Selasa, 30 September 2014

KONSEP DIRI*




Pengertian Konsep Diri
Konsep diri merupakan pencitraan maupun pengetahuan dari individu mengenai dirinya sendiri. Konsep diri sangat berhubungan dengan kesehatan karena klien meyakini kesehatan yang baik akan meningkatkan konsep diri klien tersebut.
Tinjauan Konsep Diri
1.       Identitas, identitas bisa diperoleh dari observasi mengenai diri seseorang dan apa yang dikemukakan mengenai diri kita (Stuart & Sudden,1991)
2.       Citra Tubuh merupakan salah satu tinjauan konsep diri yang bersangkutan dengan sikap maupun pengalaman yang berhubungan dengan tubuh, pandangan mengenai maskulinitas dan ferminitas, kapabilitas, daya tahan dan kegagahan fisik (Drench,1994)
3.       Harga diri bisa bersumber dari diri sendiri dan orang lain. Kasih sayang dan penerimaan juga dapat menentukan harga diri seseorang.
Komponen Konsep Diri
1.       Identitas, identitas mengenai rasa internal yaitu kebutuhan, konsistensi pada berbagai situasi dan sepanjang waktu,dan individualitas. Identitas merupakan pembeda seseorang antara satu dengan yang lain dan identitas bisa menjadikan seseorang utuh dan unik.
2.       Citra tubuh,citra tubuh dapat menciptakan seseorang terhadap tubuh secara internal dan eksternal. Hal yang mempengaruhi citra tubuh ialah pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik sedangkan sebagian bergantung pada realitas tubuh.
3.       Harga diri,  harga diri merupakan rasa kita terhadap nilai-diri seseorang dan merupakan evaluasi bagaimana seseorang menciptakan maupun mempertahankan diri.
4.       Peran, hal ini berkenaan dengan harapan maupun standar sikap yangsudah diterima oleh  keluarga, kelompok maupun kultur dan peran didasarkan dengan sosialisasi.
Stresor Mempengaruhi Konsep Diri
1.       Stesor Identitas, didefinisikan sebagai “ pengelompokan prinsip dari pertanggungjawaban kepribadian terhadap kesatuan, konsistensi, keunikan dan kontiunitas”(Stuart & Sundeen,1991). Stesor mempengaruhi identitas seumur hidup dan pada fase remaja banyak terjadi perubahan yang berbahaya(bingung identitas).
2.       Stesor citra tubuh, stesor yang dapat mengubah citra tubuh adalah perubahan penampilan tubuh (misalnya amputasi) dan hal ini cenderung berdampak negative pada seseorang yang mengalami  perubahan tubuh.
3.       Stresor harga diri, orang yang memiliki harga diri rendah akan merasa tidak dicintai bahkan dapat mengalami depresi maupu  ansietas yag disebabkan karena kurang dihormati, kurang bernilai , tidak kompeten dan tidak diterima dalam masyarakat.
4.       Stresor peran, peran menciptakan sikap dan perilaku yang diterima dengan sosial yang saling berkaitan dengan fungsi individu pada kelompok sosial (Stuart & Sudeen,1991
Konflik Peran
Konflik peran merupakan ada maupun tidaknya keselarasan harapan peran (Broaweel,1983). Terdapat tiga macam dasar konflik peran yaitu konflik interpersonal, antar-peran dan peran personal.
Ambiguitas Peran
Ambiguitas peran berkenaan dengan harapan peran yang samar-samar atu tidak jelas dan akan menimbulkan ketidakpastian.
Ketegangan Peran
Ketegangan peran merupakan kolaborasi antara konflik peran dengan ambiguitas peran. Hal ini dapat diekspresikan sebagai rasa frustasi saat seseorang merasa tidak sesuai dengan peran.  Ketegangan peran juga sering berhubungan dengan stereotip peran jender (Stuart & Sudeen,1991).
Perkembangan Konsep Diri
v  Bayi, penanaman konsep diri pada seseorang dimulai dari fase ini . Pada pembentukan konsep diri pada bayi merupakan tanggung jawab dari orang tua bayi tersebut . Untuk membentuk konsep diri yang baik maka diperlukan stimulus maupun interaksi orang tua terhadap bayi tersebut. Tanpa adanya stimulasi yang kuat dari system motorik dan peginderaan maka perkembangan citra tubuh dan konsep diri yang kurang bagus misalnya bayi premature yang kurang diberi stimulus kasih sayang (Kramer et al,1975)
v  Todler (1-3 tahun), pada fase ini anak lebih aktif dan lebih bisa berkomunikasi dengan orang lain. Tugas psikologisosial utama mereka ialah bagaimana cara mereka mengembangkan otonomi dan pada fase ini juga anak lebih cenderung meniru orang lain.
v  Usia prasekolah, pada fase ini perkembangan keingintahuan tentang seksuak dan kesadaran mengenai perbedaan dengan orang lain yang bergender sama maupun yang berbeda menjadi lebih pasti. Peran keluarga sangat penting pada fase ini untuk mencegah dampak negatif yang dapat merusak konsep diri.
