SEKSUALITAS*
Seks adalah hal yang tidak asing lagi
untuk dibicaraka oleh orang dewasa. Sekitar tahun 1960-an , tenaga perawatan
kesehatan sudah mengenal bahwa kesehatan seksual adalah sebagai komponen
kesejahteraan. Perawat membutuhkan peran yang dapat membantu untuk pengajaran
pelatihan keperawatannya yaitu seorang klien.
Konsep tentang
seksualitas, banyak orang yang salah mengartikan bahwa seksualitas adalah
istilah seks. Padahal, seks dan seksualitas adalah hal yang berbeda. Seks
adalah hal yang berkaitan dengan fisik dalam berhubungan yaitu bagian seksual
genital. Sedangkan seksualitas diekspresikan dalam berinteraksi dan berhubungan
dengan lawan jenis melalui tindakan yang diperbuatnya, yaitu sentuhan, pelukan, ciuman, perlakuan yang berbeda
(Denney dan Quadagno, 1992: Zawid, 1994). Adapun dimensi seksualitas adalah
bagian dari konsep tentang seksualitas yang terdiri atas dimensi sosiokultural,
dimensi agama dan etik,dimensi psikologis. Dimensi sosiokultural dipengaruhi
oleh norma serta tata tertib kultural apakah sesuai atau tidak di dalam kultur.Adapun
dimensi agama dan etik selalu menganggap apa yang benar dan salah dalam
seksualitas adalah berdasarkan sikap
serta keyakinan agama. Sedangkan didalam dimensi psikologis, apa yang diajarkan
orangtua sejak usia dini sangatlah
berpengaruh terhadap perkembangan anak terhadap seksualitas. Di samping itu
konsep seksualitas juga menyangkut tentang identitas seksual, yaitu identitas biologis
dan identitas jender. Identitas biologis ditentukan perbedaan laki-laki dan
perempuan ditentukan dari kromosom yang berbeda. Kromosom X dari ibu, dan
kromosom Y dari ayah. Sedangkan identitas jender adalah perasaan menjadi cewek
atau cowok. Identitas jender mempunyai peran jender yaitu yang membedakan
apakah laki-laki dan perempuan.Orientasi seksual pun juga berperan dalam konsep
tentang seksualitas , orientasi seksual juga sebagai pembeda antara laki-laki
dan perempuan.
Variasi dalam ekspresi seksual ada dua
yaitu Transeksual dan Trasvestite. Transeksual adalah seseorang yang jenis
kelaminnya tidak sama dengan seks biologisnya. Transvestite ialah pria
heteroseksual yang perilaku berpakaiannya seperti wanita dalam pemuasan
seksualnya.
Sikap terhadap
kesehatan seksual sangatlah penting,
terdapat dua sikap yaitu sikap seksual klien dan sikap perawat terhadap
seksualitas. Perawat memiliki hak untuk menyentuh anggota badan klien dan
membersihkan tubuh klien, maka perawat diharapkan mampu menjaga kebersihan
diri. Perawat juga mempunyai sikap terhadap seksualitas agar klien dapat
menerima pelayanan kesehatan terbaik tanpa mengilangkan harga diri mereka.
Klien membutuhkan informasi yang jelas, maka perawat harus memberikan informasi
dengan sebaik-baiknya.
