Selasa, 30 September 2014

TAHAP KONSEPSI SAMPAI PRASEKOLAH

TAHAP KONSEPSI HINGGA PRASEKOLAH
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terarah, dapat diperkirakan, saling berkaitan, dan kompleks yang terus berlanjut selama kehidupan sampai kematian. Perilaku kemajuan ini bersifat individual, melalui tahapan kronologis yang hampir sama dari perkembangan dan pertumbuhan tetapi pada tahap dan perilaku masing-masing individu yang berbeda. Sebagai seorang perawat, kita harus memahami tumbuh kembang anak, terutama dalam kesehatan, guna membimbing dan meningkatkan kondisi normal serta mendeteksi dan mencegah kondisi abnormal.
 Pertumbuhan dan perkembangan manusia dibagi ke dalam tahap yang diatur sesuai kelompok umur, berdasarkan waktu dan tugas perkembangan yang harus dicapai individu untuk maju ke tahap selanjutnya. Periode perkembangan dibagi menjadi 2 yaitu Periode Pranatal (masa konsepsi sampai lahir) dan Periode Bayi yang terdiri dari lahir sampai 12 atau 18 bulan, masa kanak-kanak awal usia 1-6 tahun, masa kanak-kanak pertengahan usia 6-11 atau 12 tahun, dan masa kanak-kanak akhir yang terdiri dari praremaja usia 10-13 tahun, remaja usia 13-18 tahun, dan remaja akhir usia 18-21 tahun. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah kekuatan alami yang terdiri dari hereditas dan temperamen, dan kekuatan eksternal yang terdiri dari keluarga, kelompok teman sebaya, pengalaman hidup, kesehatan lingkungan, kesehatan prenatal, nutrisi, istirahat, tidur, dan olahraga, status kesehatan, dan lingkungan tempat tinggal.
        Selama periode prenatal (kehidupan intrauterin), embrio tumbuh dari sel tunggal menjadi fisiologis. Seluruh sistem organ utama berkembang dalam uterus, dengan beberapa fungsi sebelum lahir. Kondisi psikososial juga mulai terbentuk selama masa gestasi. Periode gestasi seringkali dibagi menjadi tiga periode yang disebut trimester. Karena perkembangan dari bayi atau fetus, berada dalam tahapan perkembangan yang berbeda dalam setiap trimester. Waktu trimester pertama terjadi selama 3 bulan pertama kalender. Di trimester ini terjadi diferensiasi sel dan pembentukan atau perkembangan organ yang terjadi pada kecepatan dan waktu yang berbeda-beda, dan  setiap organ sangat rentan terhadap gangguan dari lingkungan. Kemudian organ-organ tersebut berkembang menjadi sistem organ yang terus berkembang pada trimester kedua pada bulan ke-3 sampai ke-6. Pada akhir bulan keenam, kebanyakan sistem organ lengkap dan dapat berfungsi. Oleh karena itu janin dipertimbangkan dapat hidup jika diberikan dukungan lingkungan yang intensif. Jari-jari tangan dan kaki berkembang, dasar awal fungsi ginjal, dan jenis kelamin janin dapat ditentukan. Janin terbungkus dengan substansi yang menutupi kulit dan rambut-rambut yang halus (lanugo) yang hampir menutupi seluruh tubuh. Denyut jantung janin dapat terdengar pada auskultasi dengan stetoskop, dan ibu menjadi waspada terhadap gerakan janin. Pada trimester ketiga, kulit janin menebal dan lanugo mulai hilang, tubuh janin menjadi lebih bulat dan penuh. Otak pun mulai tumbuh dan sistem saraf pusat telah menetapkan jumlah total neuron dan menghubungkan antara neuron serta mielinasi serat saraf yang berlangsung dalam waktu yang cepat. Janin yang normal secara fisik mampu untuk membuat peralihan dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.
       
