Selasa, 30 September 2014

KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN DALAM KEPERAWATAN


KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN DALAM KEPERAWATAN *
Karena adanya perubahan situasi di lingkungan perawatan kesehatan dan makin beragamnya jenis-jenis penyakit, kemampuan dalam kepemimpinan dan manajemen bagi perawat menjadi kebutuhan. Dengan adanya keterampilan kepemimpinan dan manajemen, maka seorang perawat dapat memenuhi syarat dalam melakukan praktik professional.
DEFINISI KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, yang berarti seseorang yang menunjukkan cara dan menggerakkan  orang lain untuk maju dengan dasar suatu visi. Dengan kata lain, kepemimpinan adalah upaya dari seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan berkaitan erat dengan manajemen. Sebuah organisasi sukses memerlukan manajemen dan kepemimpinan, sebab terdapat konsep yang menyatakan bahwa “manajemen mendorong ketepatan dan menaiki tangga kesuksesan; kepemimpinan menentukan apakah tangga yang dinaiki bersandar pada dinding yang kokoh”(Covey, 1989).Lingkungan keperawatan saat ini memerlukan perawat yang mengatur tujuan medis klien sekaligus melakukan peran kepemimpinan untuk mencapai tujuan organisasi. Lingkungan keperawatan di masa depan akan lebih mengarah kepada pengaturan tim kerja secara mandiri. Hal ini menyebabkan perkembangan kepemimpinan dan manajemen sama pentingnya dengan perkembangan keterampilan klinia, yang dikembangkan dengan cara, teori, praktik, dan penerapan.
TEORI KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN
Awal dari teori kepemimpinan dan manajemen ditandai dengan revolusi industry di awal abad 20. Pada awalnya, kajian tentang karakteristik kepemimpinan lebih focus pada karakteristik pribadi seseorang dan “mengisolasinya” sebagai  kriteria pemimpin yang efektif. Akan tetapi, beberapa karakteristik bersifat tidak konsisten, saling tumpang tindih, dan tidak terbukti untuk menjadi syarat sebagai seorang pemimpin. Dan pada pertengahan tahun 1960-an, Douglas McGregor menggambarkan karakteristik manajer lewat keyakinan yang dianut oleh manajer tersebut(Hersey dan Blanchard, 1988), yang digambarkan dari 2 pandangan yang berbeda, yaitu teori “X” dan teori “Y”. Berikut daftar asumsi teori X dan teori Y:
TEORI X
TEORI Y
Bekerja merupakan hal yang tidak menyenangkan
Bekerja merupakan hal yang menyenangkan layaknya bermain
Orang cenderung lebih memilih dikontrol, mempunyai ambisi yang kecil, dan menghindari tanggung jawab sendiri
Control diri adalah suatu keharusan dalam mencapai tujuan organisasi
Kebebasan untuk berkreasi dalam memecahkan masalah dalam organisasi dibatasi
Masing-masing orang memiliki kreatifitas yang luas dan merata
Motivasi hanya pada kebutuhan fisiologis dan keamanan
Tumbuhnya motivasi dalam kebutuhan fisiologis keamanan, harga diri, dan aktualisasi diri
Orang harus di ingatkan dalam mencapai tujuan organisasi dan harus dikontrol
Orang dapat mengatur diri sendiri dan lebih kreatif jika termotivasi dengan baik
McGregor tidak menyarankan untuk memandang keyakinan seperti ini sebagai sesuatu yang baik ataupun buruk, tapi lebih menekankan pada kebutuhan dalam menyusun situasi kerja baik tujuan pribadi maupun tujuan organisasi. Teori yang dicetuskan oleh Frederick Taylor pada tahun 1800-an lebih menekankan teknologi sebagai dasar peningkatan produktifitas. Ia mempercayai bahwa peningkatan kinerja pada tugas berbanding lurus dengan peningkatan efisiensi organisasi. Pengkajian ilmiah Taylor ini dijadikan sebagai dasar bagi analisis kerja yang digunakan pada beberapa rumah sakit yang menghasilkan system klasifikasi klien berdasarkan tingkat keparahan dan tipe pemberian perawatan yang dibutuhkan. Pada tahun 1950-an, Henri Fayol melihat ada kesamaan di setiap manajer, dimana pada dasarnya mempunyai tugas yang sama, yang disebut sebagai proses manajemen, yaitu: perencanaan, organisasi, pengarahan, ketenagaan, koordinasi, pendanaan, dan pelaporan. Manajemen hubungan manusia menekankan bahsa lingkungan social sama halnya dengan lingkungan fisik di dalam pengaruh produktifitas yang dihasilkan. Awal tahun 1960-an, segala usaha dilaksanakan untuk menyatukan berbagai disiplin ilmu menjadi suatu teori terpadu, yaitu teori system. Teori ini menganggap bahwa seluruh bagian dari organisasi saling bergantung satu sama lain, sehingga dibutuhkan adanya komunikasi dan kerja sama antara anggota organisasi untuk membentuk suatu kesatuan (Bernhard dan Walsh, 1990).
