi rencana
asuhan
|
Penerapan dalam praktik meliputi
pertimbangan. Dengan adanya pertimbangan maka akan tercemin bagaimana perawat
tersebut. Dengan menggunakan metoda ilmiah yang merupakan salah satu pendekatan
dari fakta-fakta yang ada. Perawat akan menarik kesimpulan dari respon pasien
terhadap masalah kesehatan dan menyamaratakan status kesehatan pasien. Agar
berhasil perawat harus bekerja dalam satu set asumsi atau konsep untuk acuan
dan berpikir kritis. Konsep ini merupakan dasar penilaian keperawatan.
Lima langkah proses keperawatan
yaitu pengkajian,diagnosa keperawatan,perencanaan,implementasi,dan evaluasi. Setiap
langkah memiliki hubungan yang erat satu dengan yang lain sehingga setiap tahap
bergantung dengan tahap sebelumnya. Harus berurutan dan logis. Langkah-langkah
ini juga akan membuat semuanya lebih akurat karena keakuratan sangat penting
dalam memberikan asuhan keperawatan. Dan adanya evaluasi yang akan memberikan
informasi pada kita tentang pencapaian hasil yang diharapkan dengan
perencanaannya.
*Catatan:
Diringkas oleh Widya Fara Setyarini dari buku Potter, P.A. &Perry, A.G.
1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, proses, dan Praktik, Vol. 1 E/4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih,Made
Sumarwati,Dian Evriyani,Laily Mahmudah,Ellen Panggabean,Kusrini S,Sari
Kurnianingsih,Enie Novieastari. Jakarta: EGC. (halaman 130—140).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...