Selasa, 30 September 2014

Perawatan Klien Perioperatif


Perawatan Klien Perioperatif
   Asuhan keperawatan perioperatif meliputi beberapa asuhan keperawatan yang diberikan sebelumnya (preoperatif), selama (intraoperatif), dan setelah pembedahan (pascaoperatif). Keperawatan peroperatif dilakukan dengan proses keperawatan dan perawat perlu untuk menetapkan strategi  sesuai dengan kebutuhan individu saat periode perioperatif sehingga klien mendapatkan kemudahan saat datang sampai klien kembali sehat. Sebelum operasi dilakukan penyuluhan preoperatif akan membantu klien dan keluarga agar mengurangi rasa takut Karena ketidaktahuan saat proses operasi berlangsung.
v  RIWAYAT KEPERAWATAN BEDAH
Bedah sudah menjadi salah satu wujud keahlian sejak abad 19. Penemuan anesthesia pada tahun 1840-an yang  memungkinkan dokter bedah untuk melaksanakan pembedahan pada klien yang tidak disertai rasa nyeri. Pada tahun 1995, lebih dari 60% pembnedahan sudah diselenggarakan menjadi prosedur bedah sehari.
v  KLASIFIKASI PEMBEDAHAN
Klasifikasi pembedahan biasanya ditentukan dengan tingkat keparahan, urgensi, dan tujuan. Prosedur yang gawat ini juga dianggap mepunyai tingkat keseriusan mayor. Kalsifikasi ini member indikasi pada perawat mengenai tingkat asuhan keperawatan yang diperlukan klien.
v  FASE PEMBEDAHAN PREOPERATIF
Kemampuan menumbuhkan hubungan dan mempertahankan hubungan professional adalah komponen yang penting dalam fase preoperatif. Periode preoperatif biasanya dapat berlangsung selama beberapa hari atau biasanya yang lebih cepat hanya beberapa jam.
v  PROSES KEPERAWATAN DAN KLIEN BEDAH
Perawat harus mengkaji kesehatan fisik dan emosional klien, memahami tingkat resiko pembedahan, mengoordinasi berbagai pemeriksaan diagnostik, mengidentifikasi diagnose keperawatan yang dapat menggambarkan kebutuhan klien dan keluarga, menyiapkan kondisi fisik dan mental klien saat akan menghadapi pembedahan,serta mengomunikasikan informasi yang berkaitan pembedahan kepada tim bedah.
·         Pengkajian
Pengkajian klien bedah yaitu pengumpulan riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, mengkaji kembali kesehatan emosional pada klien dan anggota keluarga, dan menganalisis faktor-faktor risiko dan data diagnostic.
·         Riwayat Keperawatan
Perawat melakukan anamnesis untuk mengumpulkan riwayat yang sama dengan apa yang telah digambarkan sebelumnya.
·         Riwayat Medis
Riwayat kesehatan pada klien adalah sumber yang paling baik. Sumber yang berharga lainnya adalah rekam medis dari riwayat perawatan yang sebelumnya.
·         Riwayat Pembedahan Sebelumnya
   Pengalaman bedah yang sebelumnya dapat mempengaruhi respons fisik dan psikologis klien dengan prosedur pembedahan.
·         Persepsi dan pemahaman klien dan anggota keluarga tentang pembedahan
   Perawat seharusnya mempersiapkan klien dan keluarga klien untuk menghadapi operasi. Dengan cara mengidentifikasi pengetahuan, harapan dan persepsi klien yang memungkinkan perawat merencanakan penyuluhan dan tindakan agar mempersiapkan emosional klien.
·         Riwayat obat-obatan
   Semua obat-obatan yang diberikan sebelum pembedahan secara otomatis dihentikan setelah klien menjalani pembedahan kecuali jika dokter meresepkan kembali obat-obatan tersebut. Perawat seharusnya mewaspadai adanya alergi terhadap obat-obat yang mebuat alergi. Klien perokok memiliki resiko terjadinya komplikasi paru-paru pascaoperasi. Kebiasaan mengkonsumsi alcohol dapat mempredisposisi klien yang merugikan terhadap obat anestesis.
