Rabu, 01 Oktober 2014



ELIMINASI FEKAL



Eliminasi produk bekas pencernaan yang sistematis merupakan aspek yang berguna untuk kerja normal tubuh. Perawat diharapkan dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat menghambat ataupun meningkatkan eliminasi.
v Pencernaan Normal Dan Eliminasi
Saluran gastrointestinal (GI) merupakan suatu rangkain organ muscular yang berongga dilapasi membrane mukosa. Fungsi penting system GI ialah membuat keseimbangan cairan. Urutan saluran pencernaan :
1.       Mulut, pada mulut terjadi pencernaan kimiawi dan mekanis yang memecah nutrisi ke dalam ukuran bentuk yang sesuai. Lalu kelenjar saliva membuat cair dan melunakkan bolus makanan yang terdapat di dalam mulut jadi lebih mudah ditelan.
2.       Esofagus, pada tempat ini bolus makanan didorong dengan gerakan peristaltic lambat yang diperoleh karena kontraksi involunter serta relaksasi otot halus dengan bergantian. Kontraksi-relaksasi otot halus scara bergantian ini mendorong bolus makanan ke gelombang berikutnya.
3.       Lambung, didalam lambung terjadi pencernaan secara kimiawi dan mekanik. Pada pencernaan mekanik dilakukan oleh otot lambung, sedengkan kimiawi melibatkan enzim pepsin dan renin serta asam clorida.
4.       Usus Halus, didalam sini bolus dilewakan pada duodenum, jejunum, dan ileum. Dikeadaan sini nutrisi banyak diabsorbsi duodenum dan jejunum. Sedengakan ileum meabsorbsi vitamin tertentu, garam empedu, dan zat besi.
5.       Usus Besar, merupakan oragan utama didalam eliminasi fekal
6.       Sekum, mencegah regurgitasi serta baliknya isi kolon menuju usus halus.
7.       Kolon, dibangun oleh jaringan otot, yang bisa menampung serta mengeliminasi sebuah produk buangan dengan jumlah besar.
8.       Rektum, feses ataupun gas akan bergerak kedalam rectum guna membuat dindinganya berdistensi,disaat itu defekasi dimulai. Tekanan guna mengeluarkan feses bisa dilakukan dengan cara meningkatkan tekanan intrabdomen ataupun melakukan valsava manuver.

v  Faktor yang mempengaruhi Eliminasi
a)      Usia, pada bayi sekresi enzim pencernaan lebih sedikit karena lambungnya masih kecil. Pada masa remaja, pertumbuhan usus besar pada tubuhnya semakin meningkat. Sehingga sekresi HCl meningkat, lebih khususnya pada anak laki-laki yang mulai beranjak dewasa. Biasanya mereka makan dalam jumlah lebih besar. Pada lansia kerja siste pencernaannya sudah menglami gangguan seiring hilangnya gigi dan berkurangnya kelenjar saliva serta asam lambung.
b)      Diet, asupan makanan tiap hari secara berulang-ulang  mambantu mempertahankan gerak  peristaltik secara teratur dalam kolon. Memakan makanan tinggi serat menambah kemungkinan normalanya pola pengeluaran jika faktor lainnya juga normal.
c)       Asupan Cairan, asupan cairan dapat mempengaruhi keluarnya feses. Konsumsi susu dalam jumlah banyak dapat memperlambat peristaltic pada sebagian individu dan menyebabkan konstipasi
d)      Aktivitas Fisik, aktivitas fisik meningkatkan peristaltic, sedangkan imobilisasi menekan motilitas kolon.
e)      Factor Psikologis, fungsi dari hampir segala system tubuh bisa mengalami gangguan akibat tekanan emosional yang lama. Ansietes dan depresi mungkin saja merupakan dampak dari masalah kronik tersebut.
f)       Kebiasaan Pribadi, kebiasaan eliminasi pribadi mempengaruhi peran usus. Kebanyakan individu merasa lebih gampang melakukan defekasi pada kamar mandi mereka sendiri tatkala waktu yang paling efesien serta paling nyaman untuk mereka.
g)      Posisi Selama Defeksi, posisi berjongkok merupakan posisi yang normal tatkala melakukan defekasi. Bagi pasien imobilisasi di tempat tidur, defekasi sering terasa sulit karena pada pasien tersebut posisi telentang sehingga tidak memungkinkan untuk kontraksi otot-otot yang digunakan tatkala defekasi.
h)      Nyeri, dalam keadaan normal, kegiatan defekasi tidak menyebabkan nyeri. Namun, pada beberapa keadaan, termasuk hemoroid,fistula rectum,bedah rectum, bedah abdomen, serta melahirkan seorang bisa mengakibatkan rasa tidak Nyman saat defekasi.
i)        Kehemilan, disaat meningkatnya usia kehamilan serta ukuran fetus, tekanan juga dimberikan pada rectum. akibat keberadaan fetus pengeluaran feses terganggu.
j)        Pembedahan dan Anestesi, pasien yang mendapatkan anesthesia local serta regional berdampak lebih kecil akan mengalami perubahan eliminasi oleh karena aktivitas usus tetapi dipengaruhi sedikit ataupun bahkan tidak dipengaruhi sebagian kecil atau bahkan tidak dipengaruhi sedikitpun.
k)      Obat-obatan, obat-obatan untuk melancarkan defekasi telah tersedia. Namun pengguanan obat-obatan kayak kataritikk dalam selang waktu yang lama bisa meyebakan usus besar mengalami kehilangan tonus ototnya serta menjadi kurang responsif
l)        Pemeriksan Diagnostik, pemeriksaan diagnostic melibatkan visualisasi rancangan saluran GI, kerap memerlukan dikosongkannya isi pada bagian usus. Prosedur pemerikassan menggunakan barium, pada pasien yang gagal dalam mengevakuasi semua barium, bias saja usus pasien perlu dilakakan pembersihan dengan menggunakan enema.
v  Masalah Defekasi Yang Umum
Perawat mungkin saja merawat pasien yang sedang mengalamii atau beresiko mengidap masalah eliminasi dikarenakan stres emosional, ataupun gangguan yang dapat menggangu defekasi.
·         Konstipasi, penurunan frekuensi defekasi. Serta diikuti pengeluaran feses yang keras dan kering atau lama. Setiap manusia memilik pola defekasi masing individual yang harus dikaji oleh perawat. Konstipas dapat memberikan bahaya yang signitifan kepada kesehatan.
·         Impaksi, kumpulan feses yang mengendap dalam rectum serta mengeras dan tidak dapat dikeluarkan. Ini diakibatkan konstipasi yang tidak diatasi.
·         Diare, pengeluaran Feses yang mencair dan tidak memiliki bentuk dengan jumlah pengeluaran yang meningkat. Diare seringkali terjadi pada bayi karena para bayi meminum susu butol maupun asi ibunya.
·         Inkontinensia, ketidakdapatan mengontrol keluarnya gas dan feses dari anus.
·         Flatulen, penyebab umum abdomen dapat menjadi penuh, terasa nyeri.
·         Hemoroid, vena-vena yang mengalami dilatasi, serta membengkak pada lapisan rectum.