GAYA KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN
Gaya kepemimpinan merupakan cara-cara dari seorang pemimpin dalam mempengaruhi orang lain. Biasanya gaya kepemimpinan berkaitan langsung dengan banyaknya control dan kebebasan yang diberikan kepada kelompok. Berikut gaya kepemimpinan yang umum:
a.       Gaya Autokratik: tipe ini lebih bersifat kaku, tetap & dominan, dan inisiatif & kreatifitas individu terabaikan, sehingga orang-orang cenderung takut pada tipe ini. Gaya ini cocok diterapkan dalam situasi yang mendesak, sebab disaat situasi genting, pemimpin dapat mengambil keputusan dengan cepat (tanpa menentukan keputusan kelompok).Selain itu, gaya ini dapat diterapkan pada pekerja baru yang masih membutuhkan bimbingan dan arahan.
b.      Gaya Demokrasi: tipe ini membolehkan tenaga kerjanya untuk mengontrol & berpartisipasi secara individu dalam pembuatan keputusan.Pemimpin hanya berfungsi sebagai fasilitator dalam pencapaian tujuan sekaligus menekankan nilai dari setiap individu. Gaya ini cocok diterapkan pada tenaga kerja yang telah mandiri, dapat bekerja dengan baik secara bersama-sama sebagai kelompok.
c.       Gaya Laissez- Faire: tipe ini bersifat lebih bebas & “lepas kendali” dan cenderung melimpahkan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan kepada kelompok. Gaya ini cocok diterapkan pada kelompok yang sudah professional yang mempunyai motivasi yang tinggi, semisalnya kelompok penelitian, tetapi gaya ini kurang tepat digunakan dalam lingkungan kesehatan, karena dapat mengakibatkan kompleksitas dalam lingkungan kerja.
Teori kepemimpinan situasional lebih mempertimbangkan pada tipe pemimpin, maturitas kelompok dan situasi yang terjadi dalam melakukan pendekatan yang komprehensif terhadap gaya manajemen. Teori ini menyatakan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik, tetapi gaya yang dipakai oleh seorang pemimpin harus sesuai dengan tingkat kemandirian kelompok dan situasi yang dihadapi. Teori ini di identififikasikan menjadi 4 tipe gaya pemimpin, yaitu:
·         Mengarahkan: memberikan instruksi secara spesifik dan terinci dalam penyelesaian tugas.
·         Melatih: memantau pencapaian tugas, melatih keputusan, dan meminta saran.
·         Mendukung: memfasilitasi pencapaian tugas dan membagi tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
·         Mendelegasikan: memberikan tanggung jawab dalam pembuatan keputusan dan pemecahan masalah kepada stafnya.
Dasar dari teori teori ini adalah fleksibilitas manajer dalam beradaptasi dalam memenuhi kebutuhan individu dan kelompok. Seorang manajer harus melakukan pendekatan dengan para stafnya dengan tujuan meningkatkan pengembangan gaya kepemimpinan yang berkaitan dengan peningkatan produktifitas manajer dan stafnya. Seorang manajer yang mengetahui kemampuan dari stafnya dapat meningkatkan kemampuan dalam mempertahankan kompetensi, dan kemampuan pada staf. Oleh karena itu, pemahaman terhadap pendekatan situasional ini merupakan kunci dari kesuksesan sebagai manajer.
