Rabu, 01 Oktober 2014

Integritas Kulit


Salah satu topic utama dalam pemberian askep adalah mempertahankan integritas kulit. Intervensi perawatan kulit yang terencana dan konsisten merupakan intervensi penting untuk menjamin perawatan yang berkualitas tinggi  (Holf,1989). Gangguan integritas kulit dapat terjadi sebab tekanan yang lama, iritasi, imobilisasi, sehingga menyebabkan dekubitus.

Dekubitus merupakan nekrosis jaringan local yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama (National Pressure Ulcer Avisiory Panel [NPUAP], 19899a, 1989b). Dekubikus adalah masalah akut yang terus terjadi dan situasi perawatan pemulihan.

Perkiraan dan Pencegahan Dekubitus
Pengkajian Resiko
Empat Instrument yang dipakai mengkaji resiko terjadinya dekubitus dapat secepat mungkin mengidentifikasi klien yang memiliki resiko tinggi. Pencegahan dan pengobatan dekubitas merupakan prioritas utama keperawatan dan Kemampuan mengidentifikasi klien yang beresiko dapat membantu menahan biaya perawatan (Gosnell, 1973: Nortok dkk, 1962).

Empat instrument tadi adalah Skala Norton, Skala Gosnell, Skala Knoll, Skala Braden. Masing-masing skala atau instrument tadi memiliki pengkajiannya sendiri-sendiri. Di akhir pengkajian, dari setiap skala dapat dikalkulasi dengan baik dan menghasilkan data yang valid.

Pencegahan
Pencehagan dekubitus merupakan prioritas dalam perawatan klien dan tidak terbatas pada klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi. Gangguan integritas kulit mungkin tidak menjadi masalah bagi individu yang mengalami imobilisasi dan sehat, tetapi bisa menjadi masalah yang serius dan berpotensi merusak pada klien sakit atau tidak berdaya (AHCPR, 1992).

DEKUBITUS
Dekubitus, dan ulkus dekubitus adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan gangguan integritas kulit. Pasien yang mengalami perubahan pemikiran sensorik terhadap nyeri dan penekanan beresiko besar mengalami gangguan integritas kulit dari pada pasien yang sensasinya normal. Sedang pasien yang tidak mampu mengganti posisi secara mandiri dapat beresiko tinggi terjadi dekubitus. Pengurangan tingkat kesadaran juga dapat meningkatkan resiko terjadinya dekubitus pada pasien. Gips,traksi, alat ortotik, dan peralatan lain juga menyebabkan menaiknya resiko terjadinya dekubitus pada pasien.

Faktor yang mempengaruhi dekubitus antara lain Gaya gesek, tekanan yang tidak dapat dikurangi karena kurangnya mobilisasi, Friksi, tingkat kelembaban, edema, anemia, dan kakeksia. Pasien yang beresiko terjadi dekubitus adalah pasien yang sudah lansia atau pasien yang memiliki ketidakmampuan menggerakkan tubuhnya atau immobilisasi.

Patologenesis Dekubitus

Tiga elemen yang menjadi dasar terjadi dekubitus, yaitu : Intensitas tekanan yang menutup kapiler (Landis, 1930); durasi dan besarnya tekanan (Koziak, 1959); dan toleransi jaringan (Husain, 1953; Trumble, 1930). Beberapa tempat yang sering terjadi dekubitus adalah sacrum, tumit, siku, maleolus lateral, trokanter besar, dan tuberositis iskial (Meeham, 1994)

Klasifikasi Dekubitus - Tahap atau warna
Salah satu metode yang paling awal untuk mengklasifikasikan dekubitus adalah dengan menggunakan sistem nilai atau tahapan. Sistem ini awal dikemukakan oleh Shea (1975). Sebagai suatu cara untuk memperoleh metode jelas dan konsisten untuk menggambarkan dan mengklasifikasikan dekubitus. Sistem tahapan dekubitus berdasarkan gambaran kedalaman jaringan yang rusak (Maklebust, 1995). Berikut metode yang seharusnya di periksa dalam tahap awal :
                      I.            Eritema tidak pucat yang terdapat pada kulit utuh, lesi ulkus kulit diperbesar. Kulit tidak ada warna, hangat, dan keras juga menjadi indikator
                    II.            Hilangnya sedikit bagian kulit meliputi dermisdan atau epidermis.
                  III.            Berkurangnya  seluruh ketebalan kulit meliputi jaringan subkutan yang rusak atau nekrotik bisa jadi akan melebar ke bawah.
                  IV.            Hilangnya ketebalan kulit bersama dekstruksi ekstensif; nekrosis jaringan;atau kerusakan otot, tulang, atau struktuk penyangga.