A.      PENINGKATAN KESEHATAN UNTUK NEONATUS
Periode neonatus adalah masa bulan pertama kehidupan. Fungsi fisik bayi baru lahir kebanyakan reflektif, dan stabilisasi sistem organ utama adalah tugas tubuh yang utama. Perilaku sangat mempengaruhi interaksi antara bayi baru lahir dan lingkungan serta pengaruh. Pengkajian keperawatan menyeluruh dilakukan segera pada saat fungsi fisiologis neonatus stabil beberapa jam setelah lahir dengan mengukur tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, temperature, nadi dan pernapasan serta mengobservasi penampilan umum fungsi tubuh, kemampuan sensori, dan kemampuan berespons. Karakteristik fisik yang normal yaitu tetap adanya lanugo pada kulit di bagian belakang, sianosis pada tangan dan kaki, khususnya selama aktivitas, dan abdomen yang lebut dan menonjol. Fungsi neurologis dikaji dengan mengobservasi tingkat aktivitas neonatus, kewaspadaan, iritabilitas, dan respons terhadap stimulus dan kehadiran serta kekuatan dari refleks. Karakteristik perilaku bayi yang baru lahir normal adalah periode mengisap, menangis, tidur, dan beraktivitas. Perkembangan kognitif yang awal mulai dengan perilaku bawaan, refleks, dan fungsi sensori. Bayi yang baru lahir memulai aktivitas refleks, menyesuaikan benda-benda yang baru ke dalam perilaku, dan mengakomodasikan perilaku ini untuk mencapai keinginan mereka. Fungsi sensori membantu perkembangan kognitif pada bayi baru lahir. Anak-anak dapat berfokus dan melihat benda, kesukaan untuk wajah orang muncul. Sistem auditorius dan vestibular berfungsi dari saat lahir. Kemampuan sensori ini memberikan neonatus untuk mengeluarkan stimulus lebih daripada hanya menerima stimulus, seperti orangtua berbicara dengan bayi mereka dan memegang mereka untuk melihat wajah mereka. Hal ini memungkinkan bayi untuk mencari atau mengambil stimulus, dengan demikian memperbesar pembelajaran dan peningkatan perkembangan kognitif. Untuk neonatus, menangis adalah komunikasi. Misalnya, mereka menangis karena popok mereka basah, karena lapar atau ingin dipeluk. Perkembangan psikososial neonatus adalah interaksi antara orangtua dan anak yang semakin dekat.

B.      PENINGKATAN KESEHATAN BAYI
Pertumbuhan dan perubahan fisik di masa bayi mulai cepat. Perawat dapat mengevaluasi pola pertumbuhan dengan mencatat ukuran berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala pada interval.  Ukuran meningkat sangat cepat selama tahun pertama kehidupan, berat badan lahir menjadi dua kali sebelum 6 bulan dan tiga kali pada 12 bulan. Tinggi badan meningkat 50% (1 inci selama 6 bulan dan ½ inci selama 6 bulan berikutnya), dengan diameter dada mendekati besar lingkar kepala (Wong, 1995). Fungsi fisiologis stabil, denyut jantung 80-130 per menit, tekanan darah 72-110/38 sampai 72 mmHg. Pola fungsi tubuhpun juga stabil, ditandai dengan tidur, eliminasi, dan rutinitas menyusui. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, perawat menjelaskan dan membantu orangtua memilih dan menyediakan diet nutrisi yang adekuat untuk bayi mereka. Kegiatan menyusui direkomendasikan untuk bayi karena air susu berisi nutrisi esensial dari protein, lemak, karbohidrat, zat besi dan protein yang bereaksi sebagai zat kekebalan tubuh. Konsentrasi fluoride yang adekuat untuk memberi perlindungan terhadap karies gigi tidak tersedia dalam air susu ibu sehingga air yang mengandung fluor direkomendasikan pada bayi. Gigi bayi mulai tumbuh pada usia 7 bulan, ditandai dengan timbulnya demam ringan dan iritabilitas yang disebabkan oleh inflamasi benjolan pada saat gigi siap muncul. Bayi belajar banyak dari pengalaman dan memanipulasi lingkungan, seperti belajar berbicara dan mengeksplorasi benda-benda yang berada di sekitarnya. Selama tahun pertama mereka, bayi mulai membedakan diri mereka sendiri dan orang lain sebagai bagian yang terpisah dan yang mempunyai kemampuan untuk melakukan tindakan pada diri sendiri. Melalui pengalaman yang berulang dengan lingkungan, bayi belajar di mana diri sendiri berakhir dan mulai dengan dunia luar. Pada saat bayi menentukan batasan fisik mereka, mereka mulai merespons orang lain. Kebanyakan bayi dapat membedakan antara orang asing dan orang yang dikenalnya dengan cara merespon yang berbeda terhadap keduanya. Bayi mencari orang teredekat untuk dukungan dan rasa nyaman selama masa stres. Bayi juga mulai bermain permainan sosial sederhana seperti mengumpulkan kue dan bermain mengintip. Untuk persepsi kesehatan, perawat memiliki tanggung jawab untuk mendidik orangtua dan pengasuh lainnya mengenai perilaku peningkatan kesehatan yang akan secara positif mempengaruhi persepsi sehat dan diri sendiri.

