Selasa, 30 September 2014

KERAGAMAN BUDAYA


UNIT 4 KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL DASAR
KERAGAMAN BUDAYA*
Keragaman budaya selalu menjadi hal utama yang dimiliki oleh setiap orang. Di dalam lingkup bidang kesehatan, ini terjadi antara perawat dan klien. Dalam hal ini perawat harus memiliki wawasan atau pandangan juga interpretasi penyakit yang dialami oleh klien, selain penyakit kesehatanpun juga perlu diperhatikan oleh perawat.
Dalam kultur dan etnik yang berbeda antara perawat dan klien, hal ini memungkinkan timbulnya komunikasi transkultural. Disebut demikian karena setiap individu berusaha memahami orang lain. Keperawatan transkultural dapat memudahkan perawat untuk mengembangkan kemampuannya dalam memberikan pelayanan yang sensitif secara budaya (Potter dan Perry 2005:453).
Imigrasi dan demografi, imigaran sendiri memiliki pengertian seorang yang melakukan perpindahan dan menetap seterusnya. Sedangkan demografi merupakan suatu dinamika penduduk yang didasarkan pendidikan, kewarganegaraan, agama, dan etnisitas. Karena kedua hal tersebut banyak bidang kesehatan kritis dalam memeberikan pelayanan kepada klien (Potter dan Perry, 2005:453).
Heritage Consistency, ini adalah teori yang dikembangkan oleh Estes dan Zitzow (1980), teori ini menggambarkan bahwa semua gaya hidup sudah termasuk cermin kultural. Dalam metode ini budaya, etnisitas, dan religi berperan penting. Budaya merupakan suatu tindakan, pikiran, yang dilakukan dalam kesadaran maupun tidak sadar, dan berdasarkan budaya (Spector, 1991, dalam Perry dan Potter, 2005:456). Intinya adalah sebagai sistem metakomunikasi, tidak hanya berupa bahasa lisan namun juga dalam segala hal (Matsumoto, 1988, dalam Perry dan Potter, 2005:456). Selanjutnya etnisitas, etnisitas ini sulit untuk didefinisikan, namun mengandung unsur identitas diri (Thernstrom, 1980, dalam Potter dan Perry, 2005:456). Terakhir adalah religi, suatu keyakinan yang bersifat ketuhanan dan bukanlah suatu kemampuan yang bisa dilakukan oleh manusia (Abramson, 1980, dalam Potter dan Perry, 2005:456). Ketiga hal tersebut termasuk mewakili konsistensi warisan budaya (Potter dan Perry, 2005:456).
Fenomena budaya, memiliki fenomena kontrol lingkungan, variasi biologis, organisasi sosial, komunikasi, ruang dan waktu.  Pertama, kontrol lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap asuhan keperawatan. Hal ini guna merencanakan kegiatan yang mengontrol faktor lingkungan. Kedua, variasi biologis adalah perbedaan secara biologis (fisik maupun genetik). Ketiga, organisasi sosial merupakan wadah dimana setiap inividu  memainkan peran pentingnya dalam mengembangkan identitas kultural mereka. Keempat adalah komunikasi, di sini komunikasi sangatlah penting bagi tenaga kesehatan dalam menghadapi klien. Komunikasi yang jelas juga efektiflah yang bisa mendukung asuhan keperawatan. Namun jika dalam hal komunikasi ini terjadi ketidak berhasilan, maka akan terjadi penundaan diagnosis juga mendapatkan hasil yang tragis. Seperti halnya para tenaga medis yang kehilangan media interaksi dengan klien, akan membuat mereka frustasi dan kefektifannya tidak terjaga lagi. Akibat dari hal tersebut juga dapat menyebabkan kondisi pasien mengalami syok-kultural sehingga klien menjauh dari tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan. Jadi, intinya tenaga medis maupun perawat harus belajar tentang bahasa klien guna menjalin komunikasi yang efektif dan baik. Kelima adalah ruang, ruang personal merupakan perilaku individu yang di tujukan untuk sekitarnya. Di sini perawat harus sensitif terhadap klien. Misalnya, seorang perawat berusaha menciptakan suatu tindakan yang membuat klien nyaman, akan tetapi klien beranggapan sebaliknya, klien beranggapan tindakan tersebut mengancam dirinya. Terakhir adalah waktu, orientasi waktu merupakan salah satu dimana suatu saat perawat membuat jadwal asuhan keperawatan terhadap pasien. Jika, dalam orientasi ini mengalami kegagalan, ini akan berakibat buruk terhadap kondisi klien (Potter dan Perry, 2005:456-461).
Keyakinan tradisional tentang kesehatan dan penyakit, kali ini perawat harus pandai-pandai dalam hal mengkaji dan berkomunikasi guna mengklarifikasi keyakinan klien akan penyakit yang dialaminya. Keyakinan tradisional merupakan salah satu keyakinan yang selalu dipakai oleh klien. Keyakinan klien yang seperti ini dapat berbeda dari epidemiologi orang Barat. Dari keduanya salah satu perbedaan yang menonjol adalah asumsi penyebab penyakit pada klien. Epidemiologi orang Barat menyatakan penyebab penyakit disebabkan karena stress, virus, bakteri, dan gejala biologis lainnya. Sedangkan keyakinan tradisional ini menyatakan penyebab suatu penyakit adalah karena jiwa, ruh, mantra, dan guna-guna. Yoder, 19972 (dalam Potter dan Perry, 2005:461) menyatakan ada 2 keragaman pengobatan tradisional