Kontinum Sehat Sakit*
Kesehatan
yang baik dipandang sebagai suatu kondisi yang berlawanan dengan penyakit atau
kondisi yang lepas dari penyakit oleh sebagian masyarakat. Aspek sehat yang
lebih luas dengan menggunakan pendekatan pada abad ke-21 meliputi rasa memiliki
kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat hidup, rasa berarti di dalam hidup,
dukungan sosial yang kuat, atau tingkat kemandirian tertentu (Haber, 1994).
Di tahun 1980 telah terbit sebuah
dokumen yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan usaha untuk meningkatkan
kesehatan di seluruh Amerika Serikat, yang berjudul Healthy People: The Surgeon General’s Report on Health Promotion and
Disease Prevention. Kemudian di tahun 1990 berdiri upaya lanjutan yang
bersifat nasional, Healthy People 2000
milik Pemerintah Amerika Serikat yang ditujukan untuk mengurangi tingkat
kematian dan kecacatan dengan cara pencegahan pada para penduduk. Upaya
lanjutan ini berfokus pada tiga tujuan kesehatan bagi masyarakat yang luas,
yakni peningkatan rentang waktu untuk hidup sehat, penurunan perbedaan
kesehatan, dan perolehan akses agar mendapat pelayanan preventif. Helathy People 2000 hanya berorientasi
pada kesehatan dan memperhatikan pengaruh dari sosioekonomi, gaya hidup, dan
pengaruh nonmedis yang lain.
Kesehatan yang bagus atau
kesejahteraan adalah sebuah kondisi yang tidak hanya bebas dari penyakit.
Sedangkan kesehatan sendiri adalah sebuah keadaan yang tiap orang
mendefinisikannya cocok dengan nilai pada dirinya sendiri, bukanlah suatu pengetahuan ilmiah, benda,
ataupun penglihatan. Perubahan fokus dari sakit ke sehat sangatlah penting.
Definisi WHO tentang kesehatan yakni, memperhatikan Individu sebagai suatu
sistem menyeluruh, mengartikan sehat dilihat dari lingkungan luar dan dalam,
penghargaan terhadap pentignyasuatu peran individu dalam kehidupan. Pengertian
sehat dalam arti yang paling luas adalah suatu keadaan dinamis yang individunya
menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan dalam dan luar untuk
mempertahankan kesehatannya.
Berbagai model sehat-sakit dalam
keperawatan dapat membantu mendefinisikan sehat dan memahami tindakan dan
keyakinan pasien terhadap kesehatan. Dalam model Kontinum sehat sakit, sehat adalah suatu kondisi yang dinamis yang perubahannya terus menerus sesuai
adaptasi masing-masing individu terhadap
banyak perubahan dilingkungan. Untuk mempertahankan kondisi fisik secara
menyeluruh. Kekurangan dari model ini adalah sulitnya menentukan suatu tingkat
kesehatan klien yang sesuai dengan batas normal diantara batas yang abnormal pada
kontinum. Model ini akan bermanfaat dikala perawat membantu pasien untuk
menentukan tujuan mencapai tingkat kesehatan yang lebih baik kedepannya.
Model Kesehatan Tingkat Tinggi berorientasi pada cara memaksimalkan
potensi sehat pada tiap individu dan menghindar dari resiko tinggi yang
mengancam kesehatan. Model ini menuntut klien untuk mempertahankan keseimbangan
dan arah dalam suatu lingkungan. Sejahtera tinnkat tinggi juga dapat digunakan
guna mencapai kesehatan keluarga dan
komunitas. Perawat yang menggunakan model keperawatan holistik berusaha
menciptakan kondisi untuk memaksimalkan kesehatan. Sistem keyakinan klien
merupakan langkah awal untuk membantu pasien menemukan cara sehat guna memenuhi
kebutuhan.
Model Agens-Pejamu-Lingkungan menjelaskan tingkat sehat dan sakit perseorangan atau kolektif ditentukan oleh suatu hubungan yang
dinamis antara agens, pejamu, dan lingkungan. Agens ialah bermacam faktor
interal dan eksternal menggunakan atau tidaknya dapat mengakibatkan penyakit
atau sakit. Pejamu ialah individu atau kelompok yang mudah terjangkit penyakit
atau sakit, faktor-faktornya adalah kondisi fisik atau psikologis dari klien.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan sosial serta seluruh faktor yang
ada diluar pejamu. Model ini mengemukakan sehat dan sakit muncul karena adanya
interaksi yang saling berkaitan antara ketiga variabel tersebut. Model dari
interaksi ketiga variabel ini diperluas dalam sebuah teori umum mengenai
berbagai faktor penyebab penyakit., dan secara umum dipercayai bahwa penyebab
utama sebuah penyakit dapat diidentifikasi.
