Salah satu topic utama
dalam pemberian askep adalah mempertahankan integritas kulit. Intervensi
perawatan kulit yang terencana dan konsisten merupakan intervensi penting untuk
menjamin perawatan yang berkualitas tinggi
(Holf,1989). Gangguan integritas kulit dapat terjadi sebab tekanan yang
lama, iritasi, imobilisasi, sehingga menyebabkan dekubitus.
Dekubitus merupakan
nekrosis jaringan local yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan
diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama
(National Pressure Ulcer Avisiory Panel [NPUAP], 19899a, 1989b). Dekubikus
adalah masalah akut yang terus terjadi dan situasi perawatan pemulihan.
Perkiraan dan Pencegahan Dekubitus
Pengkajian Resiko
Empat Instrument yang
dipakai mengkaji resiko terjadinya dekubitus dapat secepat mungkin
mengidentifikasi klien yang memiliki resiko tinggi. Pencegahan dan pengobatan
dekubitas merupakan prioritas utama keperawatan dan Kemampuan mengidentifikasi
klien yang beresiko dapat membantu menahan biaya perawatan (Gosnell, 1973:
Nortok dkk, 1962).
Empat instrument tadi
adalah Skala Norton, Skala Gosnell, Skala Knoll, Skala Braden. Masing-masing
skala atau instrument tadi memiliki pengkajiannya sendiri-sendiri. Di akhir
pengkajian, dari setiap skala dapat dikalkulasi dengan baik dan menghasilkan
data yang valid.
Pencegahan
Pencehagan dekubitus
merupakan prioritas dalam perawatan klien dan tidak terbatas pada klien yang
mengalami keterbatasan mobilisasi. Gangguan integritas kulit mungkin tidak
menjadi masalah bagi individu yang mengalami imobilisasi dan sehat, tetapi bisa
menjadi masalah yang serius dan berpotensi merusak pada klien sakit atau tidak
berdaya (AHCPR, 1992).
DEKUBITUS
Dekubitus, dan ulkus
dekubitus adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan gangguan
integritas kulit. Pasien yang mengalami perubahan pemikiran sensorik terhadap
nyeri dan penekanan beresiko besar mengalami gangguan integritas kulit dari
pada pasien yang sensasinya normal. Sedang pasien yang tidak mampu mengganti
posisi secara mandiri dapat beresiko tinggi terjadi dekubitus. Pengurangan
tingkat kesadaran juga dapat meningkatkan resiko terjadinya dekubitus pada
pasien. Gips,traksi, alat ortotik, dan peralatan lain juga menyebabkan
menaiknya resiko terjadinya dekubitus pada pasien.
Faktor yang
mempengaruhi dekubitus antara lain Gaya gesek, tekanan yang tidak dapat
dikurangi karena kurangnya mobilisasi, Friksi, tingkat kelembaban, edema,
anemia, dan kakeksia. Pasien yang beresiko terjadi dekubitus adalah pasien yang
sudah lansia atau pasien yang memiliki ketidakmampuan menggerakkan tubuhnya
atau immobilisasi.
Patologenesis Dekubitus
Tiga elemen yang
menjadi dasar terjadi dekubitus, yaitu : Intensitas tekanan yang menutup
kapiler (Landis, 1930); durasi dan besarnya tekanan (Koziak, 1959); dan
toleransi jaringan (Husain, 1953; Trumble, 1930). Beberapa tempat yang sering
terjadi dekubitus adalah sacrum, tumit, siku, maleolus lateral, trokanter
besar, dan tuberositis iskial (Meeham, 1994)
Klasifikasi Dekubitus - Tahap atau warna
Salah satu metode yang
paling awal untuk mengklasifikasikan dekubitus adalah dengan menggunakan sistem
nilai atau tahapan. Sistem ini awal dikemukakan oleh Shea (1975). Sebagai suatu
cara untuk memperoleh metode jelas dan konsisten untuk menggambarkan dan
mengklasifikasikan dekubitus. Sistem tahapan dekubitus berdasarkan gambaran
kedalaman jaringan yang rusak (Maklebust, 1995). Berikut metode yang seharusnya
di periksa dalam tahap awal :
I.
