KENYAMANAN*
Menurut McCaffery(dalam Potter &
Perry,2005:1502)setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dan tingkatan
nyeri setiap individu pasti berbeda. Walaupu nyeri ini merupakan hal yang
sangat awam tapi ternyata nyeri sedikit sulit dipahami, karena nyeriini
memiliki sifat subjektif individual dan
objektif . Setiap individu memiliki rasa nyeri yang berbeda sehingga perawat
menggunakan berbagai intervensi agar dapat menghilangkan rasa nyeri pasien dan
kenyamanan pasien kembali.
Menurut
Donahue(dalam potter & Perry,2005:1502)setiap perawat tentu sangat
memperhatikan kenyamanan kliennya, karena
kenyamanan adalah tujuan seorang perawat memberikan asuhan
keperawatannya. Dalam hal nyeri ini perawat harus mengantisipasi penyebab nyeri
serta terus memantau setiap perubahan fisiologis yang terjadi. Karena sering
terjadi kesalahpahaman mengenai nyeri ini sehingga berpengaruh terhadap
intervensi yang dilakukan perawat, contohnya penyalahgunaan obat yang akan
bereaksi berlebih bagi kenyamanan klien.
Menurutpotter & Perry(2005:1504). Agar
dapat memantau perubahan fisiologis klien tentu saja kita harus memahami
kompenen fisiologis diantaranya, resepsi, persepsi serta reaksi.
- Resepsi adalah proses perjalanan nyeri sampai timbulnya respon reflek. Contoh perjalannya adalah stimulus(mekanik,termal,kimia) → Pengeluaran histamin , bradikinin, kalium → Nosiseptor bereaksi → Impuls syaraf → serabut syaraf perifer (serabut A delta dan serabut C)→kornudosalis → medulla spinalis → neurotransmiter (Substansi P) →pusat syaraf di otak → respon reflek protektif.
- Persepsi merupakan fase dimana saat individu menjadi sadar akan nyeri, disini akan terjadi reaksi yang komplek. Proses persepsi secara ringkas adalah sebagai berikut :
Stimulus → nyeri
→ medula spinalis → talamus →
otak(area limbik) → reaksi
emosi pusat
otak → persepsi
- Reaksi adalah respon fisiologos dan respon berupa perilaku setelah klien mempersepsikan diri. Reaksi inii dibagi atas respon fisiologis dan respon perilaku.
a. Respon fisiologis ini
dapat terjadi karena adanya stimulasi cabang simpatis yang terjadi pada sistem
otonom, apabila nyeri terjadi secara terus menerus maka saraf parasimpatik juga
memberikan respon.
b. Respon perilaku
merupakan respon yang berupa tindakan yang dilakukan klien yang mengalami rasa
nyeri. Terdapat tiga komponen reaksi nyeri
diantaranya antisipasi yaitu dapat membuat individu belajar tentang
nyeri serta upaya dalam menghilangkannya, sensasi yaitu suatu tindakan yang
terjadi saat merasakan nyeri, seperti gerakan tubuh dan ekspresi wajah, fase
akibat(aftermath) dapat terjadi saat nyeri berkurang.
Menuruti Natoinal Institutes of Health(dalam Potter
& Perry,2005:1511)dengan tingkat tinggi dapat dibagi atas tiga tipe yaitu nyeri akut, nyeri non maligna kronik, nyeri kronik. Nyeri akut
adalah nyeri yang terjadi setelah mengalami cedera akut, nyeri ini memberi
peringatan mengenai cedera yang akan terjadi. Nyeri kronik ini
adalah nyeri yang terjadi akibat
dari kanker yang sama sekali tidak terkontrol yang biasanya disebut nyeri
maligana atau nyeri yang membandel, sedangkan nyeri non maligna kronik adalah
nyeri yang terus menerus dan tidak berespon apabila dilakukan tindakan.
Menurut Potter & Perry(2005:1511)faktor- faktor
yang mempengaruhi nyeri diantaranya; usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna
nyeri, ansietas(cemas), keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya koping, dukungan
keluarga dan sosial.
PENGKAJIAN
Menurut Potter & perry(2005:1515) dalam
melaksanakan proses keperawatan, hal pertama yang dilakukan perawat adalah
mengkaji untuk mengidentifikasi nyeri yang dialami oleh klien sehingga kita
dapat mengevaluasinya. Dalam hal mengkaji nyeri ini perawat harus mengetahui
ekspresi klien, klasifikasi pengalaman nyeri serta karakteristik nyeri.
Karakteristik nyeri diantaranya:
- Lokasi nyeri
- Keparahan , Kualitas, perawat dapat menentukan kualiats nyeri melalui deskriptif klien.
- Pola Nyeri, Tindakan untuk menghilangkan nyeri
- Gejala penyerta.
Kedua, menurut Potter & Perry(2005:1521-1524) perawat
harus mengetahui efek nyeri pada klien diantaranya mengenai:
·
Tanda dan gejala fisik, perawat mengkaji tanda dan
gejala fisik, seperti tanda – tanda vital.
·
Efek perilaku, nyeri dapat membuat seseorang merasa
tidak nyaman sehingga seseorang akan melakukan respon dengan efek perilaku,
melalui efek perilaku perawat dapat mengakaji keadaannya.
·
Pengaruh pada aktifitas sehari –hari, perawat juga
perlu mengkaji efek nyeri pada aktifitas sehari- hari pasien, agar perawat
dapat minimalkan rasa nyeri sehingga mereka dapat beraktifitas.