·         Pemeriksaan fisisk
   Hasil pengkajian tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik preoperatif menjadi dasar yang penting untuk dibandingkan dengan data pengkajian pascaoperasi.
v  DIAGNOSA KEPERAWATAN
   Diagnose keperawatan untuk klien bedah dapat memberikan implikasi untuk asuhan keperawatan pada satu ataupun seluruh tahap pembedahan. Dalam m endiagnosa klien bedah wajib diikutsertakan untuk pembuatan rencana perawatan. Tujuan perawatan klien bedah salah satunya adalah untuk memahami respons pembedahan yang dilakukan secara fisiologis dan psikologis.
    Intervensi atau perencanaan yang menyeluruh pada klien tentang pembedahan dan menyiapkan fisik klien yang menjalani operasi. Selain perencanaan preoperative, penyuluhan preoperative juga harus terstruktur dan terbukti.  Penyuluhan ini dapat mempengaruhi fungsi pernafasan,kapasitas fungsi fisik, perasaan sehat, lama rawat inap dirumah sakit, ansietas nyeri dan jumlah obat-obatan. Bisa juga dilakukan pendemostrasian sebelum melakukan operasi atau berbagai latihan pascaoperatif yaitu bagaimana langkah dan rasionalnya.
   Klien harus mengungkapkan alas an pada tiap instruksi dan latihan preoperative dan perawat memberi umpan balik, memaparkan pada klien tentang aspek pada tiap latihan secara mandiri.
   Klien menyatakan waktu pembedahan yang dinginkan, jika memang rumah sakit jadwalnya padat klien harus mengikuti aturan yang terjadwal dirumah sakit. Setelah itu klien berhak menyatakan unit pascaoperatif dan lokasi keluarganya saat pembedahan dan selama klien berada pada fase pemulihan.
   Kontraindikasi antara penjelasan perawat dan kenyataan yang terjadi pada saat pascaoperatif yang menimbulkan kecemasan yang besar sehingga klien harus mendiskusikan rencana pemantauan dan terapi pascaoperatif. Kienpun juga harus menggambarkan aktivitas prosedur pembedahan  dan terapi pada pascaoperasi. Setelah itu klien dianjurkan untuk memberitahu perawat sebelum nyeri menjadi ketidaknyamanan yang konstan.
   Persiapan fisik antara lain adalah mempertahankan keseimbangan cairan(nutrisi) dan elektrolit normal, mengurangi terjadinya resiko infeksi luka bedah pada klien, pencegahan inkontinensia pada usus dan urine, meningkatkan istirahat dan kenyamanan agar klien siap dalam pelaksanaan pembdahan.
   Hari pelaksaan pembedahan dimulai, hal-hal yang harus dilakukan sebelum pembedahan banyak dan harus teliti. Memeriksa isi rekam medic dan melengkapi pencatatan yang lengkap, pengukuran tanda-tanda vital normal atau ada yg abnormal, pemberian kebersihan atau sterilitas pada alat-alat pembedahan dank lien itu sendiri, pemeriksaan bagian rambut dan kosmetik pada klien, pemeriksaan prostese, mempersiapakan usus dan kandung kemih sebelum pembedahan, pemasangan stoking antiemboli atau alat kompresi sekuensial dan harus didokumentasikan pada catatan keperawatan, meningkatkan rasa percaya diri dan merahasiakan privasi klien untuk menjaga martabat klien, pemberian intervensi khusus sebelum pembedahn dilakukan dengan prosedur khusus, jika klien memiliki barang berharga perawat harus memberikan kepada pihak keluarga untuk menyimpanya, dan yang terakhir perawat wajib memberikan obat-obatan preoperative sesuai resep dokter agar tidak terjadi indikasi yang merugikan klien.
