Selasa, 30 September 2014

Kontinum Sehat Sakit

Kontinum Sehat Sakit*

                Kesehatan yang baik dipandang sebagai suatu kondisi yang berlawanan dengan penyakit atau kondisi yang lepas dari penyakit oleh sebagian masyarakat. Aspek sehat yang lebih luas dengan menggunakan pendekatan pada abad ke-21 meliputi rasa memiliki kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat hidup, rasa berarti di dalam hidup, dukungan sosial yang kuat, atau tingkat kemandirian tertentu (Haber, 1994).
Di tahun 1980 telah terbit sebuah dokumen yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan usaha untuk meningkatkan kesehatan di seluruh Amerika Serikat, yang berjudul Healthy People: The Surgeon General’s Report on Health Promotion and Disease Prevention. Kemudian di tahun 1990 berdiri upaya lanjutan yang bersifat nasional, Healthy People 2000 milik Pemerintah Amerika Serikat yang ditujukan untuk mengurangi tingkat kematian dan kecacatan dengan cara pencegahan pada para penduduk. Upaya lanjutan ini berfokus pada tiga tujuan kesehatan bagi masyarakat yang luas, yakni peningkatan rentang waktu untuk hidup sehat, penurunan perbedaan kesehatan, dan perolehan akses agar mendapat pelayanan preventif. Helathy People 2000 hanya berorientasi pada kesehatan dan memperhatikan pengaruh dari sosioekonomi, gaya hidup, dan pengaruh nonmedis yang lain.
Kesehatan yang bagus atau kesejahteraan adalah sebuah kondisi yang tidak hanya bebas dari penyakit. Sedangkan kesehatan sendiri adalah sebuah keadaan yang tiap orang mendefinisikannya cocok dengan nilai pada dirinya sendiri,  bukanlah suatu pengetahuan ilmiah, benda, ataupun penglihatan. Perubahan fokus dari sakit ke sehat sangatlah penting. Definisi WHO tentang kesehatan yakni, memperhatikan Individu sebagai suatu sistem menyeluruh, mengartikan sehat dilihat dari lingkungan luar dan dalam, penghargaan terhadap pentignyasuatu peran individu dalam kehidupan. Pengertian sehat dalam arti yang paling luas adalah suatu keadaan dinamis yang individunya menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan dalam dan luar untuk mempertahankan kesehatannya.
Berbagai model sehat-sakit dalam keperawatan dapat membantu mendefinisikan sehat dan memahami tindakan dan keyakinan pasien terhadap kesehatan. Dalam model Kontinum sehat sakit, sehat adalah suatu kondisi yang dinamis yang perubahannya terus menerus sesuai adaptasi masing-masing individu  terhadap banyak perubahan dilingkungan. Untuk mempertahankan kondisi fisik secara menyeluruh. Kekurangan dari model ini adalah sulitnya menentukan suatu tingkat kesehatan klien yang sesuai dengan batas normal diantara batas yang abnormal pada kontinum. Model ini akan bermanfaat dikala perawat membantu pasien untuk menentukan tujuan mencapai tingkat kesehatan yang lebih baik kedepannya.
Model Kesehatan Tingkat Tinggi berorientasi pada cara memaksimalkan potensi sehat pada tiap individu dan menghindar dari resiko tinggi yang mengancam kesehatan. Model ini menuntut klien untuk mempertahankan keseimbangan dan arah dalam suatu lingkungan. Sejahtera tinnkat tinggi juga dapat digunakan guna mencapai  kesehatan keluarga dan komunitas. Perawat yang menggunakan model keperawatan holistik berusaha menciptakan kondisi untuk memaksimalkan kesehatan. Sistem keyakinan klien merupakan langkah awal untuk membantu pasien menemukan cara sehat guna memenuhi kebutuhan.