C.               PENINGKATAN KESEHATAN TODDLER (MASA KANAK-KANAK USIA 12-36 BULAN)
     Toddler ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat dengan kemampuan mobilitas fisik dan kognitif lebih besar. Posisi anak ketika berjalan adalah tegak dengan sikap papan berjalan, abdomen menonjol, dan lengan berada di luar sisi untuk keseimbangan. Waktu rata-rata peningkatan berat badan dan panjang badan berlangsung lambat. Sistem jantung paru menjadi stabil pada masa toddler. Denyut jantung dan pernapasan lambat rata-rata 110 kali permenit dan 25 kali pernapasan permenit, dan rentang tekanan darah 70/40-110/70. Fontanel anterior menutup antara usia 12 dan 18 bulan. Kebanyakan toddler beralih dari susu ibu atau formula kepada susu sapi. Kebutuhan nutrisi yang meningkat terpenuhi dengan makanan padat dari pyramid makanan.  Karena orangtua sering membatasi ukuran kebutuhan normal untuk anak mereka, perawat dapat menurunkan rasa cemas mereka dengan memberi informasi mengenai ukuran kebutuhan makanan yang normal. Pencapaian toddler terhadap perkembangan benda permanen, kemampuan mereka untuk mengingat kejadian, dan kemampuan permulaan mereka untuk menempatkan pemikiran ke dalam kata pada kira-kira usia 2 tahun memperlihatkan transisi mereka dari perkembangan kognitif tahap sensori-motorik ke tahap pemikiran praoperasional (Piaget, 1952). Anak mulai menggunakan 10-300 kata dan secara umum mampu berbicara dalam kalimat yang pendek seperti “siapa itu?” dan “apa itu?”. Toddler tidak memahami konsep yang baik dan benar, tetapi mereka mengerti bahwa beberapa perilaku membawa hasil yang positif dan negatif. Menurut Erikson (1963), Perasaan autonomi muncul selama masa toddler. Anak-anak mencoba kemandirian dengan menggunakan otot-otot mereka yang berkembang untuk melakukan apa saja untuk mereka sendiri dan menjadi ahli dari fungsi tubuh mereka. Persepsi toddler terhadap kesehatan mereka sendiri dibatasi oleh kemampuan kognitif mereka. Anak-anak terus mengenali sensasi tubuh mereka bagian dalam tetapi tidak tahu lokasi sensasi tersebut. Selama masa ini, anak-anak mulai menginternalisasi label yang diberikan oleh orangtua atau pemberi pelayanan kesehatan professional untuk kondisi somatis, seperti rasa tidak nyaman pada abdomen. Anak-anak mengobservasi dan meniru praktik perawatan kesehatan orangtua.

D.            PENINGKATAN KESEHATAN UNTUK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN)
Anak-anak menyempurnakan penguasaan terhadap tubuh mereka dan merasa cemas menunggu awal pendidikan formal. Bagi orangtua, hal ini merupakan hal yang menarik karena anak-anak dapat membagi pemikiran mereka secara lebih akurat, dan dapat lebih secara efektif berinteraksi dan berkomunikasi. Perkembangan fisik terus berlangsung menjadi lambat dimana perkembangan kognitif dan psikososial menjadi cepat.
Kepercayaan orangtua mengenai kesehatan, sensasi pada tubuh anak-anak, dan kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang biasanya membantu anak-anak mengembangkan perilaku sehat mereka. Prasekolah biasanya mulai mandiri dalam mandi, berpakaian, dan makan. Kemandirian ini dapat mempengaruhi perasaan mereka mengenai kesehatan mereka sendiri.

PROSES KEPERAWATAN DAN ANAK
A.      Pengkajian
Pengkajian ini membantu perawat dalam memberikan perawatan yang meningkatkan resolusi dari penyakit dan kesejahteraan secara umum pada anak dan keluarga mereka. Pengkajian keperawatan pada anak terdiri dari:
1.       Pengkajian Perkembangan, meliputi:
-          Pemeriksaan terhadap keterampilan motorik anak memperlihatkan sejumlah bantuan yang dibutuhkan oleh anak dengan makan, menggosok gigi, mandi, berpakaian, eliminasi, dan ambulasi.
2.       Penentuan kebiasaan makan, tidur, dan eliminasi.  Observasi respons terhadap hospitalisasi
3.    Riwayat penyakit sebelumnya, hospitalisasi, dan perpisahan.
4.    Riwayat pengobatan.
5.    Persepsi tentang penyakit
6.    Orang pendukung yang tersedia
B.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi masalah dan kemungkinan penyebab masalah ketika anak dihospitalisasi. Identifikasi ini memungkinkan perawat merencanakan intervensi spesifik untuk penyembuhan.