·
DIAGNOSA
Menurut Potter & Perry(2005:1524)setelah melakukan
pengkajian secara lengkap dan data – data diperoleh secara detail maka kita
dapat mendiagnosa nyeri apa yang terjadi pada klien. Seorang perawat tidak
boleh mendiagnosa nyeri pada klien secara sederhana, seperti akibat dari adanya
ikut pembedahan atau operasi yang dapat menyebabkan nyeri, jadi perawat harus
mendapatkan data yang sangat akurat yang berasal dari pengkajian dengan
variabel yang lengkap, sehingga mereka dapat menentukan intervensi yang mereka
lakukan untuk mengatasi masalah nyeri tersebut.
PERENCANAAN
Menurut
Potter & Perry(2005:1526)setelah seorang perawat mengidentifikasi diagnosa
nyeri pada kliennya langkah selanjutnya adalah membuat perencanaan keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan klien selama perawatan sehingga mereka merasa nyaman.
Sangat penting bagi perawat untuk mengembangkan rencana keperawatannnya,
sehingga perawat akan menyeleksi prioritas keperawatan yang akan diberikan dan
mempertimbangkan efek yanga terjadi. Untuk penyakit nyeri yang kronik perawat
akan berusa semaksimal mungkin agar sesegara mungkin nyeri itu hilanga salah
satunya dengan analgesik yang dapat membasmi nyeri dengan cepat.
Untuk memaksimalkan rencana perawatan maka butuh
adanya :
- Hubungan teraupetik adalah hubungan yang fokus pada ide klien, pengalaman dan perasaan klien terhadap nyeri yang dirasakan.
- Penyuluhan, sangat penting bagi perawat untuk memberitahukan tentang nyeri dan menceritakan pengalaman tentang nyeri agar mengurangi rasa cemas pada klien.
IMPLEMENTASI
Menurut Potter & Perry(2005:1527-1542)setelah
menyusun rencana keperawatan pada nyeri langkah selanjutnya bagi perawat adalah
melakukan implementasi atau tindakan dari perencanaan keperawatan tersebut
diantaranya:
- Perawatan dalam meningkatkan kenyamanan klien dengan peduli terhadap klien melalui tindakan seperti bersikap seperti seorang sahabat.
- · Strategi kesehatan holistik adalah kondisi kesejahteraan yang berupaya untuk merawat diri sendiri dari segi fisik. Diantaranya sentuhan terapeuti(meletakkan tangan), akupresur(alur energi),relaksasi dan teknik imajinasi, imajinasi terbimbing.
- · Mempertahankan kesejahteraan, pada saat nyeri perlu adanya mempertahankan kesejahteraan agar klien mampu melakukan aktifitas perawatan diri.
- · Tindakan peredaan nyeri nonfarmakologis adalah tindakan mengenai intervensi kognitif yang merubah pemaham klien tentang nyeri dan cara pengendaliaannya. Contoh tindakan peredaan nonfarmakologis diantaranya; bimbingan antisipasi,distraksi(pengalihan perhatian klien), biofeedback(terapi perlilaku), hipnosis-diri(sugesti-diri),mengurangi persepsi nyeri, stimulasi kutaneus(stimulasi kulit),
- · Terapi nyeri farmakologis adalah terapi yang memerlukan resep dokter dan penatalaksanaan klien. Diantaranya adalah penatalaksanaan nyeri akut, analgesik( non-narkotik, analgesik narkotik dan obat tambahan atau konalgesik), analgesik diontrol-pasien (ADP) merupakan sistem pemberian obat, anastesi lokal(hilangnya sensasi yang terdapat pada bagian tubuh) dan regional, analgesiaepidural(salah satu bentuk anastesi lokal).
- · Tindakan bedah untuk peredaan nyeri ini dapat dilakukan apabila terapi konservatif tidak dapat memeberikan kesembuhan, namun operasi ini dapat dilakukan apabila perawat telah mengetahui dengan jelas bahwa nyeri klien disebabkan oleh faktor fisik. Contoh pembedahannya adalah rizhomi dorsal yang merupakan pembedahan dengan cara pemotongan akar saraf dorsal. Tindakan ini efektif untuk menghilangkan sensasi nyeri. Kedua, kordotomi adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan cara reseksi traktur spinotalamus, tindakan ini cukup membahayakan karena dapat menimbulkan kelumpuhan total.
Menurut Potter & Perry(2005:1543-1545)pada klien
yang mengalami nyeri yang membandel atau nyeri pada penderita kanker dapat
ditangani dengan pemberian analgesik yaitu berupa obat adjuvan dengan dosis
yang telah ditentukan dokter, pemberian analgesik ini hanya untuk pencegahan
nyeri, bukan untuk mengobati nyeri yang sudah terjadi.
EVALUASI
Menuurut Potter & Perry(2005:545-1547)tahapan
terakhir dalam proses keperawatan pada nyeri adalah mengevaluasi keefiktifan
mengenai tindakan perawat dalam menghilangkan nyeri. Dalam melakukan evaluasi
perawat harus mempertimbangkan respon klien pada nyeri yang dirasakan dan
persepsi klien, sehingga dapat mengevaluasi pengalaman nyeri klien dan terapi
pun berdampak sangat efektif bagi klien.
Menurut Potter & Perry(2005:1545)hoppice merupakan
program bagi klien yang mengalami sakit terminal. Hoppice biasanya bergabung
dengan rumah sakit untuk merawat pasiennya, sehingga pasien mendapatkan
kenyamanan.
*catatan: Diringkas oleh Ilmiyatus Sa’diyah dari buku Potter, P.A .&
Perry, A.G.1999. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan:konsep proses dan praktik, vol. 2
E/4. Alih bahasa oleh Renata Komalasari, Dian Evriyani, Enie
Novieastari,dkk.Jakarta: EGC. (halaman1502-1547).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...