Model Agens-Pejamu-Lingkungan menjelaskan tingkat sehat dan sakit perseorangan atau kolektif ditentukan oleh suatu hubungan yang dinamis antara agens, pejamu, dan lingkungan. Agens ialah bermacam faktor interal dan eksternal menggunakan atau tidaknya dapat mengakibatkan penyakit atau sakit. Pejamu ialah individu atau kelompok yang mudah terjangkit penyakit atau sakit, faktor-faktornya adalah kondisi fisik atau psikologis dari klien. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan sosial serta seluruh faktor yang ada diluar pejamu. Model ini mengemukakan sehat dan sakit muncul karena adanya interaksi yang saling berkaitan antara ketiga variabel tersebut. Model dari interaksi ketiga variabel ini diperluas dalam sebuah teori umum mengenai berbagai faktor penyebab penyakit., dan secara umum dipercayai bahwa penyebab utama sebuah penyakit dapat diidentifikasi.
Model Keyakinan-Kesehatan memberikan cara memahami dan memperkirakan bagaimana pasien akan bertindak sehubungan dengan kesehatan serta bagaimana mereka menaati terapi kesehatan yang diberikan. Komponen awal dari model ini adalah persepsi individu mengenai kerentanan dirinya pada suatu penyakit. Komponen kedua adalah persepsi seseorang terhadap keseriusan penyakit tertentu. Komponen ketiga--di mana individu mungkin akan mengambil perilaku preventif—ialah persepsi individu mengenai manfaat dari perilaku yang diambil.
                Model Peningkatan-Kesehatan mengidentifikasi faktor-faktor yang bisa meningkatkan atau menurunkan keikutsertaan klien untuk meningkatkan kesehatan. Model ini berfokus pada penjelasan alasan keterlibatan pasien dalam tindakan kesehatan.
                Variabel yang mempengaruhi keyakinan dan praktik kesehatan perlu dipahami oleh perawat yang dapat mempengaruhi pasien memungkinkan perawat membuat rencana serta memberikan perawatan individual. Variabel Internal meliputi tahap perkembangan, latar belakang intelektual, persepsi pada fungsi personal serta faktor emosional dan spiritual individu.
                Pada tahap perkembangan, pola pikir dan perilaku individu mengalami perubahan dalam hidupnya. Perawat harus dapat mempertimbangkan dan mengetahui tingkat perubahan pasien dikala perawat menggunakan keyakinan pada kesehatan dan cara pasien mengaplikasikannya sebagai dasar pembuatan rencana keperawatan. Latar belakang intelektual mempengaruhi pengetahuan individu tentang bermacam fungsi bodi dan penyakit, latar belakang pendidikan, pengalaman pada masa lalu, dimana variabel ini mempengaruhi mindset individu. Pada persepsi tentang fungsi, menerangkan cara individu merasakan fungsi fisik bisa berpengaruh pada keyakinan terhadap sehat dan cara mengaplikasikannya. Faktor Emosional memiliki pengaruh seperti Persepsi tentang fungsi. Sedangkan faktor spiritual individu dapat mempengaruhi cara pandang pada kesehatan yang dilihat dari perspektif yang lebih luas.
                Selain variabel internal, variabel eksternal juga dapat mempengaruhi keyakinan dan praktik kesehatan. Praktik keluarga menjelaskan cara bagaimana keluarga pasien menggunakan pelayanan kesehatan yang dapat mempengaruhi cara pasien dalam mengaplikasikan kesehatan. Faktor sosioekonomik dapat meningkatkan risiko terjadi penyakit serta mempengaruhi cara individu mengartikan dan bereaksi terhadap penyakit, variabel sosial juga berperan dalam penenteuan sistem pelayanan kesehatan serta penyediaan pelayanan medis. Latar belakang budaya dapat mempengaruhi keyakinan, nilai, serta kebiasaan seseorang, juga mempengaruhi area masuk ke dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan personal.