Dekubitus bisa di cegah dengan berbagai cara, diantaranya dengan mensuplay cukup cairan ke dalam aliran darah agar metabolism lebih lancar.ini akan mengurang resiko terjadinya dekubitus, karena jika tekanan eksternal yang menekan kulit lebih besar dari pada tekanan dalam dasar kapiler, maka aliran darah kedalam jaringan disekitarnya akan berkurang.

Suplay oksigen pada pasien yang mengalami imobilisasi juga amat diperlukan agar jaringan agar sirkulasi darah bisa mensuplay oksigen ke seluruh jaringan tubuh secara optimal. Karena apabila terjadi penurunan sirkulasi ke dalam jaringan menyebabkan hipoksia jaringan; dan jika tidak segera di tangani dapat menimbulkan nekrotik jaringan.

Pengkajian kulit secara teratur pada pasien sangatlah dibutuhkan. Terutama adalah kontrol kebersihan kulit pasien yang mengalami imobilisasi. Pengkajian kulit dan jaringan yang dilakukan secara teliti dan identifikasi faktor resiko, perlu dilakukan untuk menurunkan peluang terjadi dekubitus.

Tahap awal terjadinya dekubitus rata-rata diawali dengan gejala Hiperemia. Hiperemia ini yaitu hyperemia reaktif normal (kemerahan) merupakan efek vasodilatasilokal yang terlihat, respon tubuh normal pada kekurangan aliran darah di jaringan bawahnya. Kelainan Hiperemia reaktif ialah vasodilatasi dan indurasi yang berlebihan sebagai respons dari tekanan. Indurasi ialah sector endema local pada bawah kulit. Untuk mengkaji hyperemia reaktif, perawat juga harus melakukan palpasi pada jaringan di sekitarnya untuk menentukan adanya tanda tanda Indurasi.

Perawatan Integritas kulit juga wajib ditekuni oleh para perawat. Terutama dalam perawatan kulit preventif bertujuan mengontrol tekanan eksternal pada tonjolan tulang dan menjaga kulit tetap bersih, mendapat lubrikasi dan hidrasi yang baik, dan bebas dari kelembaban yang berlebihan.
Perawatan berupa fasilitas peralatan yang akan di pakai oleh pasien juga wajib di perhatikan oleh perawat. Seperti tempat tidur yang di pakai oleh pasien pakaian yang dikenakan sampai kualitas air bersih yang di gunakan oleh pasien. Dari sisi tempat tidu, bantalan plastik berguna melindungi tempat tidur, bukan melindungi kulit klien, karena bantalan plastik tersebut tidak membuang kelembapan dari kulit pasien. Keadaan yang paling baik adalah menggunakan sprei yang permukaannya lembut dan dapat meredam panas. Posisi yang tepat juga dapat menurunkan efek tekanan dan melindungi kulit pasien dari gaya gesek yang terjadi antara kulit dan tempat tidur.

Data dari pengkajian terhadap sensivitas kulit pasien sebelum masuk pada pemilihan tempat tidur seperti apa yang baik bagi pasien, haruslah jelas agar tidak salah dalam pemilihannya. Tempat tidur terapeutik dan matras dapat menurunkan efek tekanan, tetapi pemilihannnya harus berdasarkan data pengkajian yang bertujuan mengidentifikasi tempat tidur yang terbai sesuai kebutuhan klien.

