Selasa, 30 September 2014

SEKSUALITAS


SEKSUALITAS*
Seks adalah hal yang tidak asing lagi untuk dibicaraka oleh orang dewasa. Sekitar tahun 1960-an , tenaga perawatan kesehatan sudah mengenal bahwa kesehatan seksual adalah sebagai komponen kesejahteraan. Perawat membutuhkan peran yang dapat membantu untuk pengajaran pelatihan keperawatannya yaitu seorang klien.

Konsep tentang seksualitas, banyak orang yang salah mengartikan bahwa seksualitas adalah istilah seks. Padahal, seks dan seksualitas adalah hal yang berbeda. Seks adalah hal yang berkaitan dengan fisik dalam berhubungan yaitu bagian seksual genital. Sedangkan seksualitas diekspresikan dalam berinteraksi dan berhubungan dengan lawan jenis melalui tindakan yang diperbuatnya, yaitu sentuhan,  pelukan, ciuman, perlakuan yang berbeda (Denney dan Quadagno, 1992: Zawid, 1994). Adapun dimensi seksualitas adalah bagian dari konsep tentang seksualitas yang terdiri atas dimensi sosiokultural, dimensi agama dan etik,dimensi psikologis. Dimensi sosiokultural dipengaruhi oleh norma serta tata tertib kultural apakah sesuai atau tidak di dalam kultur.Adapun dimensi agama dan etik selalu menganggap apa yang benar dan salah dalam seksualitas adalah berdasarkan  sikap serta keyakinan agama. Sedangkan didalam dimensi psikologis, apa yang diajarkan orangtua sejak usia dini  sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan anak terhadap seksualitas. Di samping itu konsep seksualitas juga menyangkut tentang identitas seksual, yaitu identitas biologis dan identitas jender. Identitas biologis ditentukan perbedaan laki-laki dan perempuan ditentukan dari kromosom yang berbeda. Kromosom X dari ibu, dan kromosom Y dari ayah. Sedangkan identitas jender adalah perasaan menjadi cewek atau cowok. Identitas jender mempunyai peran jender yaitu yang membedakan apakah laki-laki dan perempuan.Orientasi seksual pun juga berperan dalam konsep tentang seksualitas , orientasi seksual juga sebagai pembeda antara laki-laki dan perempuan.
Variasi dalam ekspresi seksual ada dua yaitu Transeksual dan Trasvestite. Transeksual adalah seseorang yang jenis kelaminnya tidak sama dengan seks biologisnya. Transvestite ialah pria heteroseksual yang perilaku berpakaiannya seperti wanita dalam pemuasan seksualnya.

Sikap terhadap kesehatan seksual sangatlah penting, terdapat dua sikap yaitu sikap seksual klien dan sikap perawat terhadap seksualitas. Perawat memiliki hak untuk menyentuh anggota badan klien dan membersihkan tubuh klien, maka perawat diharapkan mampu menjaga kebersihan diri. Perawat juga mempunyai sikap terhadap seksualitas agar klien dapat menerima pelayanan kesehatan terbaik tanpa mengilangkan harga diri mereka. Klien membutuhkan informasi yang jelas, maka perawat harus memberikan informasi dengan sebaik-baiknya.

Anatomi dan fisiologi seksual ,organ seks wanita terdiri atas organ seks eksternal dan internal .  Organ seks eksternal antara lain, Mons Veneris adalah lapisan yang mengandung lemak, Labia yaitu lipatan kulit yang berlemak dan membentuk batasan vulva, Klitoris mempunyai peran dalam rangsangan seksual, dan Vestibula. Organ seks internal meliputi, Vagina adalah organ otot berdinding tidak tebal dan terangkat 45 derajat menghadap ke belakang, Kelenjar Bartholin, Uterus berada di antara kandung kemih dan rektum, Tuba fallopian, dan terdapat dua ovarium pada sisi uterus.Payudara merupakan karakteristik seks sekunder sebagai pembega antara laki-laki dan perempuan. Wanita juga mengalami siklus menstruasi. Siklus menstruasi biasanya berlangsung selama 28 hari tetapi biasanya berkisar antara 21 sampai 40 hari. Homon yang berperan dalam siklus menstruasi yaitu LH dan FSH. Biasanya banyak wanita yang mengalami gejala premenstrual yaitu nyeri pada abdomen bagian bawah. Tak hanya itu wanita juga enggan melakukan hubungan seks selama menstruasi. Siklus menstruasi tidaklah berlangsung terus menerus sepanjang usia, akan tetapi akan mengalami menopause pada usia 45 sampai 60 tahun. Organ seks pria juga terdiri atas  organ seks internal dan eksternal. Organ seks internal meliputi penis dan Skrotum. Sedangkan organ internal yaitu testis, system duktus, juga beberapa organ yang melengkapi (vesika seminalis, kelenjar prostat, kelenjar bulbouretral).Pria selalu mengalami klimaterik. Klimaterik yaitu perubahan keinginan sesksual dari pria. Pada usia 50 atau 60 tahun kemampuan erektil atau ejakulasi akan meng, alami perlambatan.