v  EVALUASI
   Perawat harus mengevaluasi keberhasilan penyuluhan preoperative dan peningkatan fungsi fisiologi yang normal pada klien, intirahat dan kenyamanan fisik. Namun, evaluasi untuk berbagai intervensi ini juga harus dilanjutkan setelah pembedahan. Tahap-tahap evaluasi yaitu memindahkan klien ke ruang operasi dan ada 10 alat yang sudah disiapkan dan dijaga kesterilannya.
v  TAHAP INTRAOPERATIF
   Tahap ini berlangsung selama pembedahan dan membutuhkan persiapan sebaik-baiknya, pengetahuan tentang proses yang terjadi selama prosedur dalam pembedahan dilaksanakan. Pada sebagian rumah sakit, klien lebih dahulu masuk pada ruangan sementara (holding Area), kedatangan klien ke ruangan operasi, pemeberian anestesi umum,  anestesi regional dan anestesi local, pengaturan posisi klien selama pembedahan berlangsung, peran perawat aat pembedahan berlangsung, dokumentasi perawat intraoperatif.
v  TAHAP PASCAOPERATIF
   Fase ini adalah fase dimana setelah pembedahan dan perawatan klien menjadi kompleks karena perubahan fisiologis yang terjadi pada klien. Sebelum klien datang ke UPPA, perawat menerima data dari tim bedah tentang status umu klien proses ini disebut  pemulihan segera pascaoperatif. Selanjutnya mengkaji pernafasan klien setelah operasi, sirkulasi kardiovaskuler, pengontrolan suhu tubuh, pengontrolan fungsi neurologis, integritas kulit dan kondisi luka klien, pengontrolan fungsi genitourinaria, pengontrolan fungsi gastrointestinal, keseimbangan cairan(nutrisi) dan elektrolit.
v  PEMULIHAN PADATEMPAT BEDAH SEHARI
   Proses pemulihan ini ada dua tahap, tahap yang pertama klien yang membutuhkan pemantauan pemulihan ketat harus sring dikaji tanda-tanda vital,pernafasan dll. Tahap yang kedua ini untuk meningkatkan kenyamanan,kesehatan klien dan keluarga sampai pulang.
v  PENYEMBUHAN PASCAOPERATIF
   Klien bedah pulang ke rumah harus memenuhi beberapa criteria yaitu dapadt berkemih, bisa melakukan ambulasi, sadar dan memilki orientasi, mual/muntah minimal, tidak minum obat nyeri selama 1 jam, tidak ada pendarahan/drainase berlebihan. Keluar dari UPPA klien harus mempunyai suhu tubuh baik dan kestabilan tanda-tanda vital.
v  PROSES KEPERAWATAN DI RUANG PERAWATAN PASCAOPERATIF
   Setelah kembali keruang perawatan hal yang pertama kali dilakukan adlah pengkajian umum klien. Perawat menentukan status masalah dan menidentifikasi diangnosa baru yang relevan. Setelah itu proses perencanaan yang dilakukan dokter bedah biasanya adalah jumlah pemantauan tanda-tanda vital, jenis dan kecepatan cairan infus, obat-obatan pascaoperatif, makanan dan minuman yang boleh dimakan, tingkat aktivitas yang boleh dilakukan, pemeriksaan laboratorium.
   Selanjutnya yang harus dilakukan yaitu implementasi untuk mendapatkan kembali fungsi fisiologi normal, mempertahankan fungsi pernafasan, mencegah stasis sirkulasi, meningkatkan eliminasi normal dan nutrisi yang adekuat, meningkatkan eliminasi urine, mempercepat penyembuhan luka, meperoleh istirahat dan kenyamanan, mepertahankan konsep diri, mempercepat kembalinya status kesehatan fungsional. Yang terakhir evaluasi yaitu menentukan banyaknya pelajaran yang diterima klien dan keluarga tentang cara perawatan diri.

*Catatan: Diringkas oleh SEPTYANI NEVY MEGA NURASTAM dari buku Potter, P.A. & Pery, A.G.1999.Buku Ajar Fundamental Keperawatan:konsep, proses dan praktik,vol.2 E/4.Alih bahasa oleh Komalasari, R dkk.Jakarta:EGC.(halaman 1789-1841)
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...