v  Diversi Usus
pada pasien yang mengalmi pengeluaran feses yang tidak normal dari rectum itu dapat dilakukan oprasi pada ileum dan kolon yang kemudian ujung usus ditarik pada sebuah dinding abdomen agar membentuk stoma.. diversi usus dibagi menjadi 3, yaitu :
Ostonomi Inkontinen,àOstomi KontinenàPertimbangan Psikologis
v  Proses Keperawatan Dan Eliminasi Fekal
Ø  Riwayat keperawatan, memfasilitasi peninjauan ulang pada pola serta kebiasaan defekasi klien.
Ø  Pengkajian fisik, perawat melakukan pengkajian fisik pada system serata fungsi tubuh yang mungkin dipengaruhi  adanya masalah eliminasi.
Ø  Karakteristik feses, mengispeksi karakteristik feses guna memberikan informasi akan perubahan eliminasi.
Ø  Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, memberikan informasi yang berguna dalam mempelajari masalah eiminasi.
Ø  Meningkatkan kebiasaan defekasi secara teratur, seorang perawat menetapkan kapan seorang pasien boleh melakukan defekasi secara normal oleh keinginan pasien, yang dimana biasanaya satu jam setelah makan.
Ø  Meningkatkan defekasi normal, dengan melakukan posisi jongkok defekasi pada pasien bisa meningkat secara normal, ataupun mengatur posisi pispot yang nyaman untuk seorang pasien
Ø  Perawatan ostomi, pasien yang mempunyai diversi usus sementara ataupun permanen mempunyai masalah perawatan kesehatan yang unik. Seseorang yang mempunyai ostonomi inkontinen harus memakai kantong ataupun alat guna mengumpulkan feses yang dibawa keluar oleh stoma.
Ø  Mempertahankan asupan cairan dan makanan yang sesuai, dalam melakukan diet guna meningkatkan eliminasi normal, seorang perawat harus memeprtimbangkannya dari jenis feses, frekuensi, serta jenis makanan yang dapat meningkatkan defekasi. Misalnya makanan tinggi akan serat dan peningkatan konsumsi cairan.
Ø  Meningkatkan latihan fisik secara teratur, agar eliminasi pada tubuh kita lanccar kita dpat melakukan suatu olah raga ataupun gerak tubuh seperti berjalan, berenang, mengendarai sepeda. Dibandingkan hanya duduk bekerja saja, justru itu dapat menghambat eliminasi seseorang.
Ø  Meningkatkan rasa nyaman, dengan mengurangi jumlah udara yang tertelan dapat meningkatkan flautus, adapun yang lain seperti pemasangan selang nasogastrikguna mengeluarkan flautus.
Ø  Mempertahankan integritas kulit, pada pasien yang mengalami diare beresiko tertinggalnya feses pada anus,sehingga dapat mengakibatkan integritas kulit menjadi berkurang. Hal ini perawat harus memberikan jeli petrolatum, oksida zink ataupun minyak lainnya yang mungkin dapat menjaga kelmbapan kulit, serta mencegah kulit menjadi kering dan pecah-pecah
Ø  Meningkatkan konsep diri, seorang perawat harus dapat menjaga hati pasiennya agar tidak berargumen dirinya bau serta menghindari sosialisasi dengan orang lainnya ataupun kebersihan dirinya.
*Catatan: Diringkas oleh Bima Ragil Pranata dari buku Potter, P.A. & Pery, A.G. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan Praktik, Vol. 2 4/E. Alih bahasa oleh Renata Kumulasari, Dian Evriyani, Enie Noviestari, Alvrina Hany, Sari kurnianingsih. Jakarta: EGC. (halaman 1739-1787).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...