Model Keyakinan-Kesehatan memberikan cara memahami dan
memperkirakan bagaimana pasien akan bertindak sehubungan dengan kesehatan serta
bagaimana mereka menaati terapi kesehatan yang diberikan. Komponen awal dari
model ini adalah persepsi individu mengenai kerentanan dirinya pada suatu
penyakit. Komponen kedua adalah persepsi seseorang terhadap keseriusan penyakit
tertentu. Komponen ketiga--di mana individu mungkin akan mengambil perilaku
preventif—ialah persepsi individu mengenai manfaat dari perilaku yang diambil.
Model Peningkatan-Kesehatan mengidentifikasi
faktor-faktor yang bisa meningkatkan atau menurunkan keikutsertaan klien untuk
meningkatkan kesehatan. Model ini berfokus pada penjelasan alasan keterlibatan
pasien dalam tindakan kesehatan.
Variabel
yang mempengaruhi keyakinan dan praktik kesehatan perlu dipahami oleh perawat
yang dapat mempengaruhi pasien memungkinkan perawat membuat rencana serta
memberikan perawatan individual. Variabel Internal meliputi tahap perkembangan,
latar belakang intelektual, persepsi pada fungsi personal serta faktor
emosional dan spiritual individu.
Pada
tahap perkembangan, pola pikir dan perilaku individu mengalami perubahan dalam
hidupnya. Perawat harus dapat mempertimbangkan dan mengetahui tingkat perubahan
pasien dikala perawat menggunakan keyakinan pada kesehatan dan cara pasien
mengaplikasikannya sebagai dasar pembuatan rencana keperawatan. Latar belakang
intelektual mempengaruhi pengetahuan individu tentang bermacam fungsi bodi dan
penyakit, latar belakang pendidikan, pengalaman pada masa lalu, dimana variabel
ini mempengaruhi mindset individu. Pada persepsi tentang fungsi, menerangkan
cara individu merasakan fungsi fisik bisa berpengaruh pada keyakinan terhadap
sehat dan cara mengaplikasikannya. Faktor Emosional memiliki pengaruh seperti
Persepsi tentang fungsi. Sedangkan faktor spiritual individu dapat mempengaruhi
cara pandang pada kesehatan yang dilihat dari perspektif yang lebih luas.
Selain
variabel internal, variabel eksternal juga dapat mempengaruhi keyakinan dan
praktik kesehatan. Praktik keluarga menjelaskan cara bagaimana keluarga pasien
menggunakan pelayanan kesehatan yang dapat mempengaruhi cara pasien dalam
mengaplikasikan kesehatan. Faktor sosioekonomik dapat meningkatkan risiko
terjadi penyakit serta mempengaruhi cara individu mengartikan dan bereaksi
terhadap penyakit, variabel sosial juga berperan dalam penenteuan sistem
pelayanan kesehatan serta penyediaan pelayanan medis. Latar belakang budaya dapat
mempengaruhi keyakinan, nilai, serta kebiasaan seseorang, juga mempengaruhi
area masuk ke dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan personal.
Peningkatan
kesehatan dan pencegahan pemyakit harus ditekankan oleh perawat pada klien
sebagai bentuk pelayanan kesehatan yang utama untuk dilaksanakan. Kegiatan
peningkatan kesehatan membantu pasien menjaga atau memperbaiki tingkat
kesehatan pasien. Sedangkan kegiatan pencegahan penyakit memiliki tujuan untuk
melindungi pasien dari hal-hal yang
mengancam kesehatan yang bersifat aktual ataupun potensial. Melalui strategi peningkatan
kesehatan pasif, seseorang bisa memperoleh manfaat dari aktivitas yang
dilakukan orang lain meskipun tidak harus melakukannya sendiri. Melalui
peningkatan kesehatan aktif, tiap orang mendapatkan motivasi melakukan suatu
program kesehatan. Kesehatan total memiliki tujuan memperbaiki tingkat
kesehatan pasien dalam semua dimensi, dan tidak hanya pada kesehatan fisiknya
saja.
Tingkat
perawatan preventif merupakan perawatan yang tindakannya dilakukan sebelum
individu atau kelompok terjangkit penyakit tertentu, yang biasanya disebut
dengan tindakan pecegahan. Pencegahan yang pertama adalah pencegahan Primer
yang merupakan pencegahan yang sebenarnya. Pencegahan ini dilakukan sebelum
terjadi suatu penyakit dan masalah fungsi yang ditujukan pada klien sehat
secara fisik maupun psikologis, tidak bersifat terapeutik dan tidak menggunakan
identifikasi gejala penyakit (Edelman dan Mandle, 1994).