Pengobatan Pada Pasien Yang Mengalami Dekubitus

Sebelum melakukan tindakan untuk mengobati pasien yang mengalami dekubitus, hendaknya perawat melakukan penyuluhan pada klien. Penyuluhan ini bisa dimulai dari penyuluhan metode yang akan diambil, kondisi tempat tidur, makanan yang akan dikonsumsi oleh pasien, ataupun obat-obatan yang akan dikonsumsi oleh pasien.

Selama penyembuhan dekubitus, maka luka harus di kaji untuk lokasi, tahap, ukuran, traktus sinus, kerusakan luka, luka menembus, eksudat, jaringan nekrotik, dan keberadaan atau tidak adanya jaringan granulasi maupun epiteliasasi (AHCPR, 1994).

Kulit. Selain menghilangkan tekanan pada bagian tubuh dan menjaga tekanan pada bagian tersebut, kebersihan daerah ulkus dan seluruh permukaan kulit juga perlu diperhatikan. Kelembaban pada ataupun disekitar daerah kulit yang rusak menyebabkan ulserasi dan infeksi yang lebih parah.

Ulkus dengan jaringan nekrotikatau eskar atau telah menunjukkan tanda – tanda mengelupas harus dilakukan debridement. Eskar adalah borok atau kulit kering akibat kematian kulit. Pengelupasan adalah terlepasnya jaringan yang mati akibat ulserasi kulit. Debridemen adalah pembuangan jaringan nekrotik sehingga jaringan sehat dapat beregenerasi.

Lingkungan penyembuhan luka yang lembab merupakan hal yang paling penting untuk penyembuhan luka karena lingkungan lembab mempengaruhi kecepatan epiteliasi dan pembentukan jumlah skar. Lingkungan penyembuhan luka yang relative lembab member kondisi optimum untuk mempercepat proses penyembuhan.

Setelah dekubitus berhasil dilakukan debridement dan mempunyai bagian dasar granulasi bersih, maka tujuan perawatan luka local selanjutnya adalah memberikan lingkungan yang tepat untuk penyembuhan luka dengan kelembaban dan mendukung pembentukan jaringan granulasi baru.

Obat yang Digunakan dalam Proses Penyembuhan Dekubitus

Obat – obatan pembersih dan topical yang digunakan untuk mengobati dekubitus bervariasi sesuai dengan tahapan dekubitus dan kondisi dari bagian dasar luka. Pengkajian ulkus membuat perawat lebih mudah memilih obat-obatan yang tepat untuk perawatan kulit. Dalam pengkajian perawat harus bisa memperkirakan planning apa yang harus disiapkan untuk penanganan lebih lanjut, agar bisa diadakan kolaborasi dengan tenaga medis yang lain.

Intervensi nutrisi dutunjukkan untuk meningkatkan penyembuhan luka melalui peningkatan protein, kalori, daen level hemoglobin. Hal ini sangat diperlukan untuk dapat ber kolaborasi dengan tenaga medis bagian GIZI. Agar dapat menyempurnakan kebutuhan nutrient yang diperlukan oleh pasien untuk menjalani tahap penyembuhan.

Status asupan protein juga harus diperhatikan dengan baik oleh perawat agar penyembuhan pasien dengan tambahan dekubitus bisa lebih cepat selesai. Pada pasien dengan dekubitus, pasien dapat kehilangan protein sebanyak 50 g per hari yang disebabkan dekubitus yang terbuka da basah. Dianjurkan untuk mensuplay protein lebih banyak lagi, hal ini sesuai dengan rekomendasi kebutuhan harian protein sebanyak 60 g untuk wanita dan 70 g untuk laki-laki (Kavchak-Keyes, 1977).

Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilisasitergantung luas dan durasi imobilisasi tersebut. Intinya dalam penanganan pasien dengan imobilisasi harus disertai dengan latihan agar pasien secara bertahap dapat belajar dan bisa untuk bermobilasi sebdiri. Ini juga bertujuan agar proses penyembuhan bisa berlangsung lebih cepat.

*Catatan: Diringkas oleh Agung Hadi Prabowo dari buku Potter, P.A. &Pery, A.G. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan Praktik, Vol. 2 E/4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih... Novieastari. Jakarta: EGC. (halaman 1251—1299).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...