Pengertian Konsep
Diri
Konsep diri merupakan pencitraan maupun pengetahuan dari
individu mengenai dirinya sendiri. Konsep diri sangat berhubungan dengan
kesehatan karena klien meyakini kesehatan yang baik akan meningkatkan konsep
diri klien tersebut.
Tinjauan Konsep Diri
1.
Identitas, identitas bisa diperoleh dari
observasi mengenai diri seseorang dan apa yang dikemukakan mengenai diri kita
(Stuart & Sudden,1991)
2.
Citra Tubuh merupakan salah satu tinjauan konsep
diri yang bersangkutan dengan sikap maupun pengalaman yang berhubungan dengan
tubuh, pandangan mengenai maskulinitas dan ferminitas, kapabilitas, daya tahan
dan kegagahan fisik (Drench,1994)
3.
Harga diri bisa bersumber dari diri sendiri dan
orang lain. Kasih sayang dan penerimaan juga dapat menentukan harga diri
seseorang.
Komponen Konsep Diri
1.
Identitas, identitas mengenai rasa internal
yaitu kebutuhan, konsistensi pada berbagai situasi dan sepanjang waktu,dan
individualitas. Identitas merupakan pembeda seseorang antara satu dengan yang
lain dan identitas bisa menjadikan seseorang utuh dan unik.
2.
Citra tubuh,citra tubuh dapat menciptakan
seseorang terhadap tubuh secara internal dan eksternal. Hal yang mempengaruhi
citra tubuh ialah pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik sedangkan
sebagian bergantung pada realitas tubuh.
3.
Harga diri,
harga diri merupakan rasa kita terhadap nilai-diri seseorang dan merupakan
evaluasi bagaimana seseorang menciptakan maupun mempertahankan diri.
4.
Peran, hal ini berkenaan dengan harapan maupun
standar sikap yangsudah diterima oleh
keluarga, kelompok maupun kultur dan peran didasarkan dengan sosialisasi.
Stresor Mempengaruhi
Konsep Diri
1.
Stesor
Identitas, didefinisikan sebagai “ pengelompokan prinsip dari
pertanggungjawaban kepribadian terhadap kesatuan, konsistensi, keunikan dan
kontiunitas”(Stuart & Sundeen,1991). Stesor mempengaruhi identitas seumur
hidup dan pada fase remaja banyak terjadi perubahan yang berbahaya(bingung
identitas).
2.
Stesor
citra tubuh, stesor yang dapat mengubah citra tubuh adalah perubahan
penampilan tubuh (misalnya amputasi) dan hal ini cenderung berdampak negative
pada seseorang yang mengalami perubahan
tubuh.
3.
Stresor
harga diri, orang yang memiliki harga diri rendah akan merasa tidak
dicintai bahkan dapat mengalami depresi maupu
ansietas yag disebabkan karena kurang dihormati, kurang bernilai , tidak
kompeten dan tidak diterima dalam masyarakat.
4. Stresor peran, peran menciptakan sikap
dan perilaku yang diterima dengan sosial yang saling berkaitan dengan fungsi
individu pada kelompok sosial (Stuart & Sudeen,1991
Konflik Peran
Konflik peran merupakan ada maupun tidaknya keselarasan
harapan peran (Broaweel,1983). Terdapat tiga macam dasar konflik peran yaitu
konflik interpersonal, antar-peran dan peran personal.
Ambiguitas Peran
Ambiguitas peran berkenaan dengan harapan peran yang
samar-samar atu tidak jelas dan akan menimbulkan ketidakpastian.
Ketegangan Peran
Ketegangan peran merupakan kolaborasi antara konflik peran
dengan ambiguitas peran. Hal ini dapat diekspresikan sebagai rasa frustasi saat
seseorang merasa tidak sesuai dengan peran.
Ketegangan peran juga sering berhubungan dengan stereotip peran jender (Stuart
& Sudeen,1991).
Perkembangan Konsep
Diri
v
Bayi,
penanaman konsep diri pada seseorang dimulai dari fase ini . Pada pembentukan
konsep diri pada bayi merupakan tanggung jawab dari orang tua bayi tersebut .
Untuk membentuk konsep diri yang baik maka diperlukan stimulus maupun interaksi
orang tua terhadap bayi tersebut. Tanpa adanya stimulasi yang kuat dari system
motorik dan peginderaan maka perkembangan citra tubuh dan konsep diri yang
kurang bagus misalnya bayi premature yang kurang diberi stimulus kasih sayang (Kramer
et al,1975)
v
Todler
(1-3 tahun), pada fase ini anak lebih aktif dan lebih bisa berkomunikasi
dengan orang lain. Tugas psikologisosial utama mereka ialah bagaimana cara
mereka mengembangkan otonomi dan pada fase ini juga anak lebih cenderung meniru
orang lain.
v
Usia
prasekolah, pada fase ini perkembangan keingintahuan tentang seksuak dan
kesadaran mengenai perbedaan dengan orang lain yang bergender sama maupun yang
berbeda menjadi lebih pasti. Peran keluarga sangat penting pada fase ini untuk
mencegah dampak negatif yang dapat merusak konsep diri.
v
Anak usia
sekolah, pada fase ini tanggung jawab tidak hanya diberatkan pada orang tua
saja melainkan sekolah juga harus ikut andil dalam mencegah rusaknya konsep
diri karena pada fase ini anak pertumbuhan anak menjadi lebih cepat, dan lebih
banyak mendapatkan keterampilan motorik, sosial maupun intelektual.
v
Masa
remaja, pada fase ini lebih cenderung pada perubahan fisik seseorang yang
dapat merubah perkembangan konsep diri. Hal ini dapat berdampak positif dan
negatif tergantung dalam penyikapan individu tersebut tentang perubahan fisik
yang ada . Pada fase ini juga ketertarikan pada lawan jenis semakin meningkat.
v
Masa
dewasa muda, pada fase ini merupakan waktu untuk memilih, lebih bertanggung
jawab , melakukan pekerjaan dengan stabil dan memulai hubungan yang erat.
v
Usia
dewasa tengah, pada fase ini terjadi akibat perubahan produksi hormonal dan
seing mengalami penurunan kadar dalam beraktifitas yang mempengaruhi citra
tubuh yang dapat mengecoh konsep diri.
v
Lansia,
pada fase ini sangat tampak penurunan secara bertahap pada struktur dan fungsi
fisik seseorang. Status kesehatan juga ikut mempengaruhi konsep diri seseorang.
Efek Keluarga Pada
Perkembangan Konsep diri
Keluaga merupakan aspek yang penting dalam pembentukan
konsep diri seseorang yang dimulai sejak anak-anak. Jika penanaman konsep
dirinya positif maka hasilnya pun juga baik begitu pula kebalikannya. Untuk
mengembalikan harga diri anak menjai baik , peran perawat yang pertama ialah
mengkaji bagaimana gaya hubungan dalam keluarganya dan hal ini harus dilakukan
dengan kerja keras & konsisten.
Pengaruh Perawat Pada Konsep Diri Klien
Peran perawat pada klien yang mengalami perubahan konsep
diri yaitu menstimulasi rehabilitasi yang bersifat positif. Sebelum menstimulus
klien, perawat juga harus terlebih dahulu mengkaji dirinya sendiri. Perawat
harus memberikan perhatian,dukungan serta kasih sayang terhadap klien yang
perubahan citra tubuh yang diakibatkan oleh penyakit. Hal ini juga harus
dilakukan perawat kepada keluarga klien.
Konsep Diri Proses
Keperawatan
·
Pengkajian , dalam hal pengkajian konsep diri,
seorang perawat harus mengumpulkan data objektif maupun subjektif dan focus terhadap
stresor konsep diri yang bersifat aktual dan potensial serta perilaku yang
berhubungan dengan metamorfosa konsep diri.
·
Diagnosa keperawatan, dari data yang sudah
dikumpulkan, seorang perawat bisa melakukan diagnose keperawatan. Hal ini
sifatnya sementara namun harus dilakukan dengan cermat dan akurat oleh seorang
perawat. Semakin banyak dat yang didapatkan maka diagnosa keperwatannya semakin
mendekati kebenaran. Pengungkapan tentang tanda dari ketidaknormalan citra
tubuh pada klien ialah, ketidakmampuan diri pasien, pengasingan dari aktivitas
sosial dan pengungkapan hal negatif pada tubuh pasien.
·
Perencanaan,
setelah melakukan diagnosa keperawatan , seorang perawat , klien dan
keluarga klien segera merencanakan perawatan yang akan dijalani oleh klien dan
tujuannya untuk membantu klien agar bisa mencapai maupun mempertahankan konsep
dirinya yang sehat. Perencanaan perawatan harus ditinjau dari segi tujuan dan
hasil yang akan dicapai serta intervensi bagi klien yang mengalami gangguan
konsep diri. Intervensi harus fokus untul membantu klien mengatasi stresor yang
dapat menggangu konsep diri.
·
Implementasi, dalam hal ini merupakan waktu bagi
perawat untuk menunjukkan perannya dalam membantu klien untuk memperbaiki
maupun mempertahankan konsep dirinya. Berawal dari ketulusan perawat maka
nantinya akan terjalin hubungan salin percaya antara klien dan perawat. Hal itu
dapat dicapai dengan beberapa cara antara lain :
menciptakan lingkungan terapeutik.
membina hubungan terapeutik.
mendukung eksploitasi diri.
·
Evaluasi, hal ini diperlukan untuk memantau
kemajuan pasien . Seorang perawat harus memastikan bahwa klien mengalami
penurunan stesor pada klien dan jika
hasil sesuai dengan apa yang diharapkan maka perwat tersebut benar dalam
perencanaan perawatan terhadap klien.
*Catatan: Diringkas oleh Rosa
Yuniartha dari buku Potter, P.A. &Pery, A.G. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan Praktik, Vol. 1
E/4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih,Made Sumarwati,Dian Evriyani,Laily
Mahmudah,Ellen Panggabean,Kusrini S,Sari Kurnianingsih,Enie Novieastari.
Jakarta: EGC. (halaman 497-517).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...