Pencegahan
selanjutnya adalah pencegahan sekunder yang berfokus pada seseorang yang
mengalami gangguan kesehatan atau penyakit, dan seseorang yang berisiko
mengalami keadaak kesehatan yang lebih buruk. Dilakukan dengan cara pembuatan
diagnosa serta pemberian intervensi yang tepat. Yang terakhir adalah pencegahan
tersier yang dilakukan saat terjadi kecacatan secara permanen yang tidak bisa
disembuhkan untuk membantu pasien mencapai tingkat fungsi semaksimal mungkin,
sesuai dengan keterbatasan pasien akibat penyakit maupun kecacatan.
Faktor risiko adalah situasi,
kebiasaan, kondisi lingkungan, kondisi fisiologis, atau variabel lain yang bisa
meningkatkan kerentanan personal maupun kolektif pada penyakit atau kecelakaan.
Faktor genetik dan fisiologis meliputi fungsi bodi secara fisik yang dapat
menyebabkan kerentanan terhadap penyakit. Faktor usia bisa meningkatkan risiko
penyakit tertentu. Faktor lingkungan dimana seseorang bekerja atau tinggal juga
dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit tertentu, tingkat kebersihan dan
situasi kondisi menjadi faktor utama dalam lingkungan. Gaya hidup yang terlalu
dipaksakan agar lebih mengikuti perkembangan jaman menyebabkan berbagai krisis
kehidupan dapat mengakibatkan stress.
Sakit dan perilaku sakit menjadi salah satu
bahasan yang utama dalam Bab ini. sakit adalah keadaan tertentu dimana fungsi
fisik, emosional, intelektual, sosial atau spiritual individu berkurang atau
bermasalah jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Perilaku sakit adalah
perilaku yang dilakukan saat indivudu mengalami sakit. Perilaku sakit meliputi
cara individu memantau tubuhnya, menartikan dan menginterpretasikan gejalanya,
melakukan usaha penyembuhan, serta menggunakan sistem pelayanan kesehatan
(Mechanic,1982). Perilaku ini bisa menjadi cara untuk mendapatkan keyakinan
mengenai kondisi kesehatannya.
Variabel yang mempengaruhi
perilaku sakit yang pertama adalah variabel internal dimana perawat dapat
mempengaruhi persepsi klien mengenai gejala dan sifat sakit klien tersebut.
Penyakit akut menunjukkan gejala yang cukup singkat dan biasanya memiliki sifat
berat dan kemungkinan bisa mengganggu fungsi di seluruh dimensi yang tersedia.
Sedangkan penyakit kronik berlangsung lama, biasanya 6 bulan lebih, serta bisa
mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang tersedia. Variabel eksternal yang
berpengaruh pada perilaku sakit pasien meliputi gejala yang bisa dilihat,
kelompok sosial, latar belakang budaya, variabel ekonomi, kemudahan akses pada
sistem pelayanan kesehatan, dan dukungan sosial.
Tahapan perilaku sakit :
ü
Tahap 1 :
Mengalami Gejala
Persepsi individu pada gejala tertentu mencakup kesadaran terhadap perubahan fisik, evaluasi pada perubahanyang ada dan mengambil keputusan bahwa perubahan itu merupakan gejala penyakit tertentu, serta respons emosional. Sebelum berlanjut ke tahao sakit lanjut, individu harus mengakui gangguan kesehatan pada dirinya
Persepsi individu pada gejala tertentu mencakup kesadaran terhadap perubahan fisik, evaluasi pada perubahanyang ada dan mengambil keputusan bahwa perubahan itu merupakan gejala penyakit tertentu, serta respons emosional. Sebelum berlanjut ke tahao sakit lanjut, individu harus mengakui gangguan kesehatan pada dirinya
ü
Tahap 2 :
Asumsi tentang Peran Sakit
Asumsi pada peran sakit bisa menyebabkan pergeseran emosional. Setelah mengetahui bahwa seseorang merasa kesehatannya terganggu, maka seseorang tersebut akan mencari kontak dengan sistem pelayanan kesehatan serta dapat berubah menjadi klien atau pasien
Asumsi pada peran sakit bisa menyebabkan pergeseran emosional. Setelah mengetahui bahwa seseorang merasa kesehatannya terganggu, maka seseorang tersebut akan mencari kontak dengan sistem pelayanan kesehatan serta dapat berubah menjadi klien atau pasien
ü
Tahap 3 :
Kontak dengan Pelayanan Kesehatan
Pada tahap ini pasien mencari informasi untuk mengetahui kepastian penyakit serta mendapat pelayanan dari seorang ahli.
Pada tahap ini pasien mencari informasi untuk mengetahui kepastian penyakit serta mendapat pelayanan dari seorang ahli.
ü
Tahap 4 :
Peran Klien Dependen
Secara sosial pasien dengan peran dependen dipersilahkan bebas dari kewajiban serta tugas normalnya. Setelah memasuki tahap ini, pasien harus menyesuaikan dengan ketetapan perubahan jadwal sehari-hari.
Secara sosial pasien dengan peran dependen dipersilahkan bebas dari kewajiban serta tugas normalnya. Setelah memasuki tahap ini, pasien harus menyesuaikan dengan ketetapan perubahan jadwal sehari-hari.
ü
Tahap 5 :
Pemulihan dan Rehabilitasi
Tahap ini dapat terjadi secara tiba-tiba. Apabila penyembuhan tidak dilakukan dengan tepat, maka kemungkinan akandilakukan perawatan jangka panjang sebelum pasien dapat sampai pada tingkat fungsi maksimal.
Tahap ini dapat terjadi secara tiba-tiba. Apabila penyembuhan tidak dilakukan dengan tepat, maka kemungkinan akandilakukan perawatan jangka panjang sebelum pasien dapat sampai pada tingkat fungsi maksimal.
Klien dan keluarga harus
menghadapi bermacam perubahan yang kemungkinan terjadi
karena kondisi sakit dan pengobatan yang dijalankan. Perubahan perilaku dan emosi terhadap keadaan sakit atau ancaman penyakit tiap individu sangat bervariasi. Penyakit dengan waktu yang singkat serta tidak mengancam kehidupan dapat menimbulkan bebrapa perubahan tindakan dalam fungsi pasien atau keluarga. Sebaliknya, penyakit yang berat bisa menimbulkan perubahan emosi dan perilaku lebih luas. Tiap individu memiliki peran dalam kehidupannya, terutama dalam menangani salah satu keluarga yang sedang sakit. Ditinjau secara umum, individu dan keluarga lebihmudah beradaptasi dengan perubahan yang bersifat transparan dan dalam waktu yang singkat. Keluarga juga harus cepat dan tepat dalam mengambil keputusan mengenai kesehatan salah satu anggota keluarga sebagai klien.
karena kondisi sakit dan pengobatan yang dijalankan. Perubahan perilaku dan emosi terhadap keadaan sakit atau ancaman penyakit tiap individu sangat bervariasi. Penyakit dengan waktu yang singkat serta tidak mengancam kehidupan dapat menimbulkan bebrapa perubahan tindakan dalam fungsi pasien atau keluarga. Sebaliknya, penyakit yang berat bisa menimbulkan perubahan emosi dan perilaku lebih luas. Tiap individu memiliki peran dalam kehidupannya, terutama dalam menangani salah satu keluarga yang sedang sakit. Ditinjau secara umum, individu dan keluarga lebihmudah beradaptasi dengan perubahan yang bersifat transparan dan dalam waktu yang singkat. Keluarga juga harus cepat dan tepat dalam mengambil keputusan mengenai kesehatan salah satu anggota keluarga sebagai klien.
Citra tubuh yang merupakan konsep
subjektif dari penampilan fisik pasien juga dapat terganggu akibat beberapa
penyakit, dan reaksi klien dan keluarga terhadap perubahan citra tubuh ini
berbeda-beda pula. Reaksi klien dan keluarga bergantung pada jenis perubahan,
kapasitas adaptasi, kecepatan perubahan, dan dukungan yang tersedia. Biasanya klien
dengan penyakit atau kecelakaan yang berdampak pada perubahan citra tubuh
memiliki tahapan syok, menarik diri, mengakui, menerima dan melakukan
rehabilitasi. Sedangkan dampak pada konsep diri yang merupakan citra mental
pada dirinya sendiri, meliputi bagaimana pandangan individu terhadap kekuatan
dan kelemahan seluruh aspek pada seluruh aspek kepribadiannya. Peran konsep
diri dalam hubungan individu dengan keluarganya berpengaruh pada bagaimana
hubungan kedepannya. Adaptasi dengan perubahan citra tubuh dan penyesuaian diri
yang baik serta tanggung jawab akan menimbulkan hubungan yang tetap harmonis
dan bisa jadi lebih baik dari sebelumnya serta tidak menimbulkan ketegangan
atau konflik pada hubungan tersebut, bahkan hubungan dengan masyarakat luar.
*Catatan: Diringkas oleh Fajrian Dwi Anggraeni dari buku
Potter, P.A. & Pery, A.G. 1999. Buku
Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan Praktik, Vol. 1 E/4. Alih
bahasa oleh Yasmin Asih, Made Sumarwati, Dian Evriyani, Laily Mahmudah, Ellen
Panggabean, Kusrini S, Sari Kurnianingsih, Enie Novieastari. Jakarta: EGC.
(halaman 2-24).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...