Perkembangan seksual, perkembangan seksual selalu bertahap sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan dimulai dari masa bayi, usia bermain dan pra sekolah,usia sekolah, pebertas dan remaja, masa dewasa, sampai masa lansia. Pada masa bayi, genitalia pada bayi sangat peka terhadap sentuhan. Memasuki masa usia bermain dan prasekolah, anak usia 1 sampai 5 tahun sudah dapat membedakan perilaku sesuai jenis kelamin serta menguatkan identitas jender. Orangtua harus member informasi agar anak berhati-hati menghadapi potensial penganiayaan sesksual saat anak memasuki usia sekolah. Masa pubertas ditandai dengan perkembangan payudara pada anak gadis dan hormon testosteron pada anak laki-laki meningkat. Pada masa dewasa seseorang telah mencapai maturasi dan berperan dalam kelahiran seorang anak. Jika telah memasuki masa lansia, seseorang akan lebih mengurangi kegiatan seksualnya.
Respon Seksual, respon seksual terdiri atas dua siklus respon seksual yaitu Vasokongesti dan Miotonia. Vasokongesti adalah terkumpulnya darah dalam alat kelamin serta payudara wanita. Sedangkan miotonia akan meningkat di seluruh tubuh ketika tahap perangsangan dan plateu.

Kehamilan dan seksualitas, pria dan wanita akan melakukan berbagai cara agar mereka dapat berperan sebagai orangtua, salah satunua yaitu melakukan senggama. Jika senggama dilakukan ketika wanita sedang hamil, maka harus menggunakan posisi sebaik mungkin  agar kehamilan tetap terjaga. Hal yang sangat wajar ketika hamil serta setelah melahirkan seorang wanita enggan melakukan senggama.

Masalah yang berhubungan dengan seksualitas, wanita sering kawatir terhadap pencegahan konsepsinya. Potensial fertilitas merupakan masalah wanita premenopause ketika melakukan hubungan seksual. Masalah lain yaitu banyak orang yang takut terserang AIDS. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut kontrasepsi  sangatlah diperlukan untuk mencegah kehamilan dan menjaga kesehatan. Adapun faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi  yaitu,faktor pertama kemampuan klien agar dapat melaksanakan tindakan yang bermakna. Faktor kedua adalah yang mempengaruhi kontrasepsi yang baik adalah lingkungan individu.  Masalah yang berhubungan dengan seksualitas juga dapat diatasi dengan metoda biologis, yaitu melakukan hubungan seks adalah cara yang terbaik agar dapat hamil.Metode kimiawi , dilakukan dengan cara mengkonsumsi obat untuk pencegahan kehamilan. Sedangkan dalam metode mekanis ditekankan dengan penggunaan kondom. Dapat juga dilakukan metoda pembedahan agar strerilisasi dapat dilakukan. Didalam metoda pembedahan dapat dilakukan infertilisasi dan aborsi. Infertilisasi dilakukan untuk pencegahan kehamilan. Sedangkan aborsi adalah pengguguran janin yang disengaja. Seksual juga dapat menimbulkan penyakit menular , penyakit tersebut ditularkan ketika individu melakukan kontak seksual. Penularannya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus.  Terserang penyakit Gonorea, Sifilis, Klamidia adalah karena terkena bakteri. Sedangkan penyakit menular karena virus adalah VHS(Virus Herpes Simpleks), Kutil genital yang disebabkan oleh human papilloma virus, dan HIV. Salah satu pencegahan penyakit  menular tersebut adalah melakukan hubungan seksual yang aman, tidak berganti-ganti pasangan, dan pengurangan pemakain kondom. Masalah seksual juga dapat menimbulkan masalah penganiayaan seksual, yang secara umum lebih banyak dilakukan oleh seorang pria terhadap seorang wanita. Wanita dianiaya secara fisik, pelecehan seksual, dan pemukulan dari pasangannya. Efek penyakit pada seksualitas yaitu perubahan fisiologis,psikologis, dan penyakit, jika salah satu dari semua itu berubah maka dapat memberikan efek pada bagian yang lain. Adapun efek medikasi pada seksualitas dapat mengganggu keinginan berhubungan seksual. Jika seseorang telah memasuki rumah sakit atau disebut dengan hospitalisasi perawat harus dapat membantu klien mengatasi masalah seksualnya. Penyebab disfungsi seksual yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis disebabkan oleh minimnya informasi tentang anatomi seksual. Sedangkan faktor psikologis disebabkan oleh tindakan kekerasan seksual dan mengakibatkan rasa bersalah pada diri.

Seksualitas dan proses keperawatan sangatlah berhubungan, sebagai seorang perawat kita harus dapat memberikan tanggapan terhadap masalah seksual yang diceritakan oleh klien. Faktor yang mempengruhu seksualitas terdiri atas factor fisik , factor hubungan, factor gaya hidup, dan factor harga diri. Agar dapat mengetahui dan menentukan apakah pasien mempunyai masalah seksualitas riwayat kesehatan seksual sangatlah dibutuhkan agar dapat menjawab pertannyaan tentang pasien.Untuk dapat mengevaluasi penyebab masalah seksual klien harus dilakukan pengkajian fisik. Selanjutnya dilakukan diagnose keperawatan untuk mengetahui masalah anatomis, fisiologis, dan keadaan klien. Promosi kesehatan juga dapat dilakukan agar dapat menggali dan mendiskusikan pendidikan seks agar tercipta komunikasi yang lebih baik. Untuk membantu klarifikasi maslah dan kekuatiran , serta memberikan informasi kepada klien, dilakukanlah perawatan akut. Tak hanya itu  perawatan restoratif juga diperlukan agar perawat dapat memberikan penjelasan prosedur, pengobatan, dan latihan yang baik kepada klien. Tahap yang terakhir adalah melakukan evaluasi guna mempertimbangkan dan menilai mana yang baik dan buruk.





*Catatan: Diringkas oleh Tyas Hanif Muslimah dari buku Potter, P.A & Perry A.G. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Vol. 1 E/4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih,Made Sumarwati,Dian Evriyani,Laily Mahmudah,Ellen Panggabean,Kusrini S,Novietasari. Jakarta: EGC. (halaman 524-560).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...