MEMIMPIN DAN MENGELOLA LINGKUNGAN KERJA KHUSUS
Pada tempat perawatan khusus, perawat biasanya melakukan “laporan pergantian tugas”, yaitu tugas untuk melakukan tinjauan terhadap kondisi dan kebutuhan klien secara bersamaan dengan perawat lain yang akan bertugas. Hal ini dapat memungkinkan perawat akan membuat perencanaan pekerjaan yang akan dilakukan, menetapkan hal yang dijadikan prioritas dan mencatat tugas yang akan diberikan kepada perawat lain. Setiap harinya, perawat bertugas mengoordinasi kan aktifitas perawatan yang berhubungan dengan departemen ( laboratorium,dll) dan menyerahkan laporan kepada tenaga medis lain tentang kemajuan kesehatan klien. Selain itu, perawat juga bertugas untuk merefleksikan kegiatannya yang telah dilakukan dalam sehari dan melaporkan hal yang perlu diperhatikan, dan kejadian penting kepada perawat yang akan bekerja selanjutnya untuk perawatan berkesinambungan. Perbedaan jam kerja pada perawat hanya berdampak pada pengalaman yang didapat, tetapi perilaku tidak terpengaruh oleh jam kerja. Berbeda dengan tugas pagi yang lebih banyak prosedur tindakan yang akan dilakukan, tugas sore lebih menekankan pada hubungan kontak social dengan keluarga klien maupun klien sendiri. Sedangkan tugas malam lebih membutuhkan keterampilan dalam bidang manajemen, banyaknya perawatan yang harus dilakukan, dan mengevaluasikan situasi secara seksama. Pada manajer, hari-hari di isi dengan kegiatan penerimaan & pengorientasian anggota staf baru tentang pengoordinasian kegiatan dengan departemen lain, dan bertemu dengan tenaga medis lain untuk menyiapkan departemen pelayanan baru. Peran seorang perawat manajer adalah bertanggung jawab dalam mengevaluasi & mengembangkan kemampuan stafnya, mengemban & mengatur anggaran tahunan, dan memantau kualitas perawatan. Penerapan teknik mendengar dan penindak lanjutan dalam memecahkan masalh merupakan kunci peran dari manajer. Perawat manajer lebih berperan dalam mengembangkan sikap dalam melayani dan praktik dalam mempertahankan standar perawatan.
Peran manajer yaitu harus mengatur dan memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam memenuhi kebutuhan klien dengan pendanaan yang efektif. Manajer juga harus berpartisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan pengadaan alat baru dan pengembangan pelayanan baru, dimana staf perawat juga terlibat dalam penggunaan anggaran unit sehari-hari. Karena organisasi kesehatan beradaptasi terhadap perubahan di setiap saat, staf perawat mulai melaksanakan beberapa aspek “peran manajemen” secara bertahap. Dan di beberapa tempat, perawat menyusun jadwalnya sendiri, berperan memimpin komite, ikut berpartisipasi dalam mengevaluasi rekan kerja sekaligus memantau kualitas perawatan.
KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN UNTUK PESERTA DIDIK KEPERAWATAN
Dengan adanya perubahan dalam perawatan kesehatan, dapat mempengaruhi staf perawat. Oleh karena itu, peserta didik keperawatan wajib menyiapkan diri dalam menjalankan peran kepemimpinan. Beberapa tindakan dapat yang dikembangkan, yaitu keterampilan dalam pengumpulan data,penetapan prioritas, dan pengembangan rencana tindakan dalam mengoordinasi aktifitas dari tenaga kerja lain dalam perawatan klien. Akibat dari perubahan di tempat kerja ialah kemampuan dalam bekerja sebagai suatu kelompok dan berfungsi sebagai bagian dari kelompok. Secara rinci, pengembangan komitmen umum bertujuan untuk peningkatan kualitas perawatan, pengenalan pencapaian anggota lainnya, dan saling memberikan dukungan antar anggota. Membangun sebuah tim/ kelompok yang efektif dan terciptanya suasana kerja yang saling menghargai adalah suatu proses yang menguntungkan untuk pengembangan hasil terhadap staf dan menjadi dasar dari kesuksesan sebuah organisasi.
*Catatan: Diringkas oleh Kadek Dwiyani Novi Taman Sari dari buku Potter, P.A. &Pery, A.G. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan Praktik, Vol. 1 E/4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih, Made Sumarwati, Dian Eviriyani, laily Mahmudah, Ellen Pangagabean, Kusrini, Sari Kurnianingsih, Enie Novieastari. Jakarta: EGC. (halaman 386 - 393).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...