PEMBERIAN OBAT*
Obat
merupakan alat utama terapi yang dipergunakan oleh dokter untuk mengobati
pasien yang mempunyai masalah kesehatan. Obat juga dapat menimbulkan beberapa
efek, bukan hanya menimbulkan efek yang menguntungkan tetapi juga efek yang
dapat merugikan pasien, jika tidak tepat pemberiannya. Perawat bertanggung
jawab memahami cara kerja, efek samping yang ditimbulkan obat. Selain itu juga
memantau respons pasien serta membantu pasien menggunakannya dengan tepat dan
benar.
A. Bentuk
Obat
Obat dikemas dalam bentuk yang
bermacam-macam, seperti : kapsul, kaplet, tablet, pil, pasta, larutan, sirup,
tingtura, tablet isap, salep, losion, gliserit, cakram intraokular, eliksir,
tingtura, obat gosok, dll.
B. Sifat
Kerja Obat
Sebuah obat bukan menciptakan suatu
fungsi pada jaringan tubuh maupun organ, namun mengubah fungsi fisiologis. Obat
juga melindungi sel agar terhindar dari pengaruh agens kimia, mempercepat
maupun memperlambat fungsi sel serta proses kerja sel. Selain itu obat juga
dapat menggantikan zat dalam tubuh yang hilang. (ex : hormone tiroid &
esterogen, insulin).
C. Mekanisme
Kerja
Mekanisme dari kerja obat yang sangat
umum adalah terikat dengan temat reseptor sel. Reseptor tersebut melokalisasi
efek dari obat. Tempat reseptor akan berinteraksi dengan obat dikarenakan
mempunyai bentuk kimia sama. Obat sserta reseptor akan saling mengikat seperti
gembok dengan kunci. Efek terapeutik dirasakan ketika obat dan reseptor saling
terikat. Setiap jaringan didalam tubuh mempunyai kelompok reseptor yang sangat
unik. Misalnya : reseptor yang berada di sel jantung akan berespon dengan
preparat digitalis.
1.
Absorpsi
Absorpsi ialah cara molekul obat untuk masuk dalam darah. Semua
obat, kecuali obat topikal agar memperoleh efek lokal akan masuk ke sirkulasi
sistemik supaya menimbulkan efek terapeutik. Faktor yang dapat berpengaruh
terhadap absorpsi obat adalah rute pemberian obat, kondisi pada tempat
absorpsi, dan daya larut obat.
2.
Distribusi
Setelah di absorpsi obat akan di distribusikan dalam tubuh menuju
jaringan serta organ tubuh sampai pada akhirnya di tempat kerja obat itu. Laju
serta luas distribusi tersebut bergantung terhadap sifat fisik serta kimia obat
maupun struktur fisiologis personal yang menggunakan.
3.
Metabolisme
Setelah sampai di tempat kerjanya, obat akan di metabolism menjadi
tidak aktif. Sehingga dapat dengan mudah di ekskresi. Kebanyakan
biotransformasi umumnya terjadi dalam hati, meskipun ginjal, paru-paru darah
serta usus juga mampu memetabolisasi obat.
4.
Ekskresi
Setelah terjadi metabolisme, obat lalu keluar dari tubuh melewati
ginjal, hati, usus, paru lalu kelenjar eksokrin. Struktur dari sebuah obat akan
menentukan organ yang akan mengekskresinya.
D. Efek
Terapeutik
Merupakan respons fisiologis dari obat
yang diharapkan terjadi.
E. Efek
Samping
Merupakan efek sekunder dari obat
tersebut. Efek samping mungkin tidak berbahaya namun ada juga yang menimbulkan
cedera. Apabila efek samping yang dirasakan lebih dari efek terapeutik sampai
menghilangkan efek tersebut maka dokter akan menghentikan pemberian obat.
F. Efek
Toksik
Terjadi setelah pasien meminum obat
dengan dosis tinggi dengan jangka waktu lama, setelah lama obat tersebut
digunakan untuk tujuan aplikasi eksternal atau ketika obat berakumulasi dalam
darah akibat rusaknya metabolisme maupun ekskresi.
G. Reaksi
Idiosinkratik
Adalah reaksi yang efeknya tidak
diperhitungkan. Seperti klien bereaksi sangat berlebihan, klien tanpa respons,
maupun bereaksi tidak normal pada obat.
H. Reaksi
Alergi
Merupakan reaksi yang tidak
diperkirakan pada obat. 5% - 10% dari obat merupakan reaksi alergi.
1. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA OBAT
a. Perbedaan genetik
b. Variabel fisiologis
c. Kondisi lingkungan
d. Psikologis
e. Diet
2. RUTE
PEMBERIAN OBAT
a. Rute per oral : obat di berikan
lewat mulut lalu ditelan.
b. Rute sublingual : diletakan di bawah
di bawah lidah dan kemudian larut, mudah diabsorpsi dan tidak boleh ditelan.
c. Pemberian bukal : menempatkan obat
padat pada membran mukosa di pipi sampai obat larut.
d. Rute parenteral : memberikan obat
dengan injeksi dalam jaringan tubuh.
1. Subkutan (SC) = tepat pada bawah
lapisan dermis kulit.
2. Intradermal (ID) = tepat pada bagian
bawah epidermis.
3. Intamuskular (IM) = tepat pada
bagian otot tubuh.
4. Intravena (IV) = tepat pada vena.
e. Pemberian topikal : mengoleskan pada
salah satu bagian kulit, memasang balutan lembab, merendam bagian tubuh dengan
larutan, air mandi dicampur obat. Obat diberikan melalui kulit serta membran
mukosa dan terjadi efek local.
f. Inhalasi : obat diberikan dengan
cara pasase nasal, pasase oral, atau selang yang dihubungkan ke trakea. Oat ini
menimbulkan efek yang lokal. Obat misalnya oksigenasi dan anastesi umumnya
menimbulkan efek sistemik umum.
PROSES KEPERAWATAN
Untuk menetapkan terapi obat, perawat
harus mengkaji banyak faktor.
1. Pengkajian : riwayat medis, riwayat
alergi, data obat, riwayat diet, kondisi klien terkini, persepsi klien dan
masalah koordinasi, sikap klien pada penggunaan obat, pengetahuan klien serta
pemahaman terapi obat, dan kebutuhan pembelajaran klien.
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
PEMBERIAN OBAT
Pemberian obat dilakukan dengan 5B
yaitu :
A. Benar obat
B. Benar dosis
C. Benar klien
D. Benar rute
E. Benar waktu
PEMBERIAN INJEKSI
Peralatan : spuit, jarum dan obat
dalam ampul.
Melakukan
injeksi : setiap rute injeksi yang akan dilakukan selalu unik tergantung pada
tipe jaringan yang di injeksi.
Konsekuensi serius dapat terjadi, apabila injeksi yang dilalukan tidak benar.
Selain itu kesalahan dalam pemilihan tempat injeksi juga dapat menyebabkan
kerusakan pada syaraf dan tulang selama injeksi dengan jarum.
KONSEP
INTI
·
Mempelajari tentang klasifikasi obat dan
meningkatkan pemahaman berdasarkan implikasi keperawatan didalam melalukan
pemberian obat dengan karateristiknya.
·
Semua zat yang digunakan dikontrol dan
ditangani sesuai dengan prosedur yang ketat dam penggunaan obat.
·
Perawat menerapkan definisi tentang cara kerja
fisiologis obat saat dilakukannya pemberian obat (waktu), penyeleksi rute
pemberian obat yang diberikan, melakukan beberapa tindakan supaya terjadi
peningkatan kemanjuran pada obat, dan mengobservasi respons pada obat.
·
Dosis obat berulang dibutuhkan untuk tingkat
pencapaian kadar darah terapeutik konstan.
·
Perawat dilarang memberikan obat tanpa
melakukan identifikasi terlebih dahulu terhadap klien secara akurat.
·
“Lima benar” dalam pemberian obat dapat
memastikan persiapan dalam pemberian dengan dosis obat yang tepat.
·
Setiap pemberian obat yang dilakukan harus
mencakup tentang nama pasien, tanggal dilakukan pemberian obat, nama obat,
dosis obat, rute pemberian dan frekuensinya. Serta tanda tangan oleh dokter.
·
Obat harus segera dibukukan dengan bentuk
catatan setelah diberikan pada klien.
·
Kegagalan dalam pemilihan tempat injeksi
berdasarkan petunjuk anatomis beresiko menimbulkan kerusakan jaringan, tulang
serta saraf.
*Catatan :
Diringkas oleh Sivi Trining Tyas dari buku Potter, P.A & Pery, A.G. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik,Vol. 1 E/4. Alih bahasa oleh Yasmin Asih, Made
Sumarwati, Dian Evriyani, Laily Mahmudah, Ellen Panggabean, Kusrini S, Sari
Kurnianingsih, Enie Novietasari. Jakarta: EGC. (halaman 991-1069).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar...