Selasa, 30 September 2014

PERENCANAAN


PERENCANAAN*

Langkah awal dari perencanaan dalam proses keperawatan adalah pengkajian  dan perumusan  keperawatan. Perencanaan adalah perilaku keperawatan yang berpusat pada kliean, mengembangkan  hasil perkiraan, dan menuliskan rencana asuhan keperawatan.
Prioritas dibuat selama perencanaan tersebut. Prioritas didapatkan dari hasil berfikir kritis perawat berdasarkan perumusan diagnose yang spesifik. Menurut  Carpenito” prioritas ditegakkan untuk mengidentifikasi urutan intervensi keperawatan ketika  klien mempunyai masalah atau perubahan multiple (Perry,2005:180). Prioritas pemilihan adalah suatu metode yang digunakan perawat bersama klien untuk bermutualisme membuat urutan diagnose kepentingan klien yang berdasarkan keinginan, kebutuhan dan keselamatan.
Prioritas dikelompokkan sebagai yang tertinggi, menengah atau rendah tergantung pada urgensi dan masalah, sifat dari pemberian obat, dan hubungan antara diagnose keperawatan.
Berfikir kritis diharapkan untuk merencanakan tujuan dan hasil yang diperkirakan dengan klien dalam hal diagnose keperawatan, dengancara mengkaji, memberikan hasil sementara dan menetapkan prioritas kebutuhan akan perawatan kesehatan pasien. Maksud dari penulisan tujuan dan hasil perkiraan adalah untuk memberikan arahan intervensi individual dan menentukan keefektifan intervensi.
Tujuan keperawatan adalah petunjuk untuk pemilihan dan kriteria evaluasi intervensi keperawatan. Setelah tujuan keperawatan , hasi yang diharapkan adalah sasaran yang spesifik. Hasil yang diharapkan mempunyai fungsi untuk mmberikan arahan keperawatan.
Pedoman penulisan tujuan dan hasil yang diharapkan ada tujuh yaitu:
1.       Faktor yang berpusat pada klien, adalah cerminan dari perilaku dan respon pasien yang disinyalir sebagai hasil dari intervensi keperawatan.
2.       Faktor tunggal, adalah tujuan dan hasil perkiraan yang hanya menunjukkan satu respons perilaku. maksudnya dengan satu respon, perawat dapat terbantu dalam memodifikasi rencana asuhan.
3.       Faktor yang dapat diamti, adalah mencatan perubahan pada klien melalui pengamatan perawat.
4.       Faktor yang dapat diukur, adalah mengukur respons klien terhadap asuhan keperawatan.
5.       Faktor batasan waktu,  adalah batasan waktu klien untuk memberikan respon yang diharapkan. Hal itu membantu perawat untuk melihat kemajuan klien.
6.       Faktor mutual, adalah persetujuan antara perawat dan klien mengenai arah dan batasan waktu keperawatan.   Hal itu dapat meningkatkan kerjasama serta motivasi klien.
7.       Faktor realistic, adalah tujuan dan hasil yang singkat dan realistic, yang dapat memberikan rasa pencapaian bagi klien maupun perawat.
                Intervensi keperawatan adalah tindakan setelah penetapan tujuan dan hasil keperawatan. Merupakan suatu tindakan untuk membantu klien berpindah dari tingkat kesehatan saat ini menuju tingkat yang diinginkan. Terdapat tiga tipe intervensi keperawatan, yaitu :
1.       Intervensi Perawat, adalah suatu timbale balik perawat pada kebutuhan keperawatan dan diagnose klien. Perawat tidak membutuhan instruksi untuk melakukan sebuah intervensi keperawatan.
2.       Intervensi Dokter, adalah respon terhadap diagnose medis dan perawat menyelesaikan instruksi dokter. Tetapi dalam hal ini masih membutuhkan penilaian keperawatan.
3.       Intervensi Kolaboratif, adalah terapi yang membutuhkan keterampilan, pengetahuan, dan keahlian dari berbagai profesional perawatan kesehatan.
Dalam pemilihan intervensi, perawat menggunaka keterampilan klinis untuk membuat keputusan. Ada enam factor dalam memilih intervensi keperawatan pada klien spesifik, yaitu:
1.       Karakteristik diagnose keperawatan
2.       Hasil yang diperkirakan
3.       Dasar riset
4.       Kemungkinan untuk dikerjakannya intervensi
5.       Keberterimaan kliean, dan
6.       Kompetensi perawat
Ada berbagai metode dalam mengomunikasikan asuhan keperawatan , antara lain perencanaan asuhan keperawatan. Adalah metode yang didasarkan pada data pengkajian dan meliputi diagnose keperawatan, hasil yang diharapkan serta aktifitas dan strategi keperawatan spesifik.
Jalur kritis adalah pola tindakan multidisiplin yang meresapkan intervensi dan batas waktu agar mencapai hasil yang diharapkan untuk klien selama perawatan yang telah direncanakan.
Rencana asuhan keperawatan merupakan pedoman tertulis yang bertujuan sebagai perawatan klien. Ada dua jenis rencana asuhan keperawatan , ialah Rencana perawatan tertulis dan Rencana perawatan terorganisasi. Rencana perawatan tertulis adalah dokumentasi kebutuhan perawatan kesehatan klien yang ditentukan oleh pengulasan dan diagnose keperawatan, tujuan dan hasil yang diinginkan yang disusun selama perencanaan.
Rencana perawatan di berbagai lingkungan merupakan stuktur dari rencana asuhan keperawatan beragam dari satu lingkungan perawatan kesehatan dengan lainnya. Ada berbagai jenis rencana perawatan, antara lain Rencana Perawatan Institusional ialah dokumen ringkas bagian dari catatan medis pasien. Selanjutnya adalah Rencana Perawatan Peserta Didik dimana peserta didik belajar menulis rencana asuhan keperawatan dan menggunakannya untuk pendidikan mereka. Dan yang terakhir adalah Rencana Perawatan untuk Lingkungan Komunitas merupakan rencana asuhan bagi kliean di lingkungan komunitas, contohnya pusat komunitas, klinik atau rumah klien yang mencakup penggunaan prinsip dari praktik keperawatan.
Jalur kritis memungkinkan semua staf untuk disiplin, seperti keperawatan, farmasi dan kedokteran untuk mengembangkan rencana perawatan terintergrasiselama perawatan klien yang telah ditetapkan.
Penulisan untuk rencana asuhan keperawatan, pertama membuat 5 kolom. Kolom pertama berisikan prioritas pada setian diagnose(prioritas didasarkan pada kebutuhan menurut maslow, urgensi kebutuhan fisiologis, kebutuhan penting klien, dan keselamatan), menuliskan tujuan pada kolom dua, kolom 3 dituliskan rencana tindakan pada kolom implementasi, menuliskan rasional pada kolom 4, dan menuliskan hasil yang diharapkan pada kolom 5.
Adapun cara penulisan jalur kritis ialah melibatkan semua anggota tim perawatan kesehatan multidisiplin. Diperlukan pengembangan pedoman klinis komprehensif untuk menangani perawatan klien, penggunaan sumber-sumber yang sesuai (pemeriksaan laboratorium), dan hasil yang diharapkan. Jalur kritis menjabarkan tentang diagnose keperawatan dan intervensi yang berkaitan.
Konsultasi dengan profesional perawatan kesehatan lain. Yang dimaksud dengan konsultasi sendiri ialah proses dimana keahlian spesialis dicari bertujuan megidentifikasi cara-cara untuk mengatasi masalah penatalaksanaan klien atau perencanaan dan mengimplementasikan program. Kontultasi terjadi ketika telah teridentifikasi suatu masalah yang tidak dapat diatasi dengan keterampilan, pengetahuan, dan sumber-sumber pribadi oleh perawat.
Adapun cara-cara berkonsultasi adalah sebagai berikut:
1.       Mengidentifikasi masalah yang umum.
2.       Konsultasi diarahkan pada profesional yang tepat.
3.       Perawat memberikan informasi dan sumber terkait dengan masalah.
4.       Perawat dilarang memberikan informasi yang bias pada konsultan.
5.        Selalu mendiskusikan temuan-temuan dan rekomendasi bagi perawat yang membutuhkan konsultasi
6.       Perawat menggabungkan rekomendasi konsultasi ke dalam rencana asuhan.
Manfaat konsultasi adalah sebagai sumber tambahan dalam asuhan keperawatan.perawat yang kompeten dan profesional mengetahui keterbatasan mereka, belajar dari temuan dan rekomendasi mereka, dan mencari konsultasi yang sesuai.




*Catatan:  Diringkas oleh Nurohaini Yulianingtyas dari buku Potter, P.A. &Pery, A.G. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan Praktik, Vol. 1 E/4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih, Made Sumarwati, Dian Eviriyani, laily Mahmudah, Ellen Pangagabean, Kusrini, Sari Kurnianingsih, Enie Novieastari . Jakarta: EGC. (halaman 180-199)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...