                Peningkatan kesehatan dan pencegahan pemyakit harus ditekankan oleh perawat pada klien sebagai bentuk pelayanan kesehatan yang utama untuk dilaksanakan. Kegiatan peningkatan kesehatan membantu pasien menjaga atau memperbaiki tingkat kesehatan pasien. Sedangkan kegiatan pencegahan penyakit memiliki tujuan untuk melindungi pasien dari hal-hal  yang mengancam kesehatan yang bersifat aktual ataupun potensial. Melalui strategi peningkatan kesehatan pasif, seseorang bisa memperoleh manfaat dari aktivitas yang dilakukan orang lain meskipun tidak harus melakukannya sendiri. Melalui peningkatan kesehatan aktif, tiap orang mendapatkan motivasi melakukan suatu program kesehatan. Kesehatan total memiliki tujuan memperbaiki tingkat kesehatan pasien dalam semua dimensi, dan tidak hanya pada kesehatan fisiknya saja.
                Tingkat perawatan preventif merupakan perawatan yang tindakannya dilakukan sebelum individu atau kelompok terjangkit penyakit tertentu, yang biasanya disebut dengan tindakan pecegahan. Pencegahan yang pertama adalah pencegahan Primer yang merupakan pencegahan yang sebenarnya. Pencegahan ini dilakukan sebelum terjadi suatu penyakit dan masalah fungsi yang ditujukan pada klien sehat secara fisik maupun psikologis, tidak bersifat terapeutik dan tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit (Edelman dan Mandle, 1994).
                Pencegahan selanjutnya adalah pencegahan sekunder yang berfokus pada seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau penyakit, dan seseorang yang berisiko mengalami keadaak kesehatan yang lebih buruk. Dilakukan dengan cara pembuatan diagnosa serta pemberian intervensi yang tepat. Yang terakhir adalah pencegahan tersier yang dilakukan saat terjadi kecacatan secara permanen yang tidak bisa disembuhkan untuk membantu pasien mencapai tingkat fungsi semaksimal mungkin, sesuai dengan keterbatasan pasien akibat penyakit maupun kecacatan.
                Faktor risiko adalah situasi, kebiasaan, kondisi lingkungan, kondisi fisiologis, atau variabel lain yang bisa meningkatkan kerentanan personal maupun kolektif pada penyakit atau kecelakaan. Faktor genetik dan fisiologis meliputi fungsi bodi secara fisik yang dapat menyebabkan kerentanan terhadap penyakit. Faktor usia bisa meningkatkan risiko penyakit tertentu. Faktor lingkungan dimana seseorang bekerja atau tinggal juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit tertentu, tingkat kebersihan dan situasi kondisi menjadi faktor utama dalam lingkungan. Gaya hidup yang terlalu dipaksakan agar lebih mengikuti perkembangan jaman menyebabkan berbagai krisis kehidupan dapat mengakibatkan stress.
                Sakit dan perilaku sakit menjadi salah satu bahasan yang utama dalam Bab ini. sakit adalah keadaan tertentu dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial atau spiritual individu berkurang atau bermasalah jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Perilaku sakit adalah perilaku yang dilakukan saat indivudu mengalami sakit. Perilaku sakit meliputi cara individu memantau tubuhnya, menartikan dan menginterpretasikan gejalanya, melakukan usaha penyembuhan, serta menggunakan sistem pelayanan kesehatan (Mechanic,1982). Perilaku ini bisa menjadi cara untuk mendapatkan keyakinan mengenai kondisi kesehatannya.
Variabel yang mempengaruhi perilaku sakit yang pertama adalah variabel internal dimana perawat dapat mempengaruhi persepsi klien mengenai gejala dan sifat sakit klien tersebut. Penyakit akut menunjukkan gejala yang cukup singkat dan biasanya memiliki sifat berat dan kemungkinan bisa mengganggu fungsi di seluruh dimensi yang tersedia. Sedangkan penyakit kronik berlangsung lama, biasanya 6 bulan lebih, serta bisa mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang tersedia. Variabel eksternal yang berpengaruh pada perilaku sakit pasien meliputi gejala yang bisa dilihat, kelompok sosial, latar belakang budaya, variabel ekonomi, kemudahan akses pada sistem pelayanan kesehatan, dan dukungan sosial.