Eritema tidak pucat yang terdapat pada kulit
utuh, lesi ulkus kulit diperbesar. Kulit tidak ada warna, hangat, dan keras
juga menjadi indikator
II.
Hilangnya sedikit bagian kulit meliputi
dermisdan atau epidermis.
III.
Berkurangnya
seluruh ketebalan kulit meliputi jaringan subkutan yang rusak atau nekrotik
bisa jadi akan melebar ke bawah.
IV.
Hilangnya ketebalan kulit bersama dekstruksi
ekstensif; nekrosis jaringan;atau kerusakan otot, tulang, atau struktuk
penyangga.
Dekubitus bisa di cegah dengan berbagai cara,
diantaranya dengan mensuplay cukup cairan ke dalam aliran darah agar metabolism
lebih lancar.ini akan mengurang resiko terjadinya dekubitus, karena jika
tekanan eksternal yang menekan kulit lebih besar dari pada tekanan dalam dasar
kapiler, maka aliran darah kedalam jaringan disekitarnya akan berkurang.
Suplay oksigen pada pasien yang mengalami imobilisasi
juga amat diperlukan agar jaringan agar sirkulasi darah bisa mensuplay oksigen
ke seluruh jaringan tubuh secara optimal. Karena apabila terjadi penurunan
sirkulasi ke dalam jaringan menyebabkan hipoksia jaringan; dan jika tidak
segera di tangani dapat menimbulkan nekrotik jaringan.
Pengkajian kulit secara teratur pada pasien sangatlah
dibutuhkan. Terutama adalah kontrol kebersihan kulit pasien yang mengalami
imobilisasi. Pengkajian kulit dan jaringan yang dilakukan secara teliti dan
identifikasi faktor resiko, perlu dilakukan untuk menurunkan peluang terjadi
dekubitus.
Tahap awal terjadinya dekubitus rata-rata diawali
dengan gejala Hiperemia. Hiperemia ini yaitu hyperemia reaktif normal
(kemerahan) merupakan efek vasodilatasilokal yang terlihat, respon tubuh normal
pada kekurangan aliran darah di jaringan bawahnya. Kelainan Hiperemia reaktif
ialah vasodilatasi dan indurasi yang berlebihan sebagai respons dari tekanan. Indurasi
ialah sector endema local pada bawah kulit. Untuk mengkaji hyperemia reaktif,
perawat juga harus melakukan palpasi pada jaringan di sekitarnya untuk
menentukan adanya tanda tanda Indurasi.
Perawatan Integritas kulit juga wajib ditekuni oleh
para perawat. Terutama dalam perawatan kulit preventif bertujuan mengontrol
tekanan eksternal pada tonjolan tulang dan menjaga kulit tetap bersih, mendapat
lubrikasi dan hidrasi yang baik, dan bebas dari kelembaban yang berlebihan.
Perawatan berupa fasilitas peralatan yang akan di
pakai oleh pasien juga wajib di perhatikan oleh perawat. Seperti tempat tidur
yang di pakai oleh pasien pakaian yang dikenakan sampai kualitas air bersih
yang di gunakan oleh pasien. Dari sisi tempat tidu, bantalan plastik berguna
melindungi tempat tidur, bukan melindungi kulit klien, karena bantalan plastik
tersebut tidak membuang kelembapan dari kulit pasien. Keadaan yang paling baik
adalah menggunakan sprei yang permukaannya lembut dan dapat meredam panas. Posisi
yang tepat juga dapat menurunkan efek tekanan dan melindungi kulit pasien dari
gaya gesek yang terjadi antara kulit dan tempat tidur.
Data dari pengkajian terhadap sensivitas kulit pasien
sebelum masuk pada pemilihan tempat tidur seperti apa yang baik bagi pasien,
haruslah jelas agar tidak salah dalam pemilihannya. Tempat tidur terapeutik dan
matras dapat menurunkan efek tekanan, tetapi pemilihannnya harus berdasarkan
data pengkajian yang bertujuan mengidentifikasi tempat tidur yang terbai sesuai
kebutuhan klien.