v  Anak usia sekolah, pada fase ini tanggung jawab tidak hanya diberatkan pada orang tua saja melainkan sekolah juga harus ikut andil dalam mencegah rusaknya konsep diri karena pada fase ini anak pertumbuhan anak menjadi lebih cepat, dan lebih banyak mendapatkan keterampilan motorik, sosial maupun intelektual.
v  Masa remaja, pada fase ini lebih cenderung pada perubahan fisik seseorang yang dapat merubah perkembangan konsep diri. Hal ini dapat berdampak positif dan negatif tergantung dalam penyikapan individu tersebut tentang perubahan fisik yang ada . Pada fase ini juga ketertarikan pada lawan jenis semakin meningkat.
v  Masa dewasa muda, pada fase ini merupakan waktu untuk memilih, lebih bertanggung jawab , melakukan pekerjaan dengan stabil dan memulai hubungan yang erat.
v  Usia dewasa tengah, pada fase ini terjadi akibat perubahan produksi hormonal dan seing mengalami penurunan kadar dalam beraktifitas yang mempengaruhi citra tubuh yang dapat mengecoh konsep diri.
v  Lansia, pada fase ini sangat tampak penurunan secara bertahap pada struktur dan fungsi fisik seseorang. Status kesehatan juga ikut mempengaruhi konsep diri seseorang.
Efek Keluarga Pada Perkembangan Konsep diri
Keluaga merupakan aspek yang penting dalam pembentukan konsep diri seseorang yang dimulai sejak anak-anak. Jika penanaman konsep dirinya positif maka hasilnya pun juga baik begitu pula kebalikannya. Untuk mengembalikan harga diri anak menjai baik , peran perawat yang pertama ialah mengkaji bagaimana gaya hubungan dalam keluarganya dan hal ini harus dilakukan dengan kerja keras & konsisten.
Pengaruh  Perawat Pada Konsep Diri Klien
Peran perawat pada klien yang mengalami perubahan konsep diri yaitu menstimulasi rehabilitasi yang bersifat positif. Sebelum menstimulus klien, perawat juga harus terlebih dahulu mengkaji dirinya sendiri. Perawat harus memberikan perhatian,dukungan serta kasih sayang terhadap klien yang perubahan citra tubuh yang diakibatkan oleh penyakit. Hal ini juga harus dilakukan perawat kepada keluarga klien.
Konsep Diri Proses Keperawatan
·         Pengkajian , dalam hal pengkajian konsep diri, seorang perawat harus mengumpulkan data objektif maupun subjektif dan focus terhadap stresor konsep diri yang bersifat aktual dan potensial serta perilaku yang berhubungan dengan metamorfosa konsep diri.
·         Diagnosa keperawatan, dari data yang sudah dikumpulkan, seorang perawat bisa melakukan diagnose keperawatan. Hal ini sifatnya sementara namun harus dilakukan dengan cermat dan akurat oleh seorang perawat. Semakin banyak dat yang didapatkan maka diagnosa keperwatannya semakin mendekati kebenaran. Pengungkapan tentang tanda dari ketidaknormalan citra tubuh pada klien ialah, ketidakmampuan diri pasien, pengasingan dari aktivitas sosial dan pengungkapan hal negatif pada tubuh pasien.
·         Perencanaan,  setelah melakukan diagnosa keperawatan , seorang perawat , klien dan keluarga klien segera merencanakan perawatan yang akan dijalani oleh klien dan tujuannya untuk membantu klien agar bisa mencapai maupun mempertahankan konsep dirinya yang sehat. Perencanaan perawatan harus ditinjau dari segi tujuan dan hasil yang akan dicapai serta intervensi bagi klien yang mengalami gangguan konsep diri. Intervensi harus fokus untul membantu klien mengatasi stresor yang dapat menggangu konsep diri.
·         Implementasi, dalam hal ini merupakan waktu bagi perawat untuk menunjukkan perannya dalam membantu klien untuk memperbaiki maupun mempertahankan konsep dirinya. Berawal dari ketulusan perawat maka nantinya akan terjalin hubungan salin percaya antara klien dan perawat. Hal itu dapat dicapai dengan beberapa cara antara lain :
menciptakan lingkungan terapeutik.
membina hubungan terapeutik.
mendukung eksploitasi diri.
·         Evaluasi, hal ini diperlukan untuk memantau kemajuan pasien . Seorang perawat harus memastikan bahwa klien mengalami penurunan stesor  pada klien dan jika hasil sesuai dengan apa yang diharapkan maka perwat tersebut benar dalam perencanaan perawatan terhadap klien.
*Catatan: Diringkas oleh Rosa Yuniartha dari buku Potter, P.A. &Pery, A.G. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan Praktik, Vol. 1 E/4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih,Made Sumarwati,Dian Evriyani,Laily Mahmudah,Ellen Panggabean,Kusrini S,Sari Kurnianingsih,Enie Novieastari. Jakarta: EGC. (halaman 497-517).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...