Selasa, 30 September 2014

KENYAMANAN


KENYAMANAN*

Menurut McCaffery(dalam Potter & Perry,2005:1502)setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dan tingkatan nyeri setiap individu pasti berbeda. Walaupu nyeri ini merupakan hal yang sangat awam tapi ternyata nyeri sedikit sulit dipahami, karena nyeriini memiliki sifat subjektif  individual dan objektif . Setiap individu memiliki rasa nyeri yang berbeda sehingga perawat menggunakan berbagai intervensi agar dapat menghilangkan rasa nyeri pasien dan kenyamanan pasien kembali.
 Menurut Donahue(dalam potter & Perry,2005:1502)setiap perawat tentu sangat memperhatikan kenyamanan kliennya, karena  kenyamanan adalah tujuan seorang perawat memberikan asuhan keperawatannya. Dalam hal nyeri ini perawat harus mengantisipasi penyebab nyeri serta terus memantau setiap perubahan fisiologis yang terjadi. Karena sering terjadi kesalahpahaman mengenai nyeri ini sehingga berpengaruh terhadap intervensi yang dilakukan perawat, contohnya penyalahgunaan obat yang akan bereaksi berlebih bagi kenyamanan klien.
Menurutpotter & Perry(2005:1504). Agar dapat memantau perubahan fisiologis klien tentu saja kita harus memahami kompenen fisiologis diantaranya, resepsi, persepsi serta reaksi.
  •          Resepsi adalah proses perjalanan nyeri sampai timbulnya respon reflek. Contoh perjalannya adalah stimulus(mekanik,termal,kimia) Pengeluaran histamin , bradikinin, kalium Nosiseptor bereaksi Impuls syaraf serabut syaraf perifer (serabut A delta dan serabut C)kornudosalis medulla spinalis neurotransmiter (Substansi P) pusat syaraf di otak     respon reflek protektif. 
  •          Persepsi  merupakan fase dimana saat individu menjadi sadar akan nyeri, disini akan terjadi reaksi yang komplek. Proses persepsi secara ringkas adalah sebagai berikut :
        Stimulus nyeri  medula spinalis  talamus otak(area limbik)  reaksi emosi        pusat otak     persepsi
  •        Reaksi adalah respon fisiologos dan respon berupa perilaku setelah  klien mempersepsikan diri. Reaksi inii dibagi atas respon fisiologis dan respon perilaku.
a.       Respon fisiologis ini dapat terjadi karena adanya stimulasi cabang simpatis yang terjadi pada          sistem otonom, apabila nyeri terjadi secara terus menerus maka saraf parasimpatik juga memberikan respon.
b.     Respon perilaku merupakan respon yang berupa tindakan yang dilakukan klien yang mengalami rasa nyeri. Terdapat tiga komponen reaksi nyeri  diantaranya antisipasi yaitu dapat membuat individu belajar tentang nyeri serta upaya dalam menghilangkannya, sensasi yaitu suatu tindakan yang terjadi saat merasakan nyeri, seperti gerakan tubuh dan ekspresi wajah, fase akibat(aftermath) dapat terjadi saat nyeri berkurang.
Menuruti Natoinal Institutes of Health(dalam Potter & Perry,2005:1511)dengan tingkat tinggi dapat dibagi atas  tiga tipe yaitu nyeri akut, nyeri  non maligna kronik, nyeri kronik. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah mengalami cedera akut, nyeri ini memberi peringatan mengenai cedera yang akan terjadi. Nyeri kronik  ini  adalah  nyeri yang terjadi akibat dari kanker yang sama sekali tidak terkontrol yang biasanya disebut nyeri maligana atau nyeri yang membandel, sedangkan nyeri non maligna kronik adalah nyeri yang terus menerus dan tidak berespon apabila dilakukan tindakan.
Menurut Potter & Perry(2005:1511)faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri diantaranya; usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, ansietas(cemas), keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya koping, dukungan keluarga dan sosial.

PENGKAJIAN
Menurut Potter & perry(2005:1515) dalam melaksanakan proses keperawatan, hal pertama yang dilakukan perawat adalah mengkaji untuk mengidentifikasi nyeri yang dialami oleh klien sehingga kita dapat mengevaluasinya. Dalam hal mengkaji nyeri ini perawat harus mengetahui ekspresi klien, klasifikasi pengalaman nyeri serta karakteristik nyeri. Karakteristik nyeri diantaranya:
  •          Lokasi nyeri
  •          Keparahan , Kualitas, perawat dapat menentukan kualiats nyeri melalui deskriptif klien.
  •          Pola Nyeri, Tindakan untuk menghilangkan nyeri
  •          Gejala penyerta.
Kedua, menurut Potter & Perry(2005:1521-1524) perawat harus mengetahui efek nyeri pada klien diantaranya mengenai:
·         Tanda dan gejala fisik, perawat mengkaji tanda dan gejala fisik, seperti tanda – tanda vital.
·         Efek perilaku, nyeri dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman sehingga seseorang akan melakukan respon dengan efek perilaku, melalui efek perilaku perawat dapat mengakaji keadaannya.
·         Pengaruh pada aktifitas sehari –hari, perawat juga perlu mengkaji efek nyeri pada aktifitas sehari- hari pasien, agar perawat dapat minimalkan rasa nyeri sehingga mereka dapat beraktifitas.
·          
DIAGNOSA
Menurut Potter & Perry(2005:1524)setelah melakukan pengkajian secara lengkap dan data – data diperoleh secara detail maka kita dapat mendiagnosa nyeri apa yang terjadi pada klien. Seorang perawat tidak boleh mendiagnosa nyeri pada klien secara sederhana, seperti akibat dari adanya ikut pembedahan atau operasi yang dapat menyebabkan nyeri, jadi perawat harus mendapatkan data yang sangat akurat yang berasal dari pengkajian dengan variabel yang lengkap, sehingga mereka dapat menentukan intervensi yang mereka lakukan untuk mengatasi masalah nyeri tersebut.

PERENCANAAN
                Menurut Potter & Perry(2005:1526)setelah seorang perawat mengidentifikasi diagnosa nyeri pada kliennya langkah selanjutnya adalah membuat perencanaan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien selama perawatan sehingga mereka merasa nyaman. Sangat penting bagi perawat untuk mengembangkan rencana keperawatannnya, sehingga perawat akan menyeleksi prioritas keperawatan yang akan diberikan dan mempertimbangkan efek yanga terjadi. Untuk penyakit nyeri yang kronik perawat akan berusa semaksimal mungkin agar sesegara mungkin nyeri itu hilanga salah satunya dengan analgesik yang dapat membasmi nyeri dengan cepat.
Untuk memaksimalkan rencana perawatan maka butuh adanya :
  •         Hubungan teraupetik adalah hubungan yang fokus pada ide klien, pengalaman dan perasaan klien terhadap nyeri yang dirasakan.
  •         Penyuluhan, sangat penting bagi perawat untuk memberitahukan tentang nyeri dan menceritakan pengalaman tentang nyeri agar mengurangi rasa cemas pada klien.
IMPLEMENTASI
Menurut Potter & Perry(2005:1527-1542)setelah menyusun rencana keperawatan pada nyeri langkah selanjutnya bagi perawat adalah melakukan implementasi atau tindakan dari perencanaan keperawatan tersebut diantaranya:
  •         Perawatan dalam meningkatkan kenyamanan klien dengan peduli terhadap klien melalui tindakan seperti bersikap seperti seorang sahabat.
  • ·         Strategi kesehatan holistik adalah kondisi kesejahteraan yang berupaya untuk merawat diri sendiri dari segi fisik. Diantaranya sentuhan terapeuti(meletakkan tangan), akupresur(alur energi),relaksasi dan teknik imajinasi, imajinasi terbimbing.
  • ·      Mempertahankan kesejahteraan, pada saat nyeri perlu adanya mempertahankan kesejahteraan agar klien mampu melakukan aktifitas perawatan diri.
  • ·         Tindakan peredaan nyeri nonfarmakologis adalah tindakan mengenai intervensi kognitif yang merubah pemaham klien tentang nyeri dan cara pengendaliaannya. Contoh tindakan peredaan nonfarmakologis diantaranya; bimbingan antisipasi,distraksi(pengalihan perhatian klien), biofeedback(terapi perlilaku), hipnosis-diri(sugesti-diri),mengurangi persepsi nyeri, stimulasi kutaneus(stimulasi kulit),
  • ·     Terapi nyeri farmakologis adalah terapi yang memerlukan resep dokter dan penatalaksanaan klien. Diantaranya adalah penatalaksanaan nyeri akut, analgesik( non-narkotik, analgesik narkotik dan obat tambahan atau konalgesik), analgesik diontrol-pasien (ADP) merupakan sistem pemberian obat, anastesi lokal(hilangnya sensasi yang terdapat pada bagian tubuh) dan regional, analgesiaepidural(salah satu bentuk anastesi lokal).
  • ·   Tindakan bedah untuk peredaan nyeri ini dapat dilakukan apabila terapi konservatif tidak dapat memeberikan kesembuhan, namun operasi ini dapat dilakukan apabila perawat telah mengetahui dengan jelas bahwa nyeri klien disebabkan oleh faktor fisik. Contoh pembedahannya adalah rizhomi dorsal yang merupakan pembedahan dengan cara pemotongan akar saraf dorsal. Tindakan ini efektif untuk menghilangkan sensasi nyeri. Kedua, kordotomi adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan cara reseksi traktur spinotalamus, tindakan ini cukup membahayakan karena dapat menimbulkan kelumpuhan total.
Menurut Potter & Perry(2005:1543-1545)pada klien yang mengalami nyeri yang membandel atau nyeri pada penderita kanker dapat ditangani dengan pemberian analgesik yaitu berupa obat adjuvan dengan dosis yang telah ditentukan dokter, pemberian analgesik ini hanya untuk pencegahan nyeri, bukan untuk mengobati nyeri yang sudah terjadi.
EVALUASI
Menuurut Potter & Perry(2005:545-1547)tahapan terakhir dalam proses keperawatan pada nyeri adalah mengevaluasi keefiktifan mengenai tindakan perawat dalam menghilangkan nyeri. Dalam melakukan evaluasi perawat harus mempertimbangkan respon klien pada nyeri yang dirasakan dan persepsi klien, sehingga dapat mengevaluasi pengalaman nyeri klien dan terapi pun berdampak sangat efektif bagi klien.
Menurut Potter & Perry(2005:1545)hoppice merupakan program bagi klien yang mengalami sakit terminal. Hoppice biasanya bergabung dengan rumah sakit untuk merawat pasiennya, sehingga pasien mendapatkan kenyamanan.




*catatan: Diringkas oleh Ilmiyatus Sa’diyah dari buku Potter, P.A .& Perry, A.G.1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:konsep proses dan praktik, vol. 2  E/4. Alih bahasa oleh Renata Komalasari, Dian Evriyani, Enie Novieastari,dkk.Jakarta: EGC. (halaman1502-1547).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...