C.  Perencanaan
Setelah mengidentifikasi diagnosa keperawatan, perawat mengembangkan rencana perawatan. Penentuan tujuan dan hasil yang diharapkan dari perawatan untuk setiap diagnose keperawatan merupakan tahap yang pertama. Ketidakdapatan anak dalam menyebutkan perasaan dan kebutuhan mereka adalah hal yang penting untuk melibatkan orangtua dan anggota keluarga lain. Tujuan perawatan untuk anak yang dirawat di rumah sakit harus memperhatikan kebutuhan perkembangan dan meliputi hal-hal di bawah ini:
1.       Meminimalkan rasa cemas karena perpisahan
2.       Mempertahankan kepercayaan
3.       Mengurangi rasa takut
4.       Meminimalkan rasa tidak nyaman pada fisik
5.       Membantu pertumbuhan dan perkembangan yang normal
6.       Menggabungkan bermain dan kegiatan pengalih ke dalam kegiatan sehari-hari

D.      Implementasi
      Pada saat anak mengalami hospitalisasi atau menerima perawatan pada fasilitas rumah sakit di rumah mereka, perawat mencoba untuk memastikan bahwa pengalaman tersebut merupakan hal yang positif untuk anak dan keluarga, mengingat bahwa setiap anak adalah unik dan menjadi sensitif dalam respons per individual terhadap tindakan keperawatan.
      Ketika anak cemas karena ditinggalkan orangtua karena mereka tidak bisa menemani sang anak secara terus menerus di rumah sakit, orangtua harus memberitahu anak kapan mereka akan pergi dan kapan mereka akan kembali untuk menemaninya lagi, perawat primer harus bersama anak pada saat orangtua meninggalkan anak tersebut untuk memberikan dukungan dan pengalihan perhatian. Jelaskan kepada orangtua bahwa protes merupakan perilaku normal dan memperlihatkan hubungan yang kuat dengan orangtua.
      Untuk menumbuhkan kepercayaan pada orangtua dan meminimalisir ketakutan pada anak, biarkan anak mengobservasi hubungan yang ramah antara orangtua dan perawat, kemudian ajak anak berkomunikasi melalui alat-alat mainan binatang atau boneka sebelum secara langsung menyapa anak, hindari memberi isyarat seperti senyum yang lebar dan kontak mata yang lebar, dan ajaklah orangtua ke dalam kegiatan pengkajian awal seperti pengukuran tanda vital.
      Anak-anak dari semua usia, termasuk bayi yang baru lahir, pasti mengalami rasa sakit. Rasa sakit pada bayi adalah rasa lapar dan rasa nyaman yang ditunjukkan dengan menangis yang tidak berhenti dengan tindakan menenangkan. Toddler masih menerima sensasi dengan cara yang luas tidak dapat mengindikasikan dengan jelas di mana rasa sakit tersebut dirasakan. Perawat harus bisa membuat bayi atau toddler merasa nyaman berbicara dengan suara lembut atau menyanyi dengan lembut dan dengan kontak fisik seperti memegang dan mengayun, memeluk, menyentuh, serta mencium. Berikan anak-anak benda yang memberikan rasa aman dan nyaman (selimut, mainan favorit, dan scarf ibunya) dan keyakinan kepada anak-anak bahwa tidak apa-apa jika mereka menangis dan tekankan sesuatu yang membantu yang mereka lakukan, seperti jaga lengan mereka untuk tidak bergerak selama anak tersebut mendapatkan suntikan.
      Untuk mengembangkan pertumbuhan dan perkembangan normal pada anak, harus dalam lingkungan yang dapat menerima perilaku regresif. Anak diberi dorongan untuk berpartisipasi dalam kegiatan perawatan diri sendiri dan untuk mengembangkan kosakata baru dengan mempelajari nama benda dan orang yang berada di rumah sakit. Anak juga diberi stimulasi pendengaran dan penglihatan secara periodik, misalnya membacakan buku untuk anak-anak, dan melihat gambar di buku. Perawat berdiskusi dengan orangtua tentang pengaruh hospitalisasi pada pertumbuhan dan perkembangan anak dan penjelasan bagaimana mereka dapat membantu anak untuk meningkatkan kembali dan mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
        Bermain adalah pekerjaan anak-anak. Bermain di rumah sakit membuat normal sesuatu yang asing dan kadang kondisi lingkungan yang tidak ramah dan memberi jalan untuk menurunkan tekanan. Perawat dapat memasukkan bermain ke dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, berpakaian, makan, dan pengukuran tanda vital. Perawat juga dapat memberi kesempatan kepada semua anak, terutama yang mengalami keadaan imobilisasi untuk pergi ke ruangan bermain atau terlibat dalam permainan dengan anak yang lain.

E.    Evaluasi
      Mengevaluasi respons anak dan keluarga terhadap tindakan keperawatan merupakan hal yang penting untuk menentukan apakah tujuan perawatan telah tercapai. Penetapan hasil yang diharapkan memberikan standar yang menggunakan pengukuran evaluasi untuk menentukan respons intervensi.
      Setiap lembaga pelayanan kesehatan memiliki petunjuk sendiri untuk merekam dan mengganti informasi mengenai klien, tetapi berdasarkan metode yang digunakan, penting untuk selalu memasukkan hal-hal berikut ini:
1.       Pengkajian dan tindakan keperawatan yang berhubungan dengan diagnose keperawatan
2.       Respons anak dan orangtua pada pendidikan kesehatan
3.       Pertanyaan yang diajukan oleh anak dan orangtua serta respons perawat
4.       Perilaku sosial dari anak

*Catatan: Diringkas oleh Safiah Puspa Asyillah dari buku Potter, P.A. & Perry, A.G. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Vol. 1 E/4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih, Made Sumarwati, Dian Evriyani, Laily Mahmudah, Ellen Panggabean, Kusrini S, Novietasari. Jakarta : EGC. (halaman 636-677)


KESEHATAN SPIRITUAL


KESEHATAN SPIRITUAL*
SPIRITUALITAS DAN RELIGI
Tidak sedikit perawat mempunyai kesulitan untuk membedakan antara spiritualitas dan religi. Namun demikian, semua konsep tersebut tidak sama. Religi biasanya berikatan dengan “keadaan melakukan” atau praktik yang berkaitan dengan ibadah. Religi menurut  Emblen (1992) menyatakan “suatu sistem keyakinan dan ibadah terorganisasi yang dipraktikan seseorang umtuk secara jelas menunjukan spiritualitas mereka”. Kunci kesuksesan dalam memberikan keperawatan dan dukungan spiritualitas yaitu mendapatkan suatu pemahaman tentang dimensi spiritual orang itu.
Dimensi Spiritual
Dalam hal ini, spiritualitas mewakili semua keberadaan seseorang dan berguna sebagai perspektif pendorong yang menggabungkan macam aspek individual.
Berpikir Kritis dan Spiritualitas
                Perawat yang profesional membutuhkan kemampuan menarik untuk mengetahui masalah pribadi  yang mempengaruhi kemampuan klien untuk menerima dan mencari bantuan. Agar dapat efektif dalam memberikan perawatan spiritual ,perawat harus mengetahui isyarat spiritual yang ditunjukan pasien selama waktu penyembuhan, perubahan, penyakit, dan kehilangan.
Kesehatan Spiritual
(Hungelmann et al, 1985)menyatakan kesehatan spiritual atau kesejahteran adalah “rasa keharmonisan saling kedekatan antara diri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan”. Keyakinan ini sering tertanam di dalam spiritualitas orang tersebut.
Masalah  Spiritual
Distres spiritual dapat tumbuh seiring dengan seseorang mencari makna tentang apa terjadi yang mungkin dapat mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terkucilkan dari pergaulan.

Penyakit Akut
Penyakit atau cedera yang dialami dapat disebut sebagai  hukuman, sehingga pasien menyalahkan diri mereka sendiri karena memiliki kebiasaan kesehatan yang buruk, gagal untuk mematuhi peraturan keselamatan, atau tidak melakukan pemeriksaan secara rutin.
Penyakit Kronis
Seseorang yang mempunyai penyakit kronis sering menderita gejala yang mengganggu kemampuan untuk melakukan pola hidup normal mereka. Mereka yang mampu secara spiritual akan membangun kembali identitas-diri dan hidup dalam keadaan mereka.
Masalah Religi
Masalah religi dapat mempengaruhi spiritualitas pasien. Jika kebiasaan keagamaan mengalami gangguan dapat mempengaruhi struktur atau dukungan agama terhadap rasa sejahtera seseorang.
PROSES KEPERAWATAN DAN SPIRITUALITAS
Aspek penting lain dari perawat spiritual adalah mengenali bahwa pasien tidak harus (berhak) memiliki masalah spiritual. Mendukung dan mengenali sisi positif dari spiritualitas pasien akan tersalur dengan pemberian asuhan keperawatan yang efektif dan individual.
Keyakinan Dan Makna
Informasi mengenai pandangan hidup seseorang dapat membantu perawat untuk mengenali fokus spiritual pasien dan dampak penyakit pada kehidupan seseorang.
Autoritas dan Pembimbing
Setiap individu memiliki suatu sumber autoritas dan pedoman dalam hidupnya. Autoritas dapat berupa yang maha kuasa, pemuka agama tertentu, keluarga atau teman, diri sendiri, atau kombinasi dari sumber tersebut. Autoritas membimbing seseorang dalam menguji keyakinan dan mengalami pertumbuhan.
Diagnosa Keperawatan
(Kim, at al, 1995) menyatakan diagnosa keperawatan yang secara relatif baru adalah “kesejahteraan spiritual, potensial untuk ditingkatkan, didasarkan pada batasan karakteristik yang menunjukan suatu pola kesejahteraan dan keterhubungan yang berasal dari kekuatan dari dalam.”
Perencanaan
(Munley,1983) menyatakan dalam menetapkan rencana perawatan, terdapat tiga tujuan untuk pemberian perawatan spiritual antara lain “klien merasakan perasaan percaya pada pemberi perawatan, klien mampu terikat dengan anggota sistem pendukung, pencarian pribadi klien tentang makna (hidup) meningkat.
Implementasi
Dalam tingkat pemahaman ini perawat mampu memberikan perawatan  dengan cara yang sensitif, kreatif, dan sesuai.
Mendukung Hubungan yang Menyembuhkan
(Benner,1984) menyatakan mendefinisikan tiga langkah yang ternyata terbukti ketika hubungan yang menyembuhkan terbina antara perawat dan pasien antara lain :
1.       Mengerahkan harapan bagi perawat, demikian juga halnya bagi klien.
2.       Menemukan interprestasi yang dapat diterima atau memahami tentang penyakit, nyeri, ketakutan, ansietas, atau emosi yang menegangkan.
3.       Membantu klien menggunakan dukungan sosial, emosional, atau spiritual.
Sistem Dukungan
Sistem pendukung berfungsi sebagai hubungan yang menghubungkan pasien, perawat, gaya hidup klien sebelum terjadi penyakit. Lingkungan merupakan bagian dari pemberi perawatan pasien, kehadiran teratur dari keluarga dan teman yang di pandang oleh klien sebagai pendukung.