yang ada dalam masyarakat, yang pertama adalah pengobatan rakyat alamiah dengan menggunakan obat herbal, substansi hewan , dan racikan-racikan tumbuhan yang bisa digunakan untuk obat. Kedua adalah pengobatan rakyat magisoreligius, pengobatan ini bertumpu pada kata-kata suci dan juga tindakan suci guna proses penyembuhan penyakit yang diderita klien. Pengobatan tradisional magisoreligius memiliki keragaman cara, antara lain adalah penggunaan benda pelindung (seperti jimat, batu akik, bahkan daun semanggi), penggunaan makanan, praktik religius (melakukan suatu ritual atau pemujaan ruh, membakar lilin, membakar dupa, dan sembahyang), ramuan tradisional (meracik ramuan yang berasal dari akar-akaran, bunga, daun, hingga tumbuh-tumbuhan yang tergolong herbal), penyembuh (dukun) dalam tradisional melakukan penyembuhan adalah untuk pemulihan kesehatan jasmani dan rohani atau bahkan pemulihan kesehatan holistik, sampai-sampai dukun dikatakan sebagai orang yang mendapatkan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Kaptchuk dan Crouncher, 1987 (dalam Potter dan Perry, 2005:463) menyatakan seorang klien yang memiliki warisan budaya, selalu mengkonsultasikan kondisinya terlebih dahulu kepada seorang dukun tradisional, daripada pemberi layanan kesehatan modern. Dari hal tersebut dapat ditinjau bahwa diantara dukun tradisional dan tenaga kesehatan memiliki perbedaan yang sangat kontras. Intinya hal tersebut menjadikan dukun tradisional sebagai bagian dari kultur masyarakat (Potter dan Perry, 2005:461-463).
Aspek budaya tentang kesehatan dan penyakit, dalam aspek ini perawat di haruskan menyadari  dan membiasakan diri untuk memahami karakteristik yang dimiliki klien di berbagai Negara. Orang Amerika-Asia meyakini bahwa penyebab adanya suatu penyakit karena ketidak seimbangnya yin dan yang. Maka untuk pencegahannya dengan mempertahankan kondisi tubuh yang baik, melakukan olahraga yang teratur, minum beberapa ramuan. Orang Amerika asal kulit hitam atau Afrika, memandang suatu penyakit terjadi akibat ketidakharmonisan antara manusia dan alam sekitar. Untuk metode penyembuhannya adalah praktik hal-hal yang berbau mistik. Indian Amerika, beranggapan bahwa tubuh terdiri dari plus dan minus, jadi kesehatan merupakan keseimbangan dan keharmonisan antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan penyakit merupakan ketidakseimbangan dari tubuh, jiwa dan pikiran. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeliharaan keharmonisan jiwa, pikiran, dan seluruh tubuh dan lebih berhati-hati dengan faktor yang memungkinkan bisa merusak keharmonisan. Orang Amerika dari Hispanik, umumnya kesehatan sering dianggap suatu keberuntungan yang diberikan oleh Tuhan. Orang Amerika-Eropa, disini kesehatan merupakan suatu kondisi dimana seorang klien dapat melakukan aktivitas di kehidupannya, sedangkan penyakit merupakan kondisi ketidakmampuan seorang klien dalam melakukan aktivitas di kesehariannya (Potter dan Perry, 2005:464-469).
Faktor kultural dan proses keperawatan, ketika seorang perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien, perawat harus waspada dan sensitif akan budayanya sendiri dan memahami sosio-kultural yang klien miliki. Pertama perawat perlu mengkaji bagaimana budaya kultur sang klien. Pengkajian komunitas juga termasuk dimana seorang perawat memberikan pelayanan kesehatan secara sensitif dan berkompeten tinggi. Selanjutnya adalah perawat melakukan diagnosa keperawatan, hal ini dilakukan guna mengetahui penyebab penyakit yang di alami klien. Tahap berikutnya perawat melakukan perencanaan, tahap ini perawat mempertimbangkan adanya kultural karena ini bersangkutan dengan klien. Selanjutnya adalah implementasi, perawat mengetahui perawatan yang sesuai dengan klien. Terakhir adalah evaluasi, perawat melakukan evaluasi hasil dan asuhan keperawatan yang sudah di terapkan kepada klien, di sinilah proses evaluasi sangatlah penting guna membantu perawat agar lebih nyaman dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap klien yang budayanya berbeda dengan perawat (Potter dan Perry, 2005:469-472).

*Catatan: Diringkas oleh Novidia Sagita Primaisella dari buku Potter, P.A & Perry A.G. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Vol. 1 E/4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih, dkk. Jakarta: EGC. (halaman 452-469).

1 komentar:

  1. Perkenalkan, saya dari POKERAYAM. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk memiliki Harta, Mobil Mewah, Rumah Mewah atau Istri Muda ?
    Jika anda ingin yang kami maksud seperti diatas, anda dapat mengunjungi kami di www(titik)pokerayam(com) banyak kisah sukses bersama kami
    Hanya Modal 10 ribu anda bisa mendapatkan Kekayaan dalam hitungan detik, Bukan Sulap Bukan Sihir ini memang nyata !!!
    info keberuntungan lebih lanjut bbm : D8E5205A

    BalasHapus

Komentar...