KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN DALAM
KEPERAWATAN *
Karena adanya perubahan situasi di lingkungan
perawatan kesehatan dan makin beragamnya jenis-jenis penyakit, kemampuan dalam
kepemimpinan dan manajemen bagi perawat menjadi kebutuhan. Dengan adanya keterampilan
kepemimpinan dan manajemen, maka seorang perawat dapat memenuhi syarat dalam
melakukan praktik professional.
DEFINISI KEPEMIMPINAN DAN
MANAJEMEN
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, yang berarti
seseorang yang menunjukkan cara dan menggerakkan orang lain untuk maju dengan dasar suatu
visi. Dengan kata lain, kepemimpinan adalah upaya dari seseorang untuk
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan berkaitan erat
dengan manajemen. Sebuah organisasi sukses memerlukan manajemen dan
kepemimpinan, sebab terdapat konsep yang menyatakan bahwa “manajemen mendorong
ketepatan dan menaiki tangga kesuksesan; kepemimpinan menentukan apakah tangga
yang dinaiki bersandar pada dinding yang kokoh”(Covey, 1989).Lingkungan
keperawatan saat ini memerlukan perawat yang mengatur tujuan medis klien
sekaligus melakukan peran kepemimpinan untuk mencapai tujuan organisasi.
Lingkungan keperawatan di masa depan akan lebih mengarah kepada pengaturan tim
kerja secara mandiri. Hal ini menyebabkan perkembangan kepemimpinan dan
manajemen sama pentingnya dengan perkembangan keterampilan klinia, yang
dikembangkan dengan cara, teori, praktik, dan penerapan.
TEORI KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN
Awal dari teori kepemimpinan dan manajemen ditandai
dengan revolusi industry di awal abad 20. Pada awalnya, kajian tentang
karakteristik kepemimpinan lebih focus pada karakteristik pribadi seseorang dan
“mengisolasinya” sebagai kriteria
pemimpin yang efektif. Akan tetapi, beberapa karakteristik bersifat tidak
konsisten, saling tumpang tindih, dan tidak terbukti untuk menjadi syarat
sebagai seorang pemimpin. Dan pada pertengahan tahun 1960-an, Douglas McGregor
menggambarkan karakteristik manajer lewat keyakinan yang dianut oleh manajer
tersebut(Hersey dan Blanchard, 1988), yang digambarkan dari 2 pandangan yang
berbeda, yaitu teori “X” dan teori “Y”. Berikut daftar asumsi teori X dan teori
Y:
TEORI X
|
TEORI Y
|
Bekerja merupakan hal yang tidak menyenangkan
|
Bekerja merupakan hal yang menyenangkan layaknya bermain
|
Orang cenderung lebih memilih dikontrol, mempunyai ambisi yang kecil,
dan menghindari tanggung jawab sendiri
|
Control diri adalah suatu keharusan dalam mencapai tujuan organisasi
|
Kebebasan untuk berkreasi dalam memecahkan masalah dalam organisasi
dibatasi
|
Masing-masing orang memiliki kreatifitas yang luas dan merata
|
Motivasi hanya pada kebutuhan fisiologis dan keamanan
|
Tumbuhnya motivasi dalam kebutuhan fisiologis keamanan, harga diri, dan
aktualisasi diri
|
Orang harus di ingatkan dalam mencapai tujuan organisasi dan harus
dikontrol
|
Orang dapat mengatur diri sendiri dan lebih kreatif jika termotivasi
dengan baik
|
McGregor tidak menyarankan untuk memandang keyakinan
seperti ini sebagai sesuatu yang baik ataupun buruk, tapi lebih menekankan pada
kebutuhan dalam menyusun situasi kerja baik tujuan pribadi maupun tujuan
organisasi. Teori yang dicetuskan oleh Frederick Taylor pada tahun 1800-an
lebih menekankan teknologi sebagai dasar peningkatan produktifitas. Ia
mempercayai bahwa peningkatan kinerja pada tugas berbanding lurus dengan
peningkatan efisiensi organisasi. Pengkajian ilmiah Taylor ini dijadikan
sebagai dasar bagi analisis kerja yang digunakan pada beberapa rumah sakit yang
menghasilkan system klasifikasi klien berdasarkan tingkat keparahan dan tipe
pemberian perawatan yang dibutuhkan. Pada tahun 1950-an, Henri Fayol melihat
ada kesamaan di setiap manajer, dimana pada dasarnya mempunyai tugas yang sama,
yang disebut sebagai proses manajemen, yaitu: perencanaan, organisasi,
pengarahan, ketenagaan, koordinasi, pendanaan, dan pelaporan. Manajemen
hubungan manusia menekankan bahsa lingkungan social sama halnya dengan
lingkungan fisik di dalam pengaruh produktifitas yang dihasilkan. Awal tahun
1960-an, segala usaha dilaksanakan untuk menyatukan berbagai disiplin ilmu menjadi
suatu teori terpadu, yaitu teori system. Teori ini menganggap bahwa seluruh
bagian dari organisasi saling bergantung satu sama lain, sehingga dibutuhkan
adanya komunikasi dan kerja sama antara anggota organisasi untuk membentuk
suatu kesatuan (Bernhard dan Walsh, 1990).
GAYA KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN
Gaya kepemimpinan merupakan cara-cara dari seorang
pemimpin dalam mempengaruhi orang lain. Biasanya gaya kepemimpinan berkaitan
langsung dengan banyaknya control dan kebebasan yang diberikan kepada kelompok.
Berikut gaya kepemimpinan yang umum:
a.
Gaya Autokratik: tipe ini lebih bersifat kaku,
tetap & dominan, dan inisiatif & kreatifitas individu terabaikan,
sehingga orang-orang cenderung takut pada tipe ini. Gaya ini cocok diterapkan
dalam situasi yang mendesak, sebab disaat situasi genting, pemimpin dapat
mengambil keputusan dengan cepat (tanpa menentukan keputusan kelompok).Selain
itu, gaya ini dapat diterapkan pada pekerja baru yang masih membutuhkan
bimbingan dan arahan.
b.
Gaya Demokrasi: tipe ini membolehkan tenaga
kerjanya untuk mengontrol & berpartisipasi secara individu dalam pembuatan
keputusan.Pemimpin hanya berfungsi sebagai fasilitator dalam pencapaian tujuan
sekaligus menekankan nilai dari setiap individu. Gaya ini cocok diterapkan pada
tenaga kerja yang telah mandiri, dapat bekerja dengan baik secara bersama-sama
sebagai kelompok.
c.
Gaya Laissez- Faire: tipe ini bersifat lebih
bebas & “lepas kendali” dan cenderung melimpahkan tanggung jawab dalam
pengambilan keputusan kepada kelompok. Gaya ini cocok diterapkan pada kelompok
yang sudah professional yang mempunyai motivasi yang tinggi, semisalnya
kelompok penelitian, tetapi gaya ini kurang tepat digunakan dalam lingkungan
kesehatan, karena dapat mengakibatkan kompleksitas dalam lingkungan kerja.
Teori kepemimpinan
situasional lebih mempertimbangkan pada tipe pemimpin, maturitas kelompok dan
situasi yang terjadi dalam melakukan pendekatan yang komprehensif terhadap gaya
manajemen. Teori ini menyatakan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik,
tetapi gaya yang dipakai oleh seorang pemimpin harus sesuai dengan tingkat
kemandirian kelompok dan situasi yang dihadapi. Teori ini di identififikasikan
menjadi 4 tipe gaya pemimpin, yaitu:
·
Mengarahkan: memberikan instruksi secara
spesifik dan terinci dalam penyelesaian tugas.
·
Melatih: memantau pencapaian tugas, melatih
keputusan, dan meminta saran.
·
Mendukung: memfasilitasi pencapaian tugas dan
membagi tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
·
Mendelegasikan: memberikan tanggung jawab dalam
pembuatan keputusan dan pemecahan masalah kepada stafnya.
Dasar dari teori teori
ini adalah fleksibilitas manajer dalam beradaptasi dalam memenuhi kebutuhan
individu dan kelompok. Seorang manajer harus melakukan pendekatan dengan para
stafnya dengan tujuan meningkatkan pengembangan gaya kepemimpinan yang
berkaitan dengan peningkatan produktifitas manajer dan stafnya. Seorang manajer
yang mengetahui kemampuan dari stafnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
mempertahankan kompetensi, dan kemampuan pada staf. Oleh karena itu, pemahaman
terhadap pendekatan situasional ini merupakan kunci dari kesuksesan sebagai
manajer.
MEMIMPIN DAN MENGELOLA LINGKUNGAN
KERJA KHUSUS
Pada tempat perawatan khusus, perawat
biasanya melakukan “laporan pergantian tugas”, yaitu tugas untuk melakukan
tinjauan terhadap kondisi dan kebutuhan klien secara bersamaan dengan perawat
lain yang akan bertugas. Hal ini dapat memungkinkan perawat akan membuat
perencanaan pekerjaan yang akan dilakukan, menetapkan hal yang dijadikan
prioritas dan mencatat tugas yang akan diberikan kepada perawat lain. Setiap
harinya, perawat bertugas mengoordinasi kan aktifitas perawatan yang
berhubungan dengan departemen ( laboratorium,dll) dan menyerahkan laporan
kepada tenaga medis lain tentang kemajuan kesehatan klien. Selain itu, perawat
juga bertugas untuk merefleksikan kegiatannya yang telah dilakukan dalam sehari
dan melaporkan hal yang perlu diperhatikan, dan kejadian penting kepada perawat
yang akan bekerja selanjutnya untuk perawatan berkesinambungan. Perbedaan jam
kerja pada perawat hanya berdampak pada pengalaman yang didapat, tetapi
perilaku tidak terpengaruh oleh jam kerja. Berbeda dengan tugas pagi yang lebih
banyak prosedur tindakan yang akan dilakukan, tugas sore lebih menekankan pada
hubungan kontak social dengan keluarga klien maupun klien sendiri. Sedangkan
tugas malam lebih membutuhkan keterampilan dalam bidang manajemen, banyaknya
perawatan yang harus dilakukan, dan mengevaluasikan situasi secara seksama.
Pada manajer, hari-hari di isi dengan kegiatan penerimaan & pengorientasian
anggota staf baru tentang pengoordinasian kegiatan dengan departemen lain, dan
bertemu dengan tenaga medis lain untuk menyiapkan departemen pelayanan baru.
Peran seorang perawat manajer adalah bertanggung jawab dalam mengevaluasi &
mengembangkan kemampuan stafnya, mengemban & mengatur anggaran tahunan, dan
memantau kualitas perawatan. Penerapan teknik mendengar dan penindak lanjutan
dalam memecahkan masalh merupakan kunci peran dari manajer. Perawat manajer
lebih berperan dalam mengembangkan sikap dalam melayani dan praktik dalam
mempertahankan standar perawatan.
Peran manajer yaitu harus mengatur dan memanfaatkan
sumber-sumber yang ada dalam memenuhi kebutuhan klien dengan pendanaan yang
efektif. Manajer juga harus berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
berkaitan dengan pengadaan alat baru dan pengembangan pelayanan baru, dimana
staf perawat juga terlibat dalam penggunaan anggaran unit sehari-hari. Karena
organisasi kesehatan beradaptasi terhadap perubahan di setiap saat, staf perawat
mulai melaksanakan beberapa aspek “peran manajemen” secara bertahap. Dan di
beberapa tempat, perawat menyusun jadwalnya sendiri, berperan memimpin komite,
ikut berpartisipasi dalam mengevaluasi rekan kerja sekaligus memantau kualitas
perawatan.
KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN UNTUK
PESERTA DIDIK KEPERAWATAN
Dengan adanya perubahan dalam
perawatan kesehatan, dapat mempengaruhi staf perawat. Oleh karena itu, peserta
didik keperawatan wajib menyiapkan diri dalam menjalankan peran kepemimpinan.
Beberapa tindakan dapat yang dikembangkan, yaitu keterampilan dalam pengumpulan
data,penetapan prioritas, dan pengembangan rencana tindakan dalam mengoordinasi
aktifitas dari tenaga kerja lain dalam perawatan klien. Akibat dari perubahan
di tempat kerja ialah kemampuan dalam bekerja sebagai suatu kelompok dan
berfungsi sebagai bagian dari kelompok. Secara rinci, pengembangan komitmen
umum bertujuan untuk peningkatan kualitas perawatan, pengenalan pencapaian
anggota lainnya, dan saling memberikan dukungan antar anggota. Membangun sebuah
tim/ kelompok yang efektif dan terciptanya suasana kerja yang saling menghargai
adalah suatu proses yang menguntungkan untuk pengembangan hasil terhadap staf
dan menjadi dasar dari kesuksesan sebuah organisasi.
*Catatan: Diringkas oleh Kadek Dwiyani Novi Taman Sari dari buku Potter,
P.A. &Pery, A.G. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses,
dan Praktik, Vol. 1 E/4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih, Made Sumarwati, Dian
Eviriyani, laily Mahmudah, Ellen Pangagabean, Kusrini, Sari Kurnianingsih, Enie
Novieastari. Jakarta: EGC. (halaman 386 - 393).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...