Berdoa
(McCullough,1995)menyatakan bahwa tindakan doa adalah “bentuk dedikasi-diri yang memungkinkan individu untuk bersatu dengan Tuhan atau yang maha kuasa”.
Evaluasi
Perawat mencari tau dan mengarahkan harapan pasien, sambil membentuk hubungan yang menyembuhkan. Hal ini membantu pasien untuk mempunyai semangat yang tinggi dan berupaya untuk sembuh.

*Catatan: Diringkas oleh Rizky Tiara Damayanti dari buku Potter, P.A. & Perry, A.G. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Vol. 1 E/4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih, Made Sumarwati, Dian Evriyani, Laily Mahmudah, Ellen Panggabean, Kusrini S, Novietasari. Jakarta : EGC. (halaman 563-583)

MASALAH-MASALAH YANG DI LEGALKAN


MASALAH-MASALAH YANG DI LEGALKAN*
Saat ini perawat wajib mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kelegalan keperawatan terlebih lagi masalah hukum yang berlaku di keperawatan.Karena pada masa ini publik mendapatkan banyak hal tentang hak perawatan kesehatan mereka.
Batasan Legal Dalam Keperawatan
Berdasarkan sumber hokum, meliputihukum sipil yang berlandaskan pada hubungan antar individu, contohnya berupa hujatan, fitnah, maupun pencemaran nama baik. Hukum kriminal yaitu hukum yang membatasi perilaku manusia dalam bertindak kriminal.Kejahatan adalah salah satu pelanggaran masyarakat dalam hukum kriminal.Kejahatan ini dibagi menjadi 2 yaitu kejahatan ringan dan berat.Hukum pengaturan atau hukum atministratif sangat berpengaruh pada keperawatan. Badan hukum  atministratif memiliki kekuatan melalui perwakilan otoritas dari badan pembuat undang-undang  yang ditujukan kepada ahli di beragam lapangan. Hukum adat adalah sumber hukum yang dikembangkan melalui perilaku yang ada dimasyarakat.Perawat  yang telah terdaftar akan diberi license ole board of nurshing Negara bagian dimana mereka praktik. Semua Negara bagian menggunakan national council licensure examination (NCLEX) sebagai ujian perawat terdaftar dan ujian perawat praktik. Lisensi dapat ditunda maupun ditolak
Perawat Peserta Didik
Perawat peserta didik diharuskan menunjukkan diri sebagai perawat professional yang memberikan perawatan yang aman pada klien.semua staf pengajar memiliki taanggungjawab terhadap insruksi serta mengobservasi peserta didik. Karena peserta didik tidak dipertimbangkan sebagai pegawai,  mereka tidak dilindungi oleh hukum kompenasi.Terkadang saat ada waktu luang dikelas peserta didik di anjurkan sebagai asisiten perawat.Jika perawat dari peserta didik di pekerjakan dalam kapasitas ini mereka tidak harus menampilkan tugasnya yang tidak terlihat.
Labilitas Legal Dalam Keperawatan
Kesalan merupakan kesalahan sipil yang dilakukan pada seseorang.Kesalahan ini bisa dibedakan menjadi kesalan yang disengaja maupu tidak.Kesalahan yang merupakan kesalahan disengaja yaitu malpraktik atau kelalaian.Kelalaian merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan etika yang ada dalam keperawatan.Karena tindakan yang dilakukan oleh orang professional, seperti dokter bisa disebut dengan malpraktek.Perawat yang terlibat banyak dalam malpraktik yang professional.