Pengobatan Pada Pasien Yang
Mengalami Dekubitus
Sebelum melakukan tindakan untuk mengobati pasien
yang mengalami dekubitus, hendaknya perawat melakukan penyuluhan pada klien. Penyuluhan
ini bisa dimulai dari penyuluhan metode yang akan diambil, kondisi tempat
tidur, makanan yang akan dikonsumsi oleh pasien, ataupun obat-obatan yang akan
dikonsumsi oleh pasien.
Selama penyembuhan dekubitus, maka luka harus di kaji
untuk lokasi, tahap, ukuran, traktus sinus, kerusakan luka, luka menembus,
eksudat, jaringan nekrotik, dan keberadaan atau tidak adanya jaringan granulasi
maupun epiteliasasi (AHCPR, 1994).
Kulit. Selain menghilangkan tekanan pada bagian tubuh
dan menjaga tekanan pada bagian tersebut, kebersihan daerah ulkus dan seluruh
permukaan kulit juga perlu diperhatikan. Kelembaban pada ataupun disekitar
daerah kulit yang rusak menyebabkan ulserasi dan infeksi yang lebih parah.
Ulkus dengan jaringan nekrotikatau eskar atau telah
menunjukkan tanda – tanda mengelupas harus dilakukan debridement. Eskar adalah borok atau kulit kering
akibat kematian kulit. Pengelupasan adalah
terlepasnya jaringan yang mati akibat ulserasi kulit. Debridemen adalah pembuangan jaringan nekrotik sehingga jaringan sehat
dapat beregenerasi.
Lingkungan penyembuhan luka yang lembab merupakan hal
yang paling penting untuk penyembuhan luka karena lingkungan lembab
mempengaruhi kecepatan epiteliasi dan pembentukan jumlah skar. Lingkungan penyembuhan
luka yang relative lembab member kondisi optimum untuk mempercepat proses
penyembuhan.
Setelah dekubitus berhasil dilakukan debridement dan
mempunyai bagian dasar granulasi bersih,
maka tujuan perawatan luka local selanjutnya adalah memberikan lingkungan yang
tepat untuk penyembuhan luka dengan kelembaban dan mendukung pembentukan
jaringan granulasi baru.
Obat yang Digunakan dalam
Proses Penyembuhan Dekubitus
Obat – obatan pembersih dan topical yang digunakan
untuk mengobati dekubitus bervariasi sesuai dengan tahapan dekubitus dan
kondisi dari bagian dasar luka. Pengkajian ulkus membuat perawat lebih mudah
memilih obat-obatan yang tepat untuk perawatan kulit. Dalam pengkajian perawat
harus bisa memperkirakan planning apa yang harus disiapkan untuk penanganan
lebih lanjut, agar bisa diadakan kolaborasi dengan tenaga medis yang lain.
Intervensi nutrisi dutunjukkan untuk meningkatkan
penyembuhan luka melalui peningkatan protein, kalori, daen level hemoglobin. Hal
ini sangat diperlukan untuk dapat ber kolaborasi dengan tenaga medis bagian
GIZI. Agar dapat menyempurnakan kebutuhan nutrient yang diperlukan oleh pasien
untuk menjalani tahap penyembuhan.
Status asupan protein juga harus diperhatikan dengan
baik oleh perawat agar penyembuhan pasien dengan tambahan dekubitus bisa lebih
cepat selesai. Pada pasien dengan dekubitus, pasien dapat kehilangan protein
sebanyak 50 g per hari yang disebabkan dekubitus yang terbuka da basah.
Dianjurkan untuk mensuplay protein lebih banyak lagi, hal ini sesuai dengan
rekomendasi kebutuhan harian protein sebanyak 60 g untuk wanita dan 70 g untuk
laki-laki (Kavchak-Keyes, 1977).
Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan
dengan imobilisasitergantung luas dan durasi imobilisasi tersebut. Intinya
dalam penanganan pasien dengan imobilisasi harus disertai dengan latihan agar
pasien secara bertahap dapat belajar dan bisa untuk bermobilasi sebdiri. Ini juga
bertujuan agar proses penyembuhan bisa berlangsung lebih cepat.
*Catatan: Diringkas oleh Agung
Hadi Prabowo dari buku Potter, P.A. &Pery, A.G. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan Praktik, Vol. 2
E/4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih... Novieastari. Jakarta: EGC. (halaman 1251—1299).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...