Anatomi dan fisiologi
seksual ,organ seks wanita terdiri
atas organ seks eksternal dan internal . Organ seks eksternal antara lain, Mons Veneris
adalah lapisan yang mengandung lemak, Labia yaitu lipatan kulit yang berlemak
dan membentuk batasan vulva, Klitoris mempunyai peran dalam rangsangan seksual,
dan Vestibula. Organ seks internal meliputi, Vagina adalah organ otot
berdinding tidak tebal dan terangkat 45 derajat menghadap ke belakang, Kelenjar
Bartholin, Uterus berada di antara kandung kemih dan rektum, Tuba fallopian,
dan terdapat dua ovarium pada sisi uterus.Payudara merupakan karakteristik seks
sekunder sebagai pembega antara laki-laki dan perempuan. Wanita juga mengalami
siklus menstruasi. Siklus menstruasi biasanya berlangsung selama 28 hari tetapi
biasanya berkisar antara 21 sampai 40 hari. Homon yang berperan dalam siklus
menstruasi yaitu LH dan FSH. Biasanya banyak wanita yang mengalami gejala
premenstrual yaitu nyeri pada abdomen bagian bawah. Tak hanya itu wanita juga
enggan melakukan hubungan seks selama menstruasi. Siklus menstruasi tidaklah
berlangsung terus menerus sepanjang usia, akan tetapi akan mengalami menopause
pada usia 45 sampai 60 tahun. Organ seks pria juga terdiri atas organ seks internal dan eksternal. Organ seks
internal meliputi penis dan Skrotum. Sedangkan organ internal yaitu testis,
system duktus, juga beberapa organ yang melengkapi (vesika seminalis, kelenjar
prostat, kelenjar bulbouretral).Pria selalu mengalami klimaterik. Klimaterik
yaitu perubahan keinginan sesksual dari pria. Pada usia 50 atau 60 tahun
kemampuan erektil atau ejakulasi akan meng, alami perlambatan.
Perkembangan seksual, perkembangan seksual selalu bertahap
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan dimulai dari masa bayi, usia bermain
dan pra sekolah,usia sekolah, pebertas dan remaja, masa dewasa, sampai masa
lansia. Pada masa bayi, genitalia pada bayi sangat peka terhadap sentuhan.
Memasuki masa usia bermain dan prasekolah, anak usia 1 sampai 5 tahun sudah
dapat membedakan perilaku sesuai jenis kelamin serta menguatkan identitas
jender. Orangtua harus member informasi agar anak berhati-hati menghadapi
potensial penganiayaan sesksual saat anak memasuki usia sekolah. Masa pubertas
ditandai dengan perkembangan payudara pada anak gadis dan hormon testosteron
pada anak laki-laki meningkat. Pada masa dewasa seseorang telah mencapai maturasi
dan berperan dalam kelahiran seorang anak. Jika telah memasuki masa lansia,
seseorang akan lebih mengurangi kegiatan seksualnya.
Respon Seksual, respon
seksual terdiri atas dua siklus respon seksual yaitu Vasokongesti dan Miotonia.
Vasokongesti adalah terkumpulnya darah dalam alat kelamin serta payudara
wanita. Sedangkan miotonia akan meningkat di seluruh tubuh ketika tahap
perangsangan dan plateu.
Kehamilan dan
seksualitas, pria dan wanita akan
melakukan berbagai cara agar mereka dapat berperan sebagai orangtua, salah
satunua yaitu melakukan senggama. Jika senggama dilakukan ketika wanita sedang
hamil, maka harus menggunakan posisi sebaik mungkin agar kehamilan tetap terjaga. Hal yang sangat
wajar ketika hamil serta setelah melahirkan seorang wanita enggan melakukan
senggama.
Masalah yang
berhubungan dengan seksualitas, wanita
sering kawatir terhadap pencegahan konsepsinya. Potensial fertilitas merupakan
masalah wanita premenopause ketika melakukan hubungan seksual. Masalah lain
yaitu banyak orang yang takut terserang AIDS. Untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut kontrasepsi sangatlah
diperlukan untuk mencegah kehamilan dan menjaga kesehatan. Adapun faktor yang
mempengaruhi penggunaan kontrasepsi
yaitu,faktor pertama kemampuan klien agar dapat melaksanakan tindakan
yang bermakna. Faktor kedua adalah yang mempengaruhi kontrasepsi yang baik
adalah lingkungan individu. Masalah yang
berhubungan dengan seksualitas juga dapat diatasi dengan metoda biologis, yaitu
melakukan hubungan seks adalah cara yang terbaik agar dapat hamil.Metode
kimiawi , dilakukan dengan cara mengkonsumsi obat untuk pencegahan kehamilan.