Tahapan perilaku sakit :
ü  Tahap 1                : Mengalami Gejala
Persepsi individu pada gejala tertentu mencakup kesadaran terhadap perubahan fisik, evaluasi pada perubahanyang ada dan mengambil keputusan bahwa perubahan itu merupakan gejala penyakit tertentu, serta respons emosional. Sebelum berlanjut ke tahao sakit lanjut, individu harus mengakui gangguan kesehatan pada dirinya
ü  Tahap 2                : Asumsi tentang Peran Sakit
Asumsi pada peran sakit bisa menyebabkan pergeseran emosional. Setelah mengetahui bahwa seseorang merasa kesehatannya terganggu, maka seseorang tersebut akan mencari kontak dengan sistem pelayanan kesehatan serta dapat berubah menjadi klien atau pasien
ü  Tahap 3                : Kontak dengan Pelayanan Kesehatan
Pada tahap ini pasien mencari informasi untuk mengetahui kepastian penyakit serta mendapat pelayanan dari seorang ahli.
ü  Tahap 4                : Peran Klien Dependen
Secara sosial pasien dengan peran dependen dipersilahkan bebas dari kewajiban serta tugas normalnya. Setelah memasuki tahap ini, pasien harus menyesuaikan dengan ketetapan perubahan jadwal sehari-hari.
ü  Tahap 5                : Pemulihan dan Rehabilitasi
Tahap ini dapat terjadi secara tiba-tiba. Apabila penyembuhan tidak dilakukan dengan tepat, maka kemungkinan akandilakukan perawatan jangka panjang sebelum pasien dapat sampai pada tingkat fungsi maksimal.
Klien dan keluarga harus menghadapi bermacam perubahan yang kemungkinan terjadi
karena kondisi sakit dan pengobatan yang dijalankan. Perubahan perilaku dan emosi terhadap keadaan sakit atau ancaman penyakit tiap individu sangat bervariasi. Penyakit dengan waktu yang singkat serta tidak mengancam kehidupan dapat menimbulkan bebrapa perubahan tindakan dalam fungsi pasien atau keluarga. Sebaliknya, penyakit yang berat bisa menimbulkan perubahan emosi dan perilaku lebih luas. Tiap individu memiliki peran dalam kehidupannya, terutama dalam menangani salah satu keluarga yang sedang sakit. Ditinjau secara umum, individu dan keluarga lebihmudah beradaptasi dengan perubahan yang bersifat transparan dan dalam waktu yang singkat. Keluarga juga harus cepat dan tepat dalam mengambil keputusan mengenai kesehatan salah satu anggota keluarga sebagai klien.
Citra tubuh yang merupakan konsep subjektif dari penampilan fisik pasien juga dapat terganggu akibat beberapa penyakit, dan reaksi klien dan keluarga terhadap perubahan citra tubuh ini berbeda-beda pula. Reaksi klien dan keluarga bergantung pada jenis perubahan, kapasitas adaptasi, kecepatan perubahan, dan dukungan yang tersedia. Biasanya klien dengan penyakit atau kecelakaan yang berdampak pada perubahan citra tubuh memiliki tahapan syok, menarik diri, mengakui, menerima dan melakukan rehabilitasi. Sedangkan dampak pada konsep diri yang merupakan citra mental pada dirinya sendiri, meliputi bagaimana pandangan individu terhadap kekuatan dan kelemahan seluruh aspek pada seluruh aspek kepribadiannya. Peran konsep diri dalam hubungan individu dengan keluarganya berpengaruh pada bagaimana hubungan kedepannya. Adaptasi dengan perubahan citra tubuh dan penyesuaian diri yang baik serta tanggung jawab akan menimbulkan hubungan yang tetap harmonis dan bisa jadi lebih baik dari sebelumnya serta tidak menimbulkan ketegangan atau konflik pada hubungan tersebut, bahkan hubungan dengan masyarakat luar.

*Catatan: Diringkas oleh Fajrian Dwi Anggraeni dari buku Potter, P.A. & Pery, A.G. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan Praktik, Vol. 1 E/4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih, Made Sumarwati, Dian Evriyani, Laily Mahmudah, Ellen Panggabean, Kusrini S, Sari Kurnianingsih, Enie Novieastari. Jakarta: EGC. (halaman 2-24).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...