Contohnya:
Kesalahan terapi intravena yang menyebabkan inviltrasi atau flebitis.
Luka bakar yang diderita pasien pada terapi pemantauan yang tidak tepat.
Jatuh yang menyebabkan cidera pada klien.
Kesalahan menggunakan teknik aseptic pada klien ketika diperlukan.
Kesalahan menggunakan spon, instrumen, atau jarum dalam kasusu operasi.

Gangguan hukum malpraktik terhadap seorang perawat:
o   Terdakwa berhutang tugas kepada penggugat.
o   Perawat tidak melakukan tugas terhadap klien.
o   Klien cidera.
o   Penyebab actual serta kemungkinan mencelakai pasien adalah akibat dari perawat yang gagal dalam melaksanakan tugas.
o   Meminimalkan liabilitas melalui dokumentasi dan hubungan klien yang efektif

Perawat yang mengikuti standar perawatan dapat menguragi kesempatan melanggar hukum.Dokumentasi yang hati-hati, lengkap dan objektif, sebagai bukti asuan keperawatan yang standar. Dokumentasi yang baik, jujur, dan tepat waktu akan memberikan komunikasi sangat dipertluka dalam komunikasi tim kesehatan. Hubungan perawat-klien sangat penting tidak hanya menjamin kualita perawatan teapi juga dalam peminimalan resiko. Klien yang sudah percaya kepada perawat dalam penanganan tugasnya akan urung melaporkan perawat dalam jerata hukum. Perawat yang tulus dalam penanganan pada klien adalah peran penting sebagai alat manajemen-resiko.
Asuransi malpraktik
Asuransi liabilitas pribadi melindungi perawat didalam semua aspek praktek professional.asuransi peruahaan hanya menanggung dalam lingkup pekerjaan perawat saja.Jika perawat tidak praktik sebagaimana prosedur yang ada didalam institusi, malpraktik dapat ditetapkan diluar pekerjaan dan perusahaan tidak dapat menanggung kesalahan yang diperbuat oleh perawat.
Standar perawatan
Merupakan pedoman praktik keperawatan yang yang menetapkan harapan bagai perawat untuk memberikan perawatn dan pelayanan yang tepat bagi pasien.Standar ini juga digunakan untuk menentukan perawat telah melakukan perawat yang bijaksana atau tidak kepada pasien.Hukum mendefinisikan setandar keperawatan dimana perawat harus memberinya.Undang- undang praktik keperawatan mendefinisikan lngkup praktik kerangka kerja atau praktik dimana perawat aka bekerja.Norma yang dibuat oleh state board of nursing atau badan hukum atninistratif membntu mendefinisikan praktik keperawatan secara lebih spesifik.Kebijakan prosedur tertulis mengenai insstitusi pekerja merinci tentang kelakuan perawata dalam melakukan tugas mereka.Institusi perawat dapat menuntut perawat untuk melakukan prosedur manual pada kebanyakan unit keperawatan.Standar perawat menekankan tanggung gugat untuk mrnghitung tindakan mereka.Semu perawat harus mengetahui standar keperawatan yang harus dipenuhi dalam spesialisasi dan lingkungan kerja yang lebih spesifik.standar perawat bijaksana dipengaruhi oleh lokasi lingkungan praktik perawat tersebut.Standar keperawatan ini sudah diakui secara nasional untuk memiliki saksi ahli sebagai saksi dalam kasus malpraktik.
Kerahasiaan
Standar perawat dalam penjagaan rahasia pasien terdapat dalam etik professional. The American nurses association code for nurses menyatakan “ jika seseorang menjadi perawat, mereka membuat komitmen moral untuk menegakkan nilai da kewajiban khusus yang diekspresikan dalam kode mereka.” ( American nurses association 1976). Informasi rahasia pasien yang diperoleh perawat saat merawat pasien bisa menjadi hak istimewa, dengan demikian kebal terhadap penggungkapan dibelakang hukum.
Ø  Informend consent
Ø  Format yang ditandatangani klien ketika meraka masuk ke institusi. Factor-faktor yang harus dibuktikan agar persetujuan menjadi valid:
Ø  Individu secara mental dan fisik harus kompeten dan secara legal dewasa ( mampu memberi persetujuan).
Ø  Persetujuan harus dilakukan secara sukarela. Tidak ada tindakan paksaan  yang digunakan untuk memperolehnya.
Ø  Persetujuan harus ada kesepakatan untuk mendapat jawaban dari pertanyaan dengan memuaskan dan memastikan pemahaman kepada pasien tentang tindakan yng telah diberikan.
Informed consent ialah persetujuan tindakan yang berdasarkan pemberitahuan resiko. Persetujuan harus didapat dari orang yang dianggap memahami penjelasan agar mereka yakin benar dengan apa yang akan mereka perbuat. Dalam hal adanya penyangkalan, hak untuk memberikan persetujuan sehubungan dengan ketidakmampuan.Klien yang menolak tindakan medis harus diinformasikan tentang semua kosekwensinya.Hukum telah menetapkan bahwa indifidu berhak bebas dari gangguan fisik.Klien berhak mendapat perlindungan atas hak mereka untuk memberikan atau menolak tindakan.
Untuk memaksa pengobatan pada pasien dapat menimbulkan tuntutan pemaksaan maupun pelecehan. Pelecehan adalah sentuhan yang disengaja pada orang lain tanpa izin. Cidera bukanlah merupakan dari pelecehan.Krena perawat tidak menerima pendidikan dan melakukan prosedur medis secara langsung, meminta persetujuan untuk melakukan tindakan medis tidaklah dibenarkan.



Masalah legal didalam praktik keperawatan
·         Kontrak Kehamilan Pengganti Dan Adobsi
Beberapa Negara bagian memiliki statuta yang mencegah adanya penyelenggaraan perwalian orangtua.Dalam persetujuan tersebut, pasangan setuju membayar biaya kehamilan dan kelahiran pada wanita yang secara artifisial mengandung dan melahirkan bayi dari pasangan yang berbeda.Negara lain mempunyai statuta “penjualan bayi” yang melarang adobsi dengan pertukaran uang.
·         Masalah Aborsi
Roe v. wade (1973), the united states supreme court menegakkan hak fundamental untuk prifasi, termasuk keputusan seorang wanita untuk melakukan aborsi. Keputusan pengadilan roe bahwa wanita dalam konsultasi dokter untuk mengahiri masa kehamilannya tanpa peraturan Negara. Tindakan bahwa dokter harus memberikan antisipasi apasaja yang dapat ditimbulkan dari proses aborsi tersebut.
·         Substansi Terkontrol
Pada tahun 1970 the comprehensive drug abuse prevention and control act disyahkan di amerika serikat.Ini mencakup zat narkotik, depresan, stimulant dan halusinogen.Pengaturan sistim distribusi dirumah sakit, program rehabilitas penyalah gunaan obat, dan penelitian mengenai pengobatan medis.Di beberapa Negara bagian tidak memperbolehkan perawat praktisi untuk menindak lanjuti pemberian resep-resep yang terkontrol.Zat yang terkontrol harus dijaga dengan aman kuncinya, hanya personalia yang berkepentingan yang diberi kuasa.Ada hukum criminal dalam penyalahgunaan obat-obatan terlarang tersebut.
·         Aids (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
Petugas perawatan teresiko tertular penyakit ini.Mayoritas perawat yang titular penyakit ini terinfekdi dari tusukan atau terpotong ditemoat kerja.Perawat harus berhati-hati untuk tidak mengkriminalkan klien dan prosedur institusional untu menekankan pedoman federal. Pada kasus ini perawat hendaknya sama sekali tidak membocorkan rahasia klien karena prifasi sangat harus dijaga untuk tidak menjatuhkan salah satu pihak.
Kematian menjelang ajal
Banyak peristiwa tentang kematian menjelang ajal pada saat ini.Salah satunya adalah euthanasia, dimana pasien sengaja disuntikkan cairan untuk mengakhiri ajalnya. Baik dari permintaan pasien sendiri ataupun tenaga kesehatan yang di suruh maupun di bayar oleh pihak keluarga pasien. Di Negara-negara lain kegiatan ini dibenarkan. Namun di Indonesia khusunya, tindakan ini sama sekali tidak dibenarkan karena merupakan langgaran hukum, kode etik, beserta hak pasien. Dan jika dilakukan maka akan mendapatkan sangsi yang cukup berat bagi pelakunya, bahkan terpaut pada hukkum pidana.



*Catatan: Diringkas oleh Iga Kurnia Rohmah dari buku Potter, P.A. & Perry, A.G. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Vol. 1 E/4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih, Made Sumarwati, Dian Evriyani, Laily Mahmudah, Ellen Panggabean, Kusrini S, Novietasari. Jakarta : EGC. (halaman 429-450)