Sedangkan dalam metode mekanis ditekankan dengan penggunaan kondom. Dapat juga
dilakukan metoda pembedahan agar strerilisasi dapat dilakukan. Didalam metoda
pembedahan dapat dilakukan infertilisasi dan aborsi. Infertilisasi dilakukan
untuk pencegahan kehamilan. Sedangkan aborsi adalah pengguguran janin yang
disengaja. Seksual juga dapat menimbulkan penyakit menular , penyakit tersebut
ditularkan ketika individu melakukan kontak seksual. Penularannya dapat
disebabkan oleh bakteri maupun virus.
Terserang penyakit Gonorea, Sifilis, Klamidia adalah karena terkena
bakteri. Sedangkan penyakit menular karena virus adalah VHS(Virus Herpes
Simpleks), Kutil genital yang disebabkan oleh human papilloma virus, dan HIV. Salah satu pencegahan penyakit menular tersebut adalah melakukan hubungan
seksual yang aman, tidak berganti-ganti pasangan, dan pengurangan pemakain
kondom. Masalah seksual juga dapat menimbulkan masalah penganiayaan seksual,
yang secara umum lebih banyak dilakukan oleh seorang pria terhadap seorang
wanita. Wanita dianiaya secara fisik, pelecehan seksual, dan pemukulan dari
pasangannya. Efek penyakit pada seksualitas yaitu perubahan fisiologis,psikologis,
dan penyakit, jika salah satu dari semua itu berubah maka dapat memberikan efek
pada bagian yang lain. Adapun efek medikasi pada seksualitas dapat mengganggu
keinginan berhubungan seksual. Jika seseorang telah memasuki rumah sakit atau
disebut dengan hospitalisasi perawat harus dapat membantu klien mengatasi
masalah seksualnya. Penyebab disfungsi seksual yaitu faktor fisiologis dan
faktor psikologis. Faktor fisiologis disebabkan oleh minimnya informasi tentang
anatomi seksual. Sedangkan faktor psikologis disebabkan oleh tindakan kekerasan
seksual dan mengakibatkan rasa bersalah pada diri.
Seksualitas dan proses
keperawatan sangatlah berhubungan, sebagai
seorang perawat kita harus dapat memberikan tanggapan terhadap masalah seksual
yang diceritakan oleh klien. Faktor yang mempengruhu seksualitas terdiri atas
factor fisik , factor hubungan, factor gaya hidup, dan factor harga diri. Agar
dapat mengetahui dan menentukan apakah pasien mempunyai masalah seksualitas riwayat
kesehatan seksual sangatlah dibutuhkan agar dapat menjawab pertannyaan tentang
pasien.Untuk dapat mengevaluasi penyebab masalah seksual klien harus dilakukan
pengkajian fisik. Selanjutnya dilakukan diagnose keperawatan untuk mengetahui
masalah anatomis, fisiologis, dan keadaan klien. Promosi kesehatan juga dapat
dilakukan agar dapat menggali dan mendiskusikan pendidikan seks agar tercipta
komunikasi yang lebih baik. Untuk membantu klarifikasi maslah dan kekuatiran ,
serta memberikan informasi kepada klien, dilakukanlah perawatan akut. Tak hanya
itu perawatan restoratif juga diperlukan
agar perawat dapat memberikan penjelasan prosedur, pengobatan, dan latihan yang
baik kepada klien. Tahap yang terakhir adalah melakukan evaluasi guna
mempertimbangkan dan menilai mana yang baik dan buruk.
*Catatan:
Diringkas oleh Tyas Hanif Muslimah dari buku Potter, P.A & Perry A.G. 1999.
Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik, Vol. 1 E/4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih,Made
Sumarwati,Dian Evriyani,Laily Mahmudah,Ellen Panggabean,Kusrini S,Novietasari.
Jakarta: EGC. (halaman 524-560).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...