Rabu, 01 Oktober 2014

PEMBERIAN OBAT


PEMBERIAN OBAT*
                Obat merupakan alat utama terapi yang dipergunakan oleh dokter untuk mengobati pasien yang mempunyai masalah kesehatan. Obat juga dapat menimbulkan beberapa efek, bukan hanya menimbulkan efek yang menguntungkan tetapi juga efek yang dapat merugikan pasien, jika tidak tepat pemberiannya. Perawat bertanggung jawab memahami cara kerja, efek samping yang ditimbulkan obat. Selain itu juga memantau respons pasien serta membantu pasien menggunakannya dengan tepat dan benar.
A.            Bentuk Obat
Obat dikemas dalam bentuk yang bermacam-macam, seperti : kapsul, kaplet, tablet, pil, pasta, larutan, sirup, tingtura, tablet isap, salep, losion, gliserit, cakram intraokular, eliksir, tingtura, obat gosok, dll.
B.            Sifat Kerja Obat
Sebuah obat bukan menciptakan suatu fungsi pada jaringan tubuh maupun organ, namun mengubah fungsi fisiologis. Obat juga melindungi sel agar terhindar dari pengaruh agens kimia, mempercepat maupun memperlambat fungsi sel serta proses kerja sel. Selain itu obat juga dapat menggantikan zat dalam tubuh yang hilang. (ex : hormone tiroid & esterogen, insulin).
C.            Mekanisme Kerja
Mekanisme dari kerja obat yang sangat umum adalah terikat dengan temat reseptor sel. Reseptor tersebut melokalisasi efek dari obat. Tempat reseptor akan berinteraksi dengan obat dikarenakan mempunyai bentuk kimia sama. Obat sserta reseptor akan saling mengikat seperti gembok dengan kunci. Efek terapeutik dirasakan ketika obat dan reseptor saling terikat. Setiap jaringan didalam tubuh mempunyai kelompok reseptor yang sangat unik. Misalnya : reseptor yang berada di sel jantung akan berespon dengan preparat digitalis.
1.       Absorpsi
Absorpsi ialah cara molekul obat untuk masuk dalam darah. Semua obat, kecuali obat topikal agar memperoleh efek lokal akan masuk ke sirkulasi sistemik supaya menimbulkan efek terapeutik. Faktor yang dapat berpengaruh terhadap absorpsi obat adalah rute pemberian obat, kondisi pada tempat absorpsi, dan daya larut obat.
2.       Distribusi
Setelah di absorpsi obat akan di distribusikan dalam tubuh menuju jaringan serta organ tubuh sampai pada akhirnya di tempat kerja obat itu. Laju serta luas distribusi tersebut bergantung terhadap sifat fisik serta kimia obat maupun struktur fisiologis personal yang menggunakan.
3.       Metabolisme
Setelah sampai di tempat kerjanya, obat akan di metabolism menjadi tidak aktif. Sehingga dapat dengan mudah di ekskresi. Kebanyakan biotransformasi umumnya terjadi dalam hati, meskipun ginjal, paru-paru darah serta usus juga mampu memetabolisasi obat.
4.       Ekskresi
Setelah terjadi metabolisme, obat lalu keluar dari tubuh melewati ginjal, hati, usus, paru lalu kelenjar eksokrin. Struktur dari sebuah obat akan menentukan organ yang akan mengekskresinya.

D.            Efek Terapeutik
Merupakan respons fisiologis dari obat yang diharapkan terjadi.
E.            Efek Samping
Merupakan efek sekunder dari obat tersebut. Efek samping mungkin tidak berbahaya namun ada juga yang menimbulkan cedera. Apabila efek samping yang dirasakan lebih dari efek terapeutik sampai menghilangkan efek tersebut maka dokter akan menghentikan pemberian obat.
F.            Efek Toksik
Terjadi setelah pasien meminum obat dengan dosis tinggi dengan jangka waktu lama, setelah lama obat tersebut digunakan untuk tujuan aplikasi eksternal atau ketika obat berakumulasi dalam darah akibat rusaknya metabolisme maupun ekskresi.
G.           Reaksi Idiosinkratik
Adalah reaksi yang efeknya tidak diperhitungkan. Seperti klien bereaksi sangat berlebihan, klien tanpa respons, maupun bereaksi tidak normal pada obat.

H.            Reaksi Alergi
Merupakan reaksi yang tidak diperkirakan pada obat. 5% - 10% dari obat merupakan reaksi alergi.
1.            FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA OBAT
a.             Perbedaan genetik
b.            Variabel fisiologis
c.             Kondisi lingkungan
d.            Psikologis
e.            Diet
2.            RUTE PEMBERIAN OBAT
a.            Rute per oral : obat di berikan lewat mulut lalu ditelan.
b.            Rute sublingual : diletakan di bawah di bawah lidah dan kemudian larut, mudah diabsorpsi dan tidak boleh ditelan.
c.             Pemberian bukal : menempatkan obat padat pada membran mukosa di pipi sampai obat larut.
d.            Rute parenteral : memberikan obat dengan injeksi dalam jaringan tubuh.
1.            Subkutan (SC) = tepat pada bawah lapisan dermis kulit.
2.            Intradermal (ID) = tepat pada bagian bawah epidermis.
3.            Intamuskular (IM) = tepat pada bagian otot tubuh.
4.            Intravena (IV) = tepat pada vena.
e.            Pemberian topikal : mengoleskan pada salah satu bagian kulit, memasang balutan lembab, merendam bagian tubuh dengan larutan, air mandi dicampur obat. Obat diberikan melalui kulit serta membran mukosa dan terjadi efek local.
f.             Inhalasi : obat diberikan dengan cara pasase nasal, pasase oral, atau selang yang dihubungkan ke trakea. Oat ini menimbulkan efek yang lokal. Obat misalnya oksigenasi dan anastesi umumnya menimbulkan efek sistemik umum.
PROSES KEPERAWATAN
Untuk menetapkan terapi obat, perawat harus mengkaji banyak faktor.
1.            Pengkajian : riwayat medis, riwayat alergi, data obat, riwayat diet, kondisi klien terkini, persepsi klien dan masalah koordinasi, sikap klien pada penggunaan obat, pengetahuan klien serta pemahaman terapi obat, dan kebutuhan pembelajaran klien.
2.            Diagnosa keperawatan
3.            Perencanaan
                4.            Implementasi    
5.            Evaluasi
PEMBERIAN OBAT
Pemberian obat dilakukan dengan 5B yaitu :
A.            Benar obat
B.            Benar dosis
C.            Benar klien
D.            Benar rute
E.            Benar waktu
PEMBERIAN INJEKSI
Peralatan : spuit, jarum dan obat dalam ampul.
Melakukan injeksi : setiap rute injeksi yang akan dilakukan selalu unik tergantung pada tipe jaringan    yang di injeksi. Konsekuensi serius dapat terjadi, apabila injeksi yang dilalukan tidak benar. Selain itu kesalahan dalam pemilihan tempat injeksi juga dapat menyebabkan kerusakan pada syaraf dan tulang selama injeksi dengan jarum.

KONSEP INTI
·         Mempelajari tentang klasifikasi obat dan meningkatkan pemahaman berdasarkan implikasi keperawatan didalam melalukan pemberian obat dengan karateristiknya.
·         Semua zat yang digunakan dikontrol dan ditangani sesuai dengan prosedur yang ketat dam penggunaan obat.
·         Perawat menerapkan definisi tentang cara kerja fisiologis obat saat dilakukannya pemberian obat (waktu), penyeleksi rute pemberian obat yang diberikan, melakukan beberapa tindakan supaya terjadi peningkatan kemanjuran pada obat, dan mengobservasi respons pada obat.
·         Dosis obat berulang dibutuhkan untuk tingkat pencapaian kadar darah terapeutik konstan.
·         Perawat dilarang memberikan obat tanpa melakukan identifikasi terlebih dahulu terhadap klien secara akurat.
·         “Lima benar” dalam pemberian obat dapat memastikan persiapan dalam pemberian dengan dosis obat yang tepat.
·         Setiap pemberian obat yang dilakukan harus mencakup tentang nama pasien, tanggal dilakukan pemberian obat, nama obat, dosis obat, rute pemberian dan frekuensinya. Serta tanda tangan oleh dokter.
·         Obat harus segera dibukukan dengan bentuk catatan setelah diberikan pada klien.
·         Kegagalan dalam pemilihan tempat injeksi berdasarkan petunjuk anatomis beresiko menimbulkan kerusakan jaringan, tulang serta saraf.

*Catatan : Diringkas oleh Sivi Trining Tyas dari buku Potter, P.A & Pery, A.G. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik,Vol. 1 E/4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih, Made Sumarwati, Dian Evriyani, Laily Mahmudah, Ellen Panggabean, Kusrini S, Sari Kurnianingsih, Enie Novietasari. Jakarta: EGC. (